commit to user
32
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Keadaan Geografis Desa Trangsan
Desa Trangsan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Gatak. Desa Trangsan berada pada ketiggian 718 meter diatas permukaan laut
dpl. Desa Trangsan beriklim tropis dengan suhu rata-rata 36 C. Jarak Desa Trangsan dengan pusat pemerintahan Kecamatan Gatak sejauh 1 km, sedangkan
jarak Desa Trangsan dengan pusat pemerintahan Kota Sukoharjo sejauh 20 km, dan jarak Desa Trangsan dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah sejauh 113 km.
Desa Trangsan memiliki wilayah seluas 248.256 Ha yang terdiri dari 10 RW dan 37 RT. Adapun batas-batas Desa Trangsan dengan wilayah lain secara
administratif yaitu : · Sebelah utara : Desa Gumpang dan Mayang
· Sebelah selatan : Desa Luang · Sebelah barat : Desa Wironanggan dan Ngemplak
· Sebelah timur : Desa Trosemi dan Waru
B. Kondisi Demografis Desa Trangsan
1. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah atau keadaan penduduk Desa Trangsan menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel sebagai berikut
Tabel 1
commit to user
33
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Umur
No. Umur
Jumlah Persen
1. 0-4 th
403 6,3
2. 5-9 th
494 7,7
3. 10-14 th
476 7,4
4. 15-19 th
515 8,1
5. 20-24 th
495 7,7
6. 25-29 th
484 7,6
7. 30-39 th
765 12,0
8. 40-49 th
944 14,8
9. 50-59 th
864 13,6
10. 60 th +
911 14,3
Jumlah 6351
100 Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Komposisi penduduk menurut umur secara garis besar dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :
a. Usia muda atau angkatan belum produktif, yaitu usia 0-14 tahun. b.Usia dewasaangkatan kerja produktif, yaitu usia 15-59 tahun.
c. Usia tuaangkatan tidak produktif yaitu usia 60 tahun keatas. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari kategori usia muda, dewasa
dan usia tua, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Trangsan tergolong dalam kategori dewasa. Dimana penduduk yang berusia antara 0-14
tahun usia muda berjumlah 173 jiwa atau sebesar 21,6 , sedangkan penduduk
commit to user
34
yang berusia antara 15-59 tahun usia dewasa berjumlah 4067 jiwa atau 64,0 dan penduduk yang berusia 60 tahun ke atas usia tua berjumlah 911 atau 14,3
dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sebagian besar
penduduk Desa Trangsan adalah penduduk dengan usia atau angkatan kerja yang produktif, yaitu sebesar 64 .
2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian masyarakat Desa Trangsan antara lain petani, buruh tani, buruhswasta, pegawai negeri, pengrajin, pedagang, TNIPOLRI, dan
lain sebagainya. Selain itu, ada pula sebagian penduduk yang belum memiliki pekerjaan tetap, masih menganggur dan masih sekolah.
Untuk lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Desa Trangsan dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian
Jumlah Persen
1. Petani
356 23,3
2. Buruh Tani
564 37
3. BuruhSwasta
65 4,2
4. Pegawai Negeri
127 8,3
5. Pengrajin
250 16,4
commit to user
35
6. Pedagang
125 8,2
7. Peternak
2 0,1
8. Nelayan
9. Montir
2 0,1
10. Dokter
2 0,1
11 TNIPOLRI
18 1,1
12. Pensiunan
38 2,4
Jumlah 1524
100 Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah terbesar dari mata pencaharian penduduk Desa Trangsan adalah Buruh Tani yaitu 564 jiwa,
sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak, montir dan dokter sangat kecil, yaitu masing-masing profesi jumlahnya 2 orang, sedangkan
jumlah dari pengrajin yaitu 250 orang atau sekitar 16,4 , pengrajin disini sebagian besar adalah pengrajin rotan.
