Respon mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam uin syarif hidayatullah jakarta terhadap program dakwah hikayat di indosiar

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ULFA NURUL FADHILLAH

NIM: 109051000011

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

PROGRAM DAKWAH HIKAYAT DI INDOSIAR

Skripsi

Diaj ukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Ulfa Nurul Fadhillah

NIM:

109051000011

Pembimbing

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA t434IJ.t20l3N4 NIP : 1971081


(3)

Skripsi

yang

berjudul

"RESpoN MAHAsrswA KOMUNIKASI DAN

PEI{YIARAN

ISLAM

TERHADAP PROGRAM

ACARA

HIKAYAT

DI INDOSIAR." telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

run$

Syarif Hidayatullah

laCnfa

pada hari Selasa, tanggal 01 Oktober 2013. Skripsi ini telah diierima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom,I) pada

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Ciputat, 01 Oktober 20i3

Siclang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Pengufi 1 Penguji 2

LP.197208A7 2993D 1 AA3 NIP. 19730725 2AA70

Pembimbing al. LK. M.A

428 199403 1 001 t97t0816


(4)

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan hasil dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 September 2013


(5)

i

Program acara Hikayat merupakan program acara dakwah yang hadir setiap hari Rabu, Kamis dan Jumat pada pukul 05.00-06.00 WIB di Indosiar. Perbedaan program dakwah Hikayat dengan program religi yang lainnya adalah program acara ini dikemas secara serius tetapi santai dengan mengedepankan kisah-kisah dari hadits yang dapat menginspirasi para penonton serta memberikan pelajaran yang berharga. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema berdasarkan kisah-kisah yang sangat baik jika kita dapat memetik hikmah dari setiap episodenya. Dengan narasumber yang berkualitas dan pembawa acara yang humoris, sehingga membuat program acara Hikayat tidak membosankan dan ini menjadi daya tarik agar penonton tetap jatuh cinta pada program ini. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta terhadap program acara Hikayat di Indosiar, karena pada dasarnya mahasiswa KPI sangat dekat dengan ilmu komunikasi, media, keagamaan, dan nanti kedepannya juga akan berkecimpung di media komunikasi.

Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaanya adalah bagaimana respon kognitif mahasiswa terhadap program acara Hikayat di Indosiar? Dan bagaimana respon afektif mahasiswa terhadap program Hikayat di Indosiar?

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk melihat respon mahasiswa KPI terhadap program Hikayat di Indosiar, peneliti menetapkan 63 responden berdasarkan hasil rumus slovin, lalu responden dituntut untuk menonton tayangan program Hikayat sebelum mengisi angket pernyataan. Kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan rumus frekuensi relatif dan nilai rata-rata.

Penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang merupakan sebuah prinsip belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam hal ini program acara Hikayat memberikan stimulus kepada khalayak untuk mendapatkan sebuah efek (respon). Unsur penting dari model S-O-R menurut McQuail adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), dan efek

(respon). Menurut Donald K. Robert, “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”, jadi bagi orang yang tidak menonton/melihat media massa tidak akan ada efek perubahan perilaku. Ada 3 teori efek menurut Steven M. Chaffe, yaitu Kognitif, Afektif, dan Behavioral.

Berdasarkan data yang diperoleh, respon kognitif mendapatkan skor tertinggi dengan rata-rata 4,47. Dan respon tertinggi kedua terdapat pada respon afektif dengan rata-rata skor 4,12. Ini artinya responden mahasiswa KPI mendapat dan mengetahui pengetahuan dari program acara Hikayat karena menyukai sosok Komeng sebagai pembawa acara yang memiliki basic komedian dan memandu acara Hikayat ini dengan baik, sehingga memberi sentuhan humor dan tidak terkesan program acara dakwah yang monoton dan menjenuhkan.

Kata kunci: Respon, Kognitif, Afektif, KPI, dan Hikayat


(6)

ii

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Pada penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dikemudian hari.

Adapun dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak semata-mata hasil kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:


(7)

iii

2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Jumroni, M. Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Umi Musyarrofah, MA, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang selalu setia menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu dan berguna untuk penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Junaini, S.pd, dan Ibunda Siti Halimah Yusuf, yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya. Semoga doa dan kasih sayangnya mendapatkan balasan yang tiada tara dari Allah SWT. 6. Kakanda, Imam Fathurohman S.E, serta Adinda, Adam Wildan Al-Kihfi

dan Muhammad Farhan Ash-Shubhi, yang selalu mendoakan dan memberikan support kepada penulis. Semoga kelak kita menjadi

anak-anak yang sukses dan selalu membanggakan kedua orang tua dan keluarga besar. Amin.

7. Ustadz Subki Al-Bughury, selaku Narasumber Hikayat, Bapak Danindra Nur. P, Selaku Produser dan kak Erna, selaku tim kreatif Hikayat Indosiar yang telah memberikan bantuan dan pengarahan dalam proses awal pelaksanaan penelitian.


(8)

iv hari-hari penulis selama kuliah.

9. Sahabat penulis, Nurlatifah, Erlita Liliyan, M. Nur Fadhilah, ka Nadiya, ka Rini dan ka Khoiriyah yang sudah meluangkan waktunya untuk tetap memberikan motivasi serta mendoakan penulis. Penulis yakin, do‟a seorang sahabat Muslim ke sahabat yang lain adalah salah satu hal yang membuat Allah memudahkan jalan sahabatnya itu.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rekan pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Jakarta, September 2013

Ulfa Nurul Fadhillah NIM: 109051000011


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Respon ... 12

1. Pengertian Respon ... 12

2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respon ... 15

3. Faktor Terbentuknya Respon ... 19

4. Macam – Macam Respon ... 20

B. Program Televisi ... 21

1. Pengertian Program Televisi ... 21

2. Karakteristik Program Televisi ... 23

3. Macam-Macam Program Televisi ... 23


(10)

vi

3. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 35

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

D. Populasi dan Sampling... 36

E. Teknik Pengambilan Sample ... 37

F. Variabel Penelitian ... 39

G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ... 40

H. Hipotesis Penelitian ... 45

I. Tahapan Penelitian ... 45

J. Analisis Data ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) ... 50

B. Profil Televisi ... 55

C. Visi dan Misi ... 55

D. Sekilas Tentang Acara Hikayat ... 60

E. Profil dan Riwayat Hidup Ustadz Subki Al-Bughury ... 65

BAB V HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN A. Data-data Hasil Penelitian Lapangan ... 70


(11)

vii

2. Respon Kognitif ... 72 3. Respon Afektif ... 75 4. Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif, Dan Konatif Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar ... 86

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(12)

viii

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65 Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir ... 66 Tabel 3 Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek

Kognitif/Pengetahuan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat. ... 67 Tabel 4 Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek

Afektif/Perasaan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat... ... 69 Tabel 6 Tanggapan penonton tentang waktu program dakwah Hikayat. ... 73 Tabel 7 Tanggapan penonton tentang materi program dakwah Hikayat. ... 74 Tabel 8 Tanggapan penonton tentang metode ceramah yang digunakan

narasumber/Da‟i dalam program dakwah Hikayat. ... 76 Tabel 9 Tanggapan penonton terhadap personality narasumber/Da‟i dan

pembawa acara dalam program dakwah Hikayat. ... 77 Tabel 10 Tanggapan penonton terhadap program dakwah Hikayat dari segi

dakwah. ... 80 Tabel 11 Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, dan Afektif Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar ... 89


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman turut memacu tingkat kemajuan ilmu dan teknologi, tanpa terkecuali teknologi komunikasi yang merupakan suatu sarana yang menghubungkan masyarakat yang satu kepada masyarakat yang lain. Kecanggihan teknologi komunikasi turut serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya kegiatan dakwah sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan.1

Perkembangan media informasi, khususnya televisi juga membuat dunia semakin hari semakin dekat meskipun arus infomasi yang mengalir tersebut mempunyai dampak positif maupun negatif. Televisi merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Jika dibandingkan dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah dan sebagainya. Televisi merupakan gabungan dari suara dan media gambar (audio visual).