3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat meningkatkan dan mewujukan kemajuan bangsa. Hal ini sesuai dengan arah dan
tujuan bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan dan memajukan segenap tanah air dan tumpah darah Indonesia. Di
commit to user
36
sini tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan keterbukaan masyarakat pada perkembangan dan kemajuan suatu daerah.
Dalam hal pendidikan, masyarakat Desa Trangsan dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok kategori berdasarkan tingkat pendidikan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Tingkat pendidikan rendah Penduduk yang termasuk dalam tingkat pendidikan rendah adalah penduduk
yang tidak pernah sekolah, penduduk yang belum tidak tamat SD. b. Tingkat pendidikan lanjutan menengah
Yaitu penduduk yang tamat SLTP dan yang tamat SLTA. c. Tingkat pendidikan tinggi
Yaitu penduduk yang tamat perguruan tinggi Universitas, Institut, Akademi, dan lain-lain.
Dalam membicarakan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ini dibatasi pada penduduk yang berumur 5 tahun ke atas. Jumlah penduduk Desa
Trangsan berdasarkan tingkat pendidikan adalah 6351 jiwa. Dan untuk lebih jelas mengenai jumlah pnduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
commit to user
37
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. Tamat AkademiPT
Tamat SLTA Tamat SLTP
Tamat SD Tidak tamat SD
Belum tamat SD Tidak sekolah
114 643
887 2156
1105 326
1120 1,7
10,1 13,9
33,9 17,3
5,1 17,6
Jumlah 6351
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008 Tingkat pendidikan juga akan berpengaruh pada pemilihan pekerjaan.
Banyaknya dari penduduk Desa Trangsan yang berpendidikan masih minim kemudian terjun bekerja sebagai petani ataupun sebagai buruh industri, terutama
bekerja di industri rotan yang ada di daerah mereka sendiri karena bekerja di bidang tersebut tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi.
Dari data yang telah disajikan dalam tabel 3, menunjukkan bahwa penduduk yang termasuk dalam tingkat pendidikan rendah yaitu penduduk yang
tidak pernah sekolah, penduduk yang belum tidak tamat SD dan tamat SD di Desa Trangsan ini menempati urutan pertama jumlah penduduk berdasarkan
commit to user
38
tingkat pendidikan yaitu sebanyak 5707 orang atau 73,9 . Disusul kemudian penduduk yang berpendidikan menengah yaitu tamat SLTP dan SLTA sebanyak
1530 orang atau 14 , sedangkan untuk penduduk yang lulus pendidikan tinggi sebanyak 114 atau 1,7 .
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Trangsan adalah tergolong rendah, karena sebagian besar masyarakat
memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu mereka yang hanya tamat SD, belum tamat SD dan yang tidak bersekolah sama sekali.
4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di Desa Trangsan berdasarkan monografi pemerintahan Desa Trangsan berikut ini :
Tabel 4 Sarana Pendidikan
No Sarana Pendidikan
Jumlah
1. 2.
3. 4.
5. TK
SDsederajat SLTPsederajat
SLTAsederajat TPA
3 5
2 11
Jumlah 21
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
5. Sarana Komunikasi
commit to user
39
Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Trangsan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5 Sarana Komunikasi
No Sarana Perdagangan
Jumlah 1.
2. 3.
4. ORARI
Pesawat TV Pesawat Radio
Antena Parabola 3 unit
1073 unit 700 unit
3 unit Jumlah
1779 unit Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Sarana komunikasi sangat penting bagi manusia. Dengan sarana komunikasi manusia dapat menyampaikan dan menerima informasi dengan cepat.
Dengan demikian mereka tidak akan ketinggalan informasi . Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa sarana komunikasi yang ada di Desa Trangsan meliputi 3 unit
ORARI, 17 unit pesawat TV, 7 unit pesawat radio dan 3 unit antena parabola.