Penyampaian isi atau pesan juga selah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara dan pembaca) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.2

Tak dapat dibantah, jika televisi punya banyak keunggulan daripada jenis media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio

1

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu

Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33

2

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), (Jakarta:


(14)

visual. Berbeda dengan radio misalnya, yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat visual saja. Televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas. Kedua, dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada para pemirsa daripada surat kabar, radio, dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau jutaan ribu penonton dalam setiap waktunya. Keempat, efek kultural televisi lebih besar daripada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya, khususnya bagi pembentukan perilaku prososional dan antisosial anak-anak.3

Menonton televisi di kalangan masyarakat umum sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Menurut Prof.Dr.R. Mar‟at dari UNPAD, acara televisi pada umumnya dapat mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penonton. Jadi, jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah bukanlah hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton.4

Dengan demikian, adanya kesadaran dari masyarakat akan kehadiran televisi sebagai media masyarakat yang post modern. Ternyata, televisi tampil

dalam wajah yang beragam, terutama program-program siarannya. Di satu sisi televisi memang menampilkan tayangan yang bernuansa tidak mendidik, tetapi di sisi lain televisi juga banyak menampilkan tayangan yang mendidik dan bernuansa agamis.

Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat memanfaatkan media ini untuk sarana dakwah, karena dakwah adalah kewajiban setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesama manusia dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang lain kepada

amar ma‟ruf nahi munkar, sehingga kita mendapat ridho dari Allah SWT.

Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 104:

3

Dedy Djamaludin Malik, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui

Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 87

4

Syekh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka


(15)

















Artinya:“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali „Imran: 104)

Dilihat dari sisi dakwah, tentu media televisi jauh lebih efektif daripada jenis media-media massa lainnya. Melalui media televisi inilah, proses komunikasi keagamaan juga mulai berkembang, diantaranya dari teknik atau metode dakwah serta media dakwah yang sangat variatif dan menarik perhatian masyarakat.

Berdakwah saat ini tidak hanya dapat dilakukan dengan cara khutbah atau ceramah secara langsung di mimbar, namun dengan terciptanya media komunikasi modern, dakwah dapat dilakukan melalui radio, televisi,

handphone, maupun internet. Dengan hadirnya televisi sebagai media dakwah,

maka dapat diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan dakwah Islam dan media tersebut dapat dimanfaatkan kearah yang positif.

Pemanfaatan televisi untuk kegiatan dakwah merupakan sarana yang tepat, karena televisi merupakan media elektronik yang menjangkau pemirsa

(mad’u)nya secara merata dalam satu kegiatan yang dikemas secara rapi dan

mad’u tersebut akan mudah menerimanya. Beraneka ragam program acara

yang ditayangkan ditelevisi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan informasi, selain itu pula untuk memberikan kontribusi terhadap kegiatan dakwah Islam di Indonesia.


(16)

Menayangkan program keagamaan agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat tidaklah mudah. Ini adalah bagian terpenting dalam menyusun program keagamaan yang akan disiarkan untuk pemirsa, bagaimana agar program tersebut tidak monoton sehingga penonton tidak cepat bosan. Maka hal ini membutuhkan perencanaan yang matang agar program menjadi menarik, tampil beda, serta sangat ditunggu-tunggu oleh penontonnya.

Program religi Hikayat adalah program yang dapat disaksikan di stasiun televisi Indosiar. Hikayat mengulas tentang kisah-kisah dengan tag

line„Hikayat: Membawa Manfaat... Alhamdulillah!‟, yang diharapkan sebagai media pembelajaran kaum muslimin dan muslimat untuk memetik kisah-kisah inspiratif yang disajikan setiap hari Rabu, Kamis, dan Jum‟at, pukul 05.00 sampai 06.00 WIB.

Sekilas acara Hikayat ini hampir sama dengan program TV lainnya, tetapi kalau kita simak lebih dekat, ternyata ada perbedaan yang signifikan dengan program religi yang lain. Karena program acara ini dikemas secara serius tetapi tetap santai dengan mengedepankan kisah-kisah yang berasal dari hadits yang dapat menginspirasi para penonton serta memberikan pelajaran yang berharga. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema berdasarkan kisah-kisah dari umat terdahulu yang sangat baik jika kita dapat memetik hikmah dari setiap episodenya.

Ustadz Subki Al-Bughury akan menemani pemirsa Indosiar sebagai narasumber dengan ditemani Komeng sebagai pembawa acara yang selalu setia dan kompak menemani Ustadz Subki disetiap tausiahnya, serta audience


(17)

yang live menyaksikan tausiah Ustadz Subki di studio. Bagi pemirsa yang

berada dalam acara tersebut secara live dapat bertanya di tempat itu juga,

sedangkan bagi pemirsa yang ada di rumah dapat bertanya melalui akun

twitter resmi Hikayat di @HikayatID. Pembawa acara dalam hal ini diambil

dari kalangan selebriti yang sudah tidak asing lagi di layar televisi, ini adalah bagian dari strategi televisi untuk menarik perhatian pemirsa dalam sebuah acara atau tayangan. Dengan sosok Komeng yang seorang komedian memandu acara ini dengan baik, sehingga memberi kesan humor dan tidak terkesan talkshow yang monoton dan menjenuhkan.

Salah satu program religi di stasiun Indosiar ini menarik untuk diteliti karena dalam era yang penuh persaingan ini, berbagai program industri, termasuk televisi sebagai media elektronik mempunyai keharusan untuk mengemas sebuah acara dengan menarik. Dengan pengemasan yang menarik, maka pemirsa akan terus mengikuti perkembangan acara tersebut, khususnya untuk acara religi yang akan mempengaruhi kualitas prosentase pemirsa. Sekarang ini, banyak program acara atau tayangan televisi yang memang dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian pemirsa tanpa mengindahkan hal-hal tertentu. Sebagai insan komunikasi yang bernafaskan Islam, sudah seharusnya memasukan program-program religi dalam media massa baik cetak maupun elektronik. Untuk mengetahui sebuah prosentase acara atau menarik tidaknya acara tersebut, seringkali dapat kita ketahui dari respon yang ditunjukan oleh pemirsa.


(18)

Program Hikayat mempunyai sesuatu yang menarik untuk diteliti. Salah satunya adalah dari segi penyampaian narasumber. Misalnya dari segi penyampaian materi oleh Ustadz Subki Al-Bughury yang selalu menghadirkan bahasan yang menarik seputar kisah-kisah dari zaman Rasulullah, sahabat,

para tabi‟in, dan kisah-kisah inspiratif lain yang isinya memiliki pesan yang dapat kita petik dan aplikasikan pada kehidupan sehari-hari, seperti kisah

sang pendebat yang menceritakan „bagaimana upaya kita menjawab seuatu

pertanyaan seperti yang diajarkan oleh Imam Syafi‟i sang pendebat‟, dan lain -lain.

Dengan adanya program acara dakwah Hikayat di Indosiar ini, peneliti sangat tertarik dalam mengambil judul ini karena media televisi tidak hanya menyampaikan pesan-pesan yang bersifat infotaiment (hiburannya) saja, tetapi

televisi pun menanyangkan program acara yang mendidik. Bukan hanya sekedar menyajikan tontonan, namun juga tuntunan.

Dalam penelitian ini, Mahasiswa KPI dijadikan sebagai subjek penelitian karena mahasiswa KPI adalah akademisi yang menguasai ilmu komunikasi dan media dibandingkan program studi atau jurusan lainnya. Mahasiswa KPI juga nanti akan diarahkan agar menjadi bagian kehidupan dunia komunikasi yang akan terjun di dunia hiburan, perfilman, pertelevisian, dan sebagainya, yang ruang lingkupnya tidak jauh lepas dari media cetak dan elektronik. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui bagaimana respon mahasiswa KPI yang memiliki basic keagamaan terhadap program religi yang


(19)

menarik agar mendapatkan perhatian yang lebih dari pemirsanya, serta mendapatkan ratting yang tinggi pula agar acara religi tersbut dikenal dan digemari oleh pemirsa setianya.

Mahasiswa jurusan KPI adalah calon-calon sarjana Islam yang menyiarkan dakwah dan mengajak umat Islam lainnya ke jalan yang benar. Sebagai mahasiswa, pastinya mereka masih dalam tahap pencarian jati diri, dan dengan adanya program ini diharapkan agar mahasiswa dapat melihat hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan agar terjerumus ke jalan yang salah. Selain itu diharapkan mahasiswa jurusan KPI dapat menyelesaikan masalah apapun yang sedang dihadapinya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana respon mahasiswa terhadap program dakwah Hikayat, maka peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Respon Mahasiswa

Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Program Dakwah Hikayat di

Indosiar”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka peneliti membatasi masalahnya pada respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012-2013 terhadap program Hikayat di Indosiar, dengan judul Kisah Orang Ragu-Ragu yang


(20)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dilihat dari segi efek kognitif terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar? b. Bagaimana respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dilihat

dari segi efek afektif terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian, adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana respon efek kognitif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar.

b. Untuk mengetahui bagaimana respon efek afektif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar.

2. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat Penelitian, adalah: a. Kegunaan Akademisi

1) Untuk memberikan kontribusi yang baik dalam bidang studi dakwah dan komunikasi.


(21)

2) Untuk memberikan informasi kepada Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi akan respon dari sebuah program religi di Televisi.

3) Untuk memberikan kontribusi kepada pemimpin Televisi Indosiar dalam peningkatan kualitas program dakwah Hikayat.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan bagi kalangan teoritis dan praktis, pada umumnya terutama bagi pemiliki stasiun televisi swasta khususnya dalam mengemas acara dengan tidak lagi membosankan dan mampu menarik perhatian khalayak dengan menyampaikan informasi.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melihat judul yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, terdapat banyak keseragaman dalam teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian respon yaitu menggunakan statistik prosentase. Hal tersebut terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan, salah satunya adalah penelitian oleh Heru Saputra yang berjudul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap Program Acara Kick Andy di Metro TV”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa KPI terhadap Program Acara Kick Andy di Metro TV. Pada penelitian ini respon yang diamati meliputi respon kognitif, afektif dan behavioral. Hasil yang


(22)

didapatkan bawa respon mahasiswa KPI terhadap Program Acara Kick Andy mendapatkan respon yang positif. Dan penulis tidak memiliki keseragaman yang berkaitan dengan judul skripsi yang penulis ajukan, yaitu “Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap Program Dakwah Hikayat

di Indosiar”.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-bab dengan penulisan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan permasalahan masalah (latar belakang masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah), tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran umum penulisan penelitian.

Bab II : Tinjauan Teoritis

Bab ini membahas pengertian televisi, televisi sebagai media dakwah, ruang lingkup respon, macam-macam respon, faktor terbentuknya respon.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini membahas tentang metodologi penelitian, variabel penelitian, definisi dan indikator penelitian, hipotesis


(23)

penelitian, populasi dan sampling, teknik penarikan sampel, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengolahan data, dan analisa penelitian.

Bab IV : Gambaran Umum Objek Peneliian

Bab ini memuat gambaran umum Stasiun Indosiar (meliputi: sejarah berdiri, visi & misi, sekilas tentang program dakwah di Indosiar, sekilas tentang program Hikayat di Indosiar), Profil Jurusan Komunikasi dan Penyiaran (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi), dan gambaran umum mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013, serta sekilas biografi Ustadz Subki Al-Bughury.

Bab V : Hasil dan Temuan Penelitian

Analisis respon pemirsa terhadap program dakwah Hikayat, grafik dan tabel dari analisa yang didapat serta penghitungan statistika prosentase guna mengetahui katagoris respon. Terdapat perbandingan rata-rata pemirsa terhadap faktor yang mempengaruhi kesuksesan program.

Bab IV : Penutup

Kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan yang dibahas. Selain itu, dalam penutup ini penulis juga mencantumkan saran-saran dari permasalahan yang dibahas.


(24)

12

A. Respon

1. Pengertian Respon

Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan

atau tanggapan (reaction).1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, respon

berarti tanggapan, reaksi dan jawaban.2

Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa,

“Respon adalah reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat otonomis seperti refleksi dan reaksi emosional

langsung, adapula yang bersifat terkendali”.3

Dalam Kamus Lengkap Psikologi disebutkan bahwa, “Response

(respon) adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berarti satu jawaban, khususnya jawaban dari pertanyaan tes atau kuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi

atau yang samar”.4

1

Jhon. M. Echoles dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2003), cet. Ke-27, h. 481

2

Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan, Edisi

ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 952

3

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan

Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964

4

J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004),


(25)

Sedangkan menurut Ahmad Subandi, respon dengan istilah umpan balik yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.5 Dengan adanya respon, yang disampaikan oleh objek dakwah dan subjek dakwah atau dari komunikan kepada komunikator akan meminimalisir kesalahan dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi.

Respon secara pemahaman luas dapat diartikan pula ketika seseorang memberikan reaksinya melalui pemikiran, sikap, dan perilaku. Sikap yang ada pada diri seseorang akan memberikan warna pada perilaku atau perbuatan seseorang.