6. Sarana Perekonomian perdagangan
Sarana perekonomian Desa Trangsan sebagian besar terdapat dan berpusat di daerah Kecamatan Gatak yang jaraknya sekitar 1 km dari Desa
Trangsan. Berdasarkan data terakhir Kecamatan Gatak untuk sementara ini ada 283 buah yang terdiri dari unit perekonomian seperti terlihat pada tabel berikut :
commit to user
40
Tabel 6 Sarana Perekonomian
No Sarana Perekonomian
Jumlah 1.
2. 3.
4. 5.
6. Pasar
Warung Kios
Toko Bank
KUD 2 buah
11 buah -
250 buah 1 buah
1 buah Jumlah
283 buah Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa sarana perdagangan perekonomian yang ada di Desa Trangsan yang paling besar jumlahnya adalah warung, yakni 11
buah. Hal ini membuktikan bahwa sarana perdagangan perekonomian yang paling banyak diminati warga masyarakat Desa Trangsan adalah warung karena
dianggap dekat dan ekonomis serta cukup mudah didatangi suatu saat atau kapan saja. Selain itu, bank juga menjadi sarana penting dalam melakukan transaksi
keuangan terutama bagi para pengrajin rotan dalam melakukan kegiatan ekonominya.
7. Sarana Transportasi
Kemajuan ekonomi di Desa Trangsan tentu saja didukung oleh sarana dan prasarananya. Prasarana yang ada di daerah ini terutama alat perhubungan
yang berupa alat transportasi. Sarana transportasi merupakan faktor penting dalam
commit to user
41
memperlancar mobilitas serta berbagai aktifitas masyarakat di Desa Trangsan terutama dalam industri kerajinan rotan . Kondisi jalan yang sudah baik, sarana
dan prasarana yang lancar dan memadai akan mempengaruhi kemajuan dan perkembangan suatu daerah. Jalan yang sudah beraspal dan tersedianya alat
transportasi yang baik membuat Desa Trangsan lebih mudah diakses oleh masyarakat setempat ataupun orang yang berasal dari luar daerah. Sarana
transportasi yang dimiliki penduduk Desa Trangsan yang terdiri dari sarana transportasi milik pribadi atau kendaraan-kendaraan pribadi atau umum.
Kendaraan pribadi pada umumnya berupa sepeda, sepeda motor dan mobil. Sedangkan kendaraan umum berupa angkutan-angkutan desa seperti delman, bus,
truk, becak, dan sebagainya. Sarana transportasi yang ada di Desa Trangsan dapat dilihat dari tabel
berikut ini:
Tabel 7 Sarana Transportasi
No Sarana Transportasi
Jumlah
1. 2.
3. 4.
5. Sepeda
Sepeda motor Mobil pribadi
Truk Gerobag
1125 300
30 4
5
commit to user
42
6. 7.
Becak Delman
6 1
Jumlah 1459
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008 Sarana transportasi sangat penting bagi industri kerajinan rotan Desa
Trangsan yaitu untuk mengangkut bahan baku dan memasarkan produk mereka. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sepeda dan sepeda motor merupakan
sarana transporasi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk Desa Trangsan. Hal ini disebabkan karena secara ekonomis lebih mudah didapatkan daripada
sarana transportasi yang lain. Di Desa Trangsan ini terdapat 1125 unit sepeda dan 300 buah sepeda motor.
C. Sejarah Lokasi Penelitian
a.
Sejarah Desa Trangsan
Nama Desa Trangsan itu sendiri berasal dari Bumi TROWANGSAN, nama tersebut diambil sesuai dengan nama raja atau pemimpin yang membawahi
bumi Trowangsan pada waktu itu, karena pemerintahan pada waktu itu dipimpin oleh Raja R. Ng. Setrowongso, adapun bumi yang dibawakan disebut Bumi
Trowangsan, karena masyarakat salah mengucap ejaan maka Trowangsan menjadi Trangsan.