Secara umum, respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari sebuah pengamatan. Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggapan ialah pengamatan tentang subjek, peristiwa-peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Segala sesuatu yang pernah kita alami akan selalu meninggalkan jejak atau kesan dalam pikiran kita. Kesan atau jejak itulah yang dapat timbul kembali dan berperan sebagai sebuah tanggapan atau bisa disebut respon. Secara umum, tanggapan atau respon merupakan bayangan atau kesan dari apa yang telah kita amati dan kenali. Selama tanggapan-tanggapan itu berada dalam bawah sadar, maka disebut dengan tanggapan-tanggapan

5


(26)

laten, sedangkan tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran disebut dengan tanggapan aktual.6

Dalam pembahasan teori tentang respon, maka berbicara pula tentang efek media massa seperti yang dinyatakan oleh Donald K Robert (Schram dan Roberts, 1997: 359) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.7

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe respon dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami oleh khalayak.

b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu.

c. Behavioral, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau kebiasaan.8

Jadi antara respon, tanggapan, jawaban dapat muncul disebabkan oleh adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya.

6

Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 2006),

h. 60

7

Jalaludin Rakhmat, Psikologi komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004), h. 128

8


(27)

2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respon

Teori Stimulus – Respon atau biasa dikenal dengan S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari bidang keilmuan psikologi yang muncul pada tahun 1930-an, yang kemudian diangkat menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek material psikologi dan komunikasi yang sama, yakni manusia yang meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.9

Teori ini pada dasarnya merupakan sebuah prinsip belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam teori ini dapat menggambarkan seseorang yang mampu menjelaskan suatu hubungan antara pesan dalam media dengan reaksi audience.10

Dalam stimulus-respon, efek yang ditimbulkan merupakan reaksi khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat memperkirakan kesesuaian anatara pesan dan reaksi komunikan yang timbul sesuai dengan apa yang diharapkan komunikator.

McQuail mengutarakan elemen-elemen utama dalam teori ini adalah:11 a. Pesan (Stimulus)

b. Seorang penerima (Receiver) c. Efek (Respons)

9

Onong Uchyana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakri, 2005), h. 254

10

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 277

11

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi


(28)

Dalam masyarakat massa, prinsip S-O-R mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media, yang kemudian didistribusikan secara sistematis dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditunjukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespon informasi tersebut.

Prinsip teori stimulus respon ini merupakan prinsip dasar dari teori jarum suntik hipodermik, teori yang menjelaskan proses terjadinya efek media massa yang memiliki pengaruh kuat terhadap khalayak. Penggunaan teknologi telematika dimaksudkan untuk mereproduksi dan mendistribusi pesan informasi dengan memaksimalkan jumlah penerima dan respon oleh audience, sekaligus meningkatkan respon audience.

Dalam bukunya yang berjudul “Sikap Manusia, Perubahan, serta Pengukurannya”, Prof. Dr. Mar‟at mengutip pendapat Hovland dan Kelley

yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.12

Gambar 1.1

12

Onong Uchjana Effendi, Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra

Aditya, 2003), h. 254-255 STIMULUS

ORGANISME

Perhatian Pengertian Penerimaan

RESPON


(29)

Dapat dilihat, bahwa perubahan individu tergantung pada proses pesan informasi tersebut yang disampaikan. Gambar di atas menggambarkan bahwa Stimulus yang diberikan kepada komunikan memiliki 2 (dua) kemungkinan, yaitu pesan diterima atau ditolak.

Sebuah pesan informasi berlangsung ketika adanya perhatian dari komunikan, yang kemudian komunikan akan mengerti dari isi pesan informasi tersebut. Kemampuan komunikan dalam memberikan makna terhadap isi pesan inilah terjadi proses menerima atau menolak yang kemudian terjadilah kesediaan komunikan untuk merubah sikap.

Dalam teori stimulus-respon dalam prosesnya tidak ditujukan kepada komunikan yang bersifat individu, akan tetapi ditujukan dalam jumlah yang lebih besar seperti masyarakat atau komunitas. Oleh karena itu, penggunaan teknologi merupakan keharusan dalam mendistribusikan pesan informasi, sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.

Kelemahan teori ini adalah menyamaratakan individu. Bagimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, Melvin DeFleur pada tahun 1970, melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respon dengan teorinya yang dikenal sebagai individual difference theory, yiatu pesan-pesan media berisi

stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadi individu.13

13

Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta, Kencana, 2005), Cet. Ke-1, h.


(30)

Respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap khalayak yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila terdapat unsur-unsur komunikasi di dalamnya.

Model komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Marketing Management, mengangkat paradigma Harold D.

Lasawel yaitu „Who, Say What, In Which Channel, To Whom, With What Effect‟, dimana unsur-unsur komunikasinya adalah:14

a. Sender, yakni komunikator yang menyampaikan pesan kepada khalayak.

b. Encoding, yakni proses pengalihan pikiran dalam bentuk lambang atau

simbol.

c. Message, yakni pesan yang berupa serangkaian lambang bermakna yang

disampaikan komunikator.

d. Media, merupakan tempat atau wadah berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan.

e. Decoding, merupakan proses dimana komunikan menetapkan makna

dalam lambang yang disampaikan komunikator kepadanya.

f. Reponse, adalah tanggapan atau seperangkat reaksi kepada komunikator

setelah diterpa pesan.

g. Feedback, Adalah umpan balik atau tanggapan komunikan apabila

tersampaikan pesan kepada komunikator.

14

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Rosda


(31)

h. Noise, merupakan gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses

komunikasi. Hal ini terjadi ketika komunikan menerima pesan lain yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Faktor Terbentuknya Respon

Semenjak manusia dilahirkan, sejak itulah manusia langsung menerima stimulus, sekaligus dituntut untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh. Manusia dalam pertumbuhan selanjutnya terus merasakan akibat pengaruh dari dirinya. Untuk mengembangkan fungsi alat indera sesuai fungsinya, terus memperhatikan, menggali segala sesuatu disekitarnya. Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat inderanya dengan menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal (yang mempengaruhi dari diri luar manusia), seperti dikatakan Bimo Walgito “Alat

indera itu penghubung antara individu dengan dunia luarnya”.15

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka stimulus akan ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada individu itu sendiri.

15


(32)

Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua faktor, yaitu :

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu sendiri dari dua unsur, yakni rohani dan jasmani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau atau akan berbeda tanggapan antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau psikologis meliputi keberadaan, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental pikiran motivasi dan sebagainya.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito, dalam bukunya, pengantar

psikologi umum menyatakan bahwa “faktor fisik berhubungan dengan

objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengabaikan alat indera”.16

4. Macam – macam respon

Menurut Agus Sujanto, ada bermacam-macam tanggapan yaitu : a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu :

1) Tanggapan auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain. 2) Tanggapan visual, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang

dilihat.

3) Tanggapan perasa, yakni tanggapan sesuatu yang dialami dirinya.

16


(33)

b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu :

1) Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang diingatnya.

2) Tanggapan fantasi, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang dibayangkan.

3) Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang dipikirkan.

c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu :

1) Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang menghampirinya atau berada di dekatnya.

2) Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata yang di dengar atau dilihatnya.17

Jadi, respon menurut penulis adalah tanggapan yang muncul dari indera dan faktor lingkungan sehingga menimbulkan reaksi yang muncul karena adanya suatu pertanyaan yang menimbulkan jawaban yang bersifat positif atau negatif sehingga menimbulkan stimulus yang menarik dirinya.

B. Program Televisi

1. Pengertian Program Televisi

Program berasal dari bahasa inggris “Programme”, yang berarti

acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah

“siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang

disajikan dalam bentuk. Dengan demikian, pengertian program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan

audincenya. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang

17


(34)

membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan

stasiun penyiaran radio ataupun televisi.18

Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television

programing) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran

televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam

(vertical programing) setiap harinya. Media televisi hanya mengistilahkan

programming atau pemrograman (Soenarto, 2007:1).

Sedangkan menurut Rukmananda, “Programming adalah teknik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara

berurutan”.19

Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat penonton tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services)

yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini penonton dan pemasang iklan. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapat pendengar atau penonton.20

18

Edwi Arief Sosiawan, Handout Dasar-Dasar Broadcasting

19

Naratama Rukmananda, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 213

20


(35)

2. Karakteristik Program Televisi

Suatu program televisi selalu mempertimbangkan agar program acar tersebut itu digemari atau dapat diterima oleh audience. Berikut ini

empat hal yang terkait dalam karakteristik suatu program televisi:

a. Product, yaitu materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan diharapkan akan disukai audiene yang dituju.

b. Price, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli program sekaligus menentukan tarif bagi pemasang iklan yang berminat memasang iklan pada program bersangkutan.

c. Place, yaitu kapan waktu siaran yang tepat program itu. Pemilihan waktu siar yang tepat bagi suatu program akan sangat membantu keberhasilan program bersangkutan.

d. Promotion, yaitu bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor.

3. Macam-Macam Program Televisi

Berdasarkan Straubhaar dan LaRose (2000:226) dalam Handout

milik Edwi Arief Sosiawan , macam-macam program televisi antara lain : a. Commercials dan other interruptions

Merupakan program yang diletakkan di antara regular programs Dan regular interruption yang memiliki beberapa bentuk,

yaitu :

1) Commercials : Iklan komersil dalam bentuk promosi barang dan


(36)

2) Public Service Announcement : Iklan tentang layanan masyarakat,

tentang acara budaya, hingga penyuluhan kesehatan dan keadaan darurat.

3) Program Promotion : merupakan bentuk in-house advertising

yang dimana stasiun televisi mengiklankan program yang ditayangkan dalam jaringan televisinya.

b. Entertainment Programs

Program hiburan yang sebagian besar muncul secara harian, mingguan, ataupun sesering mungkin. Dalam kategori ini termasuk beberapa program lain, yaitu :

1) Drama : acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam bentuk cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki karakter dan plot cerita yang serupa dengan cerita aslinya.

2) Action Adventure Programs : acara yang memiliki elemen aksi

kuat yang mengisahkan jalan cerita antara orang baik melawan orang jahat.

3) Situation Comedies (sitcom) : acara yang bersifat humor yang

dimana memiliki jejak kelemahandan kegiatan dari karakter peran yang dimainkan

4) Variety Show : format acara dengan berbagaimacam pertunjukkan

musik, komedi, dan hiburan lainnya. Biasanya terdapat pembawa acara yang memperkenalkan serta berinteraksi dengan bintangtamu selama acara berlangsung.


(37)

5) Talk Show : acara yang menyerupai variety show, namun terfokus

pada sebuah pembicaraan antara bintang tamu yang berinteraksi dengan pembawa acara.

6) Personality and Game Shows : acara yang memiliki karakteristik

yang dimana pembawa acaranya bersaing dengan peserta yang telah dipilih sebelumnya.

7) Soap Operas : jenis dari acara drama yangbermulai dari

bertahun-tahun yang lalu dari program radio yang ceritanya diadaptasi menjadi acara televisi.

8) Children’s Programs: bentuk acara mulai dari program pendidikan

hingga kartun animasi yang terdapat kekerasan di dalamnya. 9) Movies : acara dimana televisi menayangkan film layar lebar.

10)Special Program : acara singkat yang merupakan bukan bagian

dari acara program tetap.

11)Sport and special events : merupakan bentuk siaran untuk sebuah

potongan besar acara dari durasi televisi.

12)Docudrama : merupakan bentuk tahunan acara yang menceritakan

kisah fiksi sejarah yang tak memihak. Biasanya merupakan hayalan nyata dari potongan cerita masa kini di masyarakat.

13)Mini series : bagian dari banyak acara yang dimana dipecah

menjadi beberapa tayangan program sore dan menjadi acara penting yang memiliki daya saing rating.


(38)

c. Other Program

Merupakan bentuk acara yang memiliki nilai informasi dan berpengaruh, seperti :

1) News and Public Affairs : termasuk acara berita jaringan dan berita

lokal, acara public yang penting dalam jangkauan khusus, acara dokumenter dan berita khusus,acara dialog tetap yang mewawancarai tokoh masyarakat dalam bentuk pertanyaan jurnalistik

2) Religious Programs : mulai dari pelayanan agama secara

elektronik hingga dialog agama dan pelayanan tempat ibadah lokal.

3) Cultural and Educational Programs : termasuk acara budaya dan

pendidikan bagi anak secara praktis yang ditayangkan di televisi.21

C. Televisi Sebagai Media Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Kata „Dakwah‟ berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan,

seruan, panggilan, dan undangan.22 Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar, sedangkan bentuk kata kerjanya atau

fi‟ilnya adalah da’a – yad’u yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.23

Menurut Zaini Muchtarom, dakwah adalah mengajak atau menyeru umat manusia baik perorangan atau kelompok kepada agama Islam

21

Edwi Arief Sosiawan, Handout Dasar-Dasar Broadcasting

22

Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67

23


(39)

sebagai pedoman hidup yang diridhoi oleh Allah SWT dalam bentuk amar

ma‟ruf nahi munkar dan amal soleh secara lisan maupun perbuatan guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.24

Sedangkan H.M Mansur Amin mendefinisikan dakwah sebagai

berikut: „Dakwah adalah suatu aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu

yang unsur-unsurnya adalah materi dakwah, tujuannya, tata caranya, pelaksanaannya dan sasaran atau objeknya. Dari kelima unsur tersebut maka dakwah dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang mendorong manusia untuk memeluk agama Islam agar mereka mendapatkan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.25

Definisi ilmu dakwah secra umum ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan bagimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menyetujui, mengikuti, dan melaksanakan suatu ideologi pendapat-pendapat pekerjaan yang tertentu.

Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk merubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai

sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.26

Menurut Abdul Rosyad Saleh, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha/aktivitas yang dilakukan dengan sabar dan

24

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press,

1996), h. 14

25

Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996),

h. 45

26


(40)

sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu berupa mengajak orang yang

beriman dan menaati Allah SWT atau memeluk agama Islam, amar ma‟ruf

nahi munkar, dan perbaikan serta pembangunan masyarakat (ishlah).

Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi Allah SWT.27

Demikian banyak interpretasi dari pengertian dakwah yang dikemukakan oleh para ahli atau pakar agama. Meskipun berbeda rumusannya tapi makna dan tujuannya sama. Ada yang menyimpulkan bahwa berdakwah adalah suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau yang lain, yang dilakukan secara sadar dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai suatu pesan yang disampaikan tanpa ada unsur paksaan.28

Dengan demikian dakwah bisa dikatakn sebagai suatu strategi penyampaian nilai-nilai Islam kepada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami. Dapat juga dikatakan sebagai agen mengubah manusia kearah kehidupan yang lebih baik.

27

Abdul Rosyad Saleh, Manajamen Dakwah Islam, (Jakarta Bulan Bintang, 1997), h.

19-20

28

Muyazzin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara,


(41)

Beberapa pendapat ulama mengenai istilah dakwah yang dikutip

oleh Farid Ma‟ruf Noor dalam bukunya “Dinamika dan Akhlaq Dakwah”,

yaitu antara lain:

a. Dakwah ialah menyeru apa yang diserukan Allah, bagi siapa yang mengikuti Rasulullah SAW. (Muhammad Abu zaed, Hadyu Rasul, hal.

9)

b. Dakwah itu menegakkan yang benar, menyiarkan kalimah Allah dalam

kehidupan manusia di persada bumi Tuhan. (Mas‟ud Annadawi,

Tarikhud Da’wah Islamiyah, hal. 14)

c. Dakwah itu adalah memindahkan situasi umat dari situasi ke situasi yang lain yang lebih baik. (Bakhiyatul Khullie, Tadzkiratun Du’at, hal. 27)

d. Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif kepada yang

positif, memperjuangkan yang ma‟ruf atau yang munkar,

memenangkan yang hak atas yang bathil. (Drs. Salahuddin Sanusi,

Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, hal. 8-11).

Sedangkan kitab suci Al-Qur‟an membicarakan dakwah dalam surat An-Nahl ayat 125 :









Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang


(42)

Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan yang Allah dengan cara hikmah (ada yang menyebutnya bijaksana), nasihat yang baik dan berdebat dengan cara yang baik pula. Tidak boleh ada paksaan. Apalagi yang sifatnya menggunakan kekerasan. Jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Ditegaskan kembali urgensi dakwah bagi umat Islam dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi :

















Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

2. Pengertian Televisi

Televisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah sistem penyajian gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa, menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bungi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat di dengar.29

Kata televisi berasal dari dua suku kata, yakni Tele dalam bahasa

Yunani yang berarti „Jarak‟ dan kata Visi dalam bahasa Latin yang berarti

„citra atau gambar‟. Jadi, televisi berarti suatu sistem penyajian gambar

berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.30

29

DEPDIKBUD, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1028

30

P. C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio, (Jakarta: PT.


(43)

Televisi juga bisa disebut sebagai sebuah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara gambar sekaligus, dari siaran televisi itu maka penonton dapat mendengarkan dan melihat gambar-gambar yang disajikan. Media televisi pada hakikatnya adalah media komunikasi yang berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi khalayak.

3. Televisi Sebagai Media Dakwah

Dalam menghadapi era globalisasi informasi dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan kepada cepatnya perkembangan arus informasi. Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampaian informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan pesan-pesan dakwah Islam.

Aktivitas dakwah Islam saat ini tidak cukup dengan menggunakan media-media tradisional, seperti ceramah dan pengajian yang masih menggunakan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah Islam lebih mengena sasaran dan tidak out of date.

Kata media, berasal dari bahasa Latin „Median‟ yang merupakan

bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.31

31


(44)

Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaiakan materi dakwah kepada penerima dakwah.32 Contoh media dakwah pada zaman sekarang ini, seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerpaan dan manfaat hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih optimal.33

Kemajuan pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara terus menerus dan berkualitas, mulai dari Kultum (Kuliah Tujuh Menit), Talkshow, FTV, hingga Sinetron. Kini, Program acara keagamaan atau religi di televisi di Indonesia tidak hanya hadir di bulan Ramadhan saja, tetapi dibulan-bulan biasa pun acara keagamaan seakan berlomba-lomba untuk meyajikan tayangan spiritual yang bermakna konstruktif bagi kehidupan manusia, khususnya bagi umat Islam agar menambah keilmuan dan mempertebal keimanan. Menurut penulis, jadi jelaslah media televisi merupakan media dakwah dan ladang yang subur bagi pengembangan Islam, mencerdaskan umat dan memenuhi kebutuhan umat.

Kehadiran dakwah di televisi sudah berhasil membentuk komunitas dakwahnya sendiri. Secara hipotesis, dengan merujuk pada klasifikasi Dennis (1987), ada tiga kategorisasi komunikasi dakwah dalam televisi. Pertama,

32

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 114

33

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.


(45)

Ritualized viewers yaitu para pemirsa yang sepenuhnya tertarik dengan apa

saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber rujukan mereka dalam memahami Islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber rujukan mereka dalam memahami Islam. Selain diperoleh dari pengajian-pengajian atau buku-buku keagamaan. Para pemirsa jenis ini biasa disebut the true believer (pemeluk teguh) atau termasuk dalam kategori

„santri’, hal ini meminjam istilah Clifford Geeterz. Bagi mereka, dakwah di

televisi dapat memperteguh sekaligus mencerahkan visi keislaman. Dakwah di telivisi juga bisa menjadi sumber agenda dalam wacana interpersonal dengan keluarga atau kawan sejawat.34

Kedua, instrument viewers yaitu komunitas dakwah “cair” yang sedikit tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi bagi mereka bukanlah kebutuhan utama. Mereka tidak punya kepentingan pada upaya penguatan nilai dan identitas kultural Islam. Menonton dakwah di televisi hanya sekedar mengisi waktu atau paling tidak sekedar memperoleh informasi

dari “dunia lain” karena mereka sendiri merasa bukan bagian dari komunitas

itu. Merujuk kategori Geertz, kelompok pemirsa ini termasuk yang

dikategorikan “Islam abangan”. Ukuran mereka adalah melaksanakan rukun Islam, betapapun kadang-kadang, sudah cukup dikatakan sebagai Islam. Urusan di luar itu seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya, menurut mereka tidak harus bercorak Islam, setidaknya secara simbolis.35

34

Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui

Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 87

35

Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui


(46)

Ketiga, reactionary viewers yaitu komunitas dakwah yang didalamnya

bukan saja Islam, tapi juga termasuk agama lain. Mereka menonton televisi,

bukan lantaran panggilan „ibadah‟, tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan

personal mereka akan pentingnya moralitas, informasi dan sajian hiburan yang sehat. Kaum free thinkers misalnya, tidak memandang perlu „beragama‟,

karena kebenaran dan moralitas bisa dicapai tidak lewat agama. Kalaupun mereka Islam, hanya nominal saja.36

Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat dimanfaatkan media ini untuk saran dakwah, karena dakwah adalah kewajiban setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesama manusia

dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang kepada amar ma‟ruf

nahi munkar, sehingga kita mendaoat keridhaan Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:

















Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

36

Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui


(47)

35

A. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis data, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data yang berwujud angka. Sedangkan desain penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif merupakan suatu prosedur penelitian untuk menggambarkan tentang karakteristik ciri-ciri individu, situasi, atau kelompok tertentu.1

B. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan 2012/2013. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah respon mahasiswa terhadap program acara religi Hikayat di Indosiar, episode Kisah Orang Ragu-Ragu. Hal ini dikarenakan pada episode Kisah Orang ragu-ragu memiliki tingkat share yang paling tinggi, dan biasanya sifat keragu-raguan

itu sering kita hampiri pada jiwa muda seperti mahasiswa dalam mengambil keputusan.