commit to user
43
Desa Trangsan pada waktu jaman penjajahan Belanda dulu, lebih kurang tahun 1927 semula terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Dani dan Kelurahan
Trangsan, pada perkembangannya kemudian dua kelurahan ini menjadi satu pada jaman Kerajaan Surakarta sedang mengalami kejayaan, yaitu waktu Sri
Susuhunan PAKU BUWONO ke X menjadi raja sekitar tahun 1928. Adapun peninggalan sejarahnya adalah sebagai berikut :
1. Sumber Air Gayam Pitu Gayam Pitu menurut sejarah merupakan sumber air yang besar karena pada
kejayaan Raja Sri Susuhunan PAKU BUWONO X dan waktu itu pertanian onderneming, pernah air mau dijadikan oncoran kemantren ke Desa Timulus
Baki oleh Belanda tetapi gagal dan Jepang datang ke Indonesia. 2. Sendang Air Dani
Sendang Air Dani merupakan sumber air utama untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat desa.
3. Petilasan Patung Mbah Lembu Pada waktu itu dijadikan kepercayaan adat di desa, setiap ada pengantin atau
orang yang punya hajat harus berjalan mengelilingi arah di sekitar Parung Mbah Lembu itu, dengan tujuan selamat, agar tidak ada halangan suatu
apapun pada waktu menyelenggarakan hajatan tersebut. b.
Perkembangan Industri Kerajinan Rotan
commit to user
44
Perkembangan industri kerajinan rotan Desa Trangsan yaitu sekitar pada waktu tahun 1928 mulai masuk dan dikembangkan oleh Bapak Martosenotono
alias Rebo dan Bapak Wongsoijoyo serta Bapak Lurah Wongsolaksono sendiri. Kemudian Bapak Lurah Wongsolaksono mengikutsertakan hasil kerajinan
rotannya di pameran kerajinan yang diselenggarakan di Alun-Alun Utara bernama Toko Strelling, pada waktu jaman jaya-jayanya Sri Susuhunan PAKU BUWONO
ke X, dan diterima baik hasil exposisi tersebut, untuk selanjutnya Bapak Lurah Wongsoksono ditambah gelar Lurah Demang Wongsolaksono, beliau meninggal
sekitar Bulan Oktober tahun 1949 ditembak Belanda pada waktu terjadi kles Belanda ke I.
Setelah Lurah Demang Wongsolaksono meninggal, kemudian oleh Bapak Martosenotono dan Bapak Wongsoijoyo terus mengembangkan kerajinan
rotan di Desa Trangsan untuk mengenang Lurah Wongsolaksono, tetapi karena ada waktu itu rotan masih langka di Desa Trangsan, maka bahan baku yang
digunakan bambu. Demikian terus dilakukan pewarisan secara turun-temurun hingga industri kerajinan rotan di Desa Trangsan bisa berkembang seperti
sekarang ini. Berikut perkembangan industri kerajinan rotan di Desa Trangsan, menurut Bapak Sriyana 45 tahun :
“Kerajinan rotan di Desa Trangsan ini mulai marak itu tahun 1950an, tapi pada waktu itu jumlah pengrajinnya masih sedikit, belum seperti sekarang
ini. Baru pada tahun 1970an mulai mengalami perkembangan baik dari jumlah produksi ataupun jumlah pengrajin, karena pada masa ini bahan baku rotan
mudah didapat dan harganya masih murah. Tetapi setelah tahun 1991 sampai
commit to user
45
sekarang kondisi industri kerajinan rotan di Desa Trangsan ini sedang mengalami kelesuan karena rotan sulit didapat dan harganya mahal.”
Dari penuturan Bapak Sriyana di atas, maka dapat dismpulkan bahwa perkembangan industri kerajinan rotan di Desa Trangsan dapat dibagi menjadi 3
tahapan : 1. Tahun 1950 sampai 1970
Pada masa ini industri kerajinan rotan di Desa Trangsan belum menjadi mata pencaharian pokok bagi para pengrajinnya tetapi hanya sebagai
pekerjaan sampingan, selain itu pengrajin rotan di Desa Trangsan pun jumlahnya masih relatif sedikit.