1

Nanang Martono, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Aanalisis Data


(48)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam melakukan penelitian, setidaknya peneliti membutuhkan waktu lima bulan agar mendapatkan data yang akurat dan jelas. Dalam penelitian ini, peneliti melakukannya mulai bulan Mei sampai bulan September 2013. Dan lokasi atau tempat yang penelitian ini berlokasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian sangat mudah dijangkau oleh peneliti.

2. Peneliti adalah mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sehingga data dapat diakses dengan mudah.

3. Adanya keterbatasan biaya, waktu, tenaga yang dimiliki oleh peneliti.

D. Populasi dan Sampling

Populasi adalah sekumpulan elemen dan unsur yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep. Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber penelitian.2 Sedangkan sample adalah sebagian dari populasi.

Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013 yang berjumlah 165 orang.3

2

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitaif, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008), cet. Ke-3, hal.99

3


(49)

No Kelas Banyaknya Populasi (Mahasiswa)

1 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 A

32 2 Komunikasi dan Penyiaran Islam

kelas 2 B

32 3 Komunikasi dan Penyiaran Islam

kelas 2 C

31 4 Komunikasi dan Penyiaran Islam

kelas 2 D

33 5 Komunikasi dan Penyiaran Islam

kelas 2 E

37

TOTAL 165

E. Teknik Pengambilan Sample

Adapun metode pengambilan sample dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik sampling ini digunakan

pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sample penelitian. Karena dalam penelitian ini akan meneliti respon mahasiswa mengenai program acara

Hikayat, maka peneliti akan menjadikan mahasiswa KPI angkatan 2012/2013

sebagai sample penelitian.

Untuk mengetahui jumlah sample yang digunakan, maka peneliti mengunakan rumus slovin dengan sampling error 10%. Karena dalam rumus

slovin menjelaskan bahwa untuk mencapai keakuratan data, maka pengambilan sample dari populasi dalam sebuah penelitian batas sampling errornya antara 1%-10%. Jadi dari jumlah 165 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013, peneliti mengambil sample mahasiswa dengan sampling error 10%, sehingga di dapat 63 sample. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:


(50)

Keterangan:

n = Ukuran Sample N = Ukuran Populasi

e = presentase ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sample yang dapat ditolerir, misalnya 2% kemudian e ini dikuadratkan.4

= 63 orang

Dari perhitungan rumus solvin maka diperoleh jumlah sample penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 63 mahasiswa. Berikut adalah banyaknya sample dari tiap kelompok secara proporsional adalah:

4

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada


(51)

No Kelas Banyaknya sample (Mahasiswa)

1 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 A

2 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 B

3 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 C

4 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 D

5 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 E

TOTAL 63

F. Variabel Penelitian

Sebagaimana halnya dengan penelitian-penelitian lainnya, penelitian ini berusaha untuk mempelajari dengan seksama berbagai hal yang berhubungan dengan masalah penelitian, yang pada dasarnya terbagi kepada dua bentuk variabel, masing-masing adalah variabel bebas (independent

variable) dan variabel tergantung (dependent variable).

Kedua bentuk variabel ini didefinisikan oleh Burhan Bungin sebagai berikut:

“Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung, sementara variabel bebas

berada pada posisi yang lepas dari “pengaruh” variabel tergantung.

Dengan demikian variabel tergantung adalah variabel yang

“dipengaruhi” oleh variabel bebas”.5

5

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan


(52)

Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Variabel Independen (Respon Mahasiswa) a. Respon Kognitif

b. Respon Afektif

2. Variabel Dependen (Program Televisi) a. Waktu Acara

b. Materi Program

c. Metode yang disampaikan d. Personality Da’i

e. Efek Program Bagi Mad’u Dari Segi Dakwah

G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

Definisi operasional mengatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukan konsep yang dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan gejala empirik.6

Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variabel penelitian, yaitu: variabel independent dan dependent. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent

variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat

6


(53)

atau dependent variable (Y).7 Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan

dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima oleh komunikan dari komunikator, dalam hal ini tanggapan yang diberikan oleh Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap program acara dakwah Hikayat. Dalam bahasa respon, ada dua macam respon, yaitu respon positif dan respon negatif. Berbicara tentang respon, berbicara pula tentang efek media massa yang meliputi:

a. Respon Kognitif

1) Definisi Operasional

Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak.

2) Indikator

a) Mahasiswa mengetahui program acara Hikayat adalah program religi.

b) Mahasiswa mengerti akan hikmah dari program Hikayat. c) Mahasiswa mengetahui ilmu-ilmu agama melalui program ini.

7

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka


(54)

b. Respon Afektif

1) Definisi Operasional

Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak.

2) Indikator

a) Mahasiswa merasa senang pada saat dirinya menyaksikan program ini.

b) Mahasiswa menyukai materi yang ditawarkan dalam program Hikayat di Indosiar.

c) Mahasiswa menyukai metode yang diberikan oleh pihak penyelenggara.

d) Mahasiswa senang melihat pembawa acara Hikayat. e) Mahasiswa tertawa pada saat menyaksikan Hikayat.

f) Setelah menyaksikan acara Hikayat mahasiswa merasa harus meninggalkan sifat keragu-raguan.

g) Setelah menyaksikan acara hikayat mahasiswa cenderung akan menjalani kehidupan yang optimis dan yakin.

2. Variabel Dependen

Program Televisi

Rangkaian acara dari sebuah televisi, yang meliputi:

a. Waktu program

1) Definisi Operasional

Suatu hal menunjukan ketepatan atau tidaknya sebuah program. 2) Indikator


(55)

a) Penempatan waktu program sudah tepat.

b) Adanya perubahan dalam waktu tayangan program. c) Batas waktu tayangan program hingga terbitnya fajar.

b. Materi program

1) Definisi Operasional

Hal-hal atau informasi yang diberikan oleh narasumber terhadap

mad’u, baik berupa pengetahuan agama dan lainnya.

2) Indikator

a) Materi yang diberikan sesuai dengan keinginan mad’u.

b) Materi yang diberikan berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.

c) Materi yang diberikan sudah jelas sumber bukunya.

d) Materi yang diberikan mudah dimengerti, juga singkat, padat dan jelas.

c. Metode ceramah yang digunakan da’i

1) Definisi Operasional

Cara penyampaian materi yang dipakai oleh pihak pengelola dan mengisi acara dalam menyampaikan materi acaranya.