2. Tahun 1970 sampai 1990 Pada masa ini industri kerajinan rotan di Desa Trangsan mengalami masa
kejayaan, karena ada masa ini bahan baku rotan mudah didapat, harganya pun murah dan permintaan pasar cukup tinggi sehingga banyak para
pengrajin yang usahanya berkembang pesat pada masa ini. Selain itu, banyak penduduk Trangsan yang tertarik dan berminat untuk mendirikan
usaha kerajinan rotan ini. 3. Tahun 1990 sampai 2007
Pada tahun ini rotan mulai sulit didapat karena harga rotan sangat tinggi di pasar internasional sehingga sebagian besar rotan mentah Indonesia
diekspor keluar negeri. Akibatnya industri kerajinan rotan dalam negeri mengalami krisis bahan baku, demikian juga halnya industri kerajinan di
commit to user
46
Desa Trangsan ini mengalami kelesuan dalam proses produksi, para pengrajin sangat tertekan dengan kondisi seperti ini. Sehingga pada masa ini
banyak pengrajin rotan di Desa Trangsan ini yang mengurangi jumlah produksinya.
commit to user
47
BAB III PROFIL USAHA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN
DI DESA TRANGSAN
Pada saat ini terdapat sekitar 200 pengrajin rotan di Desa Trangsan yang terdiri dari sekitar 12 industri besar, 72 industri mernengah dan 16 industri
rumah tangga. Produksi per tahun 300-an ribu unit, 280 ribu diantaranya untuk memenuhi pasar luar negeri. Para pengrajin biasanya menjadikan tempat tinggal
mereka sebagai tempat berlangsungnya kegiatan usaha. Para pengrajin yang mempunyai modal usaha yang besar serta jumlah tenaga kerja yang banyak akan
menjadikan usaha yang besar pula, dimana ditandai dengan jumlah produksi yang tinggi setiap harinya, demikian sebaliknya.
Dalam penelitian ini, informan dan responden yang diteliti sebagai sampel adalah yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yaitu para
pengusaha atau pengrajin rotan, tentang sejauh mana kebijakan ekspor rotan yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini berdampak pada usaha industri kerajinan
rotan mereka terutama dalam hal produksi yaitu dalam pengadaan bahan baku, masalah-masalah apa saja yang mereka hadapi dan menjadi kendala dalam proses
produksi maupun dalam hal pemasaran, kemudian bagaimana mereka menerapkan cara-cara atau strategi dalam menghadapi masalah - masalah tersebut
agar usaha mereka dapat tetap bertahan dalam kondisi tersebut
commit to user
48
Pada bagian ini, peneliti akan uraikan enam profil dan latar belakang tentang bagaimana awalnya mereka menjadi pengrajin rotan dan gambaran umum
mengenai kegiatan ekonomi mereka. Profil informan dan responden tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bapak Saryanto Pengrajin
Umur : 39 tahun
Pendidikan: SLTA Bapak Saryanto adalah salah satu pengrajin rotan di Desa Trangsan.
Beliau mempunyai 1 orang istri dan 4 orang anak. Sebelumnya Bapak Saryanto adalah seorang buruh industri kerajinan rotan di tempat saudaranya yang juga
mempunyai usaha kerajinan rotan. Kemudian karena semakin lama kebutuhan hidup beliau semakin banyak dan pendapatan yang didapat dirasakan sudah tidak
dapat mencukupi kebutuhan lagi, ditambah lagi beliau juga sudah cukup terampil dalam pembuatan kerajinan rotan karena sudah lama bekerja dalam bidang ini,
dan atas dukungan dari istrinya yaitu Ibu Darwanti, akhirnya beliau memutuskan untuk merintis usaha industri kerajinan rotan sendiri pada tahun 2001 dan diberi
nama “Wayan Rotan”. Produk yang dihasilkan sebagian besar berupa handicraft. Dalam mengelola usahanya, Bapak