2) Indikator

a) Penyampaian materi dengan gaya dan vocal yang lantang, luwes, tegas, tidak kaku dan tenang.

b) Penyampaian materi bersifat interaktif atau saling berkomunikasi.


(56)

d. Personality Narasumber dan Pembawa acara

1) Merupakan pihak penyelenggara siaran televisi, yang juga mencakup pembuat acara, pembawa acara, dan anarsumber atau

da’i. Dalam istilah komunikasi, mereka juga disebut komunikator

atau penyampai pesan. 2) Indikator

a) Menyukai penceramah/da’i karena nama besarnya.

b) Menyukai penceramah karena gaya bahasanya yang menarik, rangkaian kata-katanya yang tersusun rapih dan mudah dimengerti.

c) Menyukai penceramah karena gaya penyampaiannya yang lemah lembut, tidak kaku, luwes dan lantang.

d) Penceramah terlihat konsisten atau berpegang teguh pada materi yang diberikan oleh pihak penyelenggara.

e) Penceramah/da’i terlihat membosankan dan menjenuhkan. f) Pembawa acaranya menarik, unik, dan lucu

g) Terdapat unsur humor dalam membawakan acaranya. h) Pembawa acaranya membosankan dan membuat ngantuk.

e. Efek program bagi mad’u dari segi dakwah

1) Definisi Operasional

Hal-hal yang terjadi pada sikap mad’u atau komunikan setelah menyaksikan program Hikayat.

2) Indikator


(1)

12.Menurut anda, apakah acara Hikayat ini sudah mencapai target yang diinginkan atau belum?

Ada target yang memang sudah tercapai, tetapi ada juga yang belum tercapai. Kalau yang sudah tercapai itu banyaknya ibu-ibu majelis taklim yang mengirim email ke Hikayat untuk menjadi audiens di studio langsung, serta banyaknya follower dan interaksi di akun twitter kami. Target kami selanjutnya adalah bagaimana kita mencoba untuk tetap mensosialisasikan acara kami ini ke masyarakat, jangan sampai ratting kami anjlok lagi. Dan acara Hikayat ini tetap diminati masyarakat serta masyarakat mau mengaplikasikan intisari dari acara Hikayat ini di kehidupan sehari-hari.

13.Setiap program acara televisi memiliki rating, bagaimana dengan rating acara Hikayat ini?

Alhamdulillah, untuk ukuran acara religi yang terbilang cukup baru ini memiliki ratting yang cukup bagus. Hal ini terbukti dari perjalanan Hikayat yang baru berumur 4 bulan, namun sudah mencapai share-nya 11,3% dan ratting ke 3. Ratting 3 itu untuk kategori acara religi pada waktu subuh itu sudah sangat baik dengan share sekitar 11,3 ini.

14.Bagaimana usaha yang dilakukan agar acara Hikayat ini tetap eksis dilayar kaca Indosiar dan disenangi oleh penontonnya?

Ya, kami selalu berusaha untuk bekerjasama antara tim produksi, IT web Indosiar, hingga ke ustadz subkinya langsung untuk mempromosikan acara kami di jejaring media sosial masing-masing. Kedua, kami akan selalu tetap memperbaiki segala kekurangan kami agar Hikayat benar-benar masuk di hati masyarakat.


(2)

15.Menurut anda, apa kelebihan atau keistimewaan program Hikayat dibandingkan dengan program dakwah lainnya?

Kelebihan atau keistimewaan Hikayat dengan program dakwah yang lain, pertama acara Hikayat ini sifatnya Talkshow yaa.. dan kita ingin acara ini eklusif. Artinya, ada usaha dari tim produksi yang diperjuangkan dalam membuat karya. Kalau acara religi yang hanya kita ambil dari potongan video-video dari youtube, kesannya itu mudah sekali. Jadi yang membedakan pertama kali adalah look/penampilan, tema dan format. Kedua, kalau program dakwah lain hanya membahas yang meliputi aqidah, akhlak dan keimanan saja. Namun, Hikayat membahas kisah-kisah inspiratif agar masyarakat dapat memetik hikmah dari setiap yang dikisahkan, hikmahnya sudah meliputi aqidah, akhlak dan keimanan.

16.Dalam prosesnya, baik pra produksi, produksi maupun pasca produksi. Apakah anda menemukan kendala atau hambatan yang berarti dalam program ini?

Ya, kadang-kadang ada, seperti pembatalan jadwal shooting Hikayat yang biasa dilakukan pada hari Sabtu. Dikarenakan kita memiliki narasumber dan presenter yang memiliki jadwal yang sangat padat, maka sering kali kita merubah jadwal shooting pada hari Senin atau kapanpun ustadz dan komeng bisa. Namun, hal itu tidak begitu berarti. Karena baik pada proses pra produksi maupun saat produksi kami selalu berusaha untuk bekerja sama dengan baik. Hal ini saya syukuri, karena semua tim kami memiliki basic yang bagus juga di bidang agama. Sehingga, kami dapat berpartisipasi memberikan masukan untuk proses produksi agar lebih baik.

17.Apa faktor pendukung yang mendorong kesuksesan dalam program ini?

Kalo dari internal, ya seperti yang sudah saya kemukakan tadi. Bahwa kami memiliki tim yang sangat solid dan memiliki basic yang bagus di


(3)

bidang agama. Terutama dari pihak pak ustadz Subki dan Komeng yang selalu komunikatif.

18.Apa saran atau pesan anda untuk kemajuan/ perkembangan program ini?

Ingin sekali memiliki jadwal tayang setiap hari. Memiliki acara religi pada pagi hari itu sangat senang sekali, karena kita dapat memberikan ilmu pengetahuan agama kepada masyarakat Muslim. Namun, itu semua tergantung kebijakan dari atasan.

Produser Hikayat


(4)

LAMPIRAN FOTO

Ustadz Subki Al-Bughury dan H. Komeng saat menyampaikan materi Hikayat

Pembawa Acara Hikayat Indosiar Narasumber Hikayat Indosiar


(5)

Ustadz Subki dan H. Komeng sedang menyampaikan materi Hikayat kepada pemirsa Indosiar

Ustadz Subki dan H. Komeng sedang menyampaikan materi Hikayat kepada pemirsa Indosiar

Ustadz Subki Al-Bughury saat sedang menjawab pertanyaan dari penonton Hikayat


(6)

Responden KPI E 2012/2013 Peneliti bersama Ustadz Subki Al-Bughury


Dokumen yang terkait

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Respon Mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Produk Tabungan Wadi’ah Bank Syariah Respon Mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Produk Tabungan Wadi’ah Bank Syariah

0 15 77

Respons mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam angkatan 2009 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film sang pencerah

1 16 79

Respon mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap program Indonesia mencari bakat di Trans TV

1 9 101

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

Respon mahasiswi fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi terhadap komunitas hijaber di uin Syarif Hidayatullah Jakarta

0 3 112

Respon mahasiswa terhadap sensifitas gender pada materi kuliah di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 14 98

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I PENDAHULUAN - Ilmu Dakwah Makalah 'Kompetensi Da'i'

0 0 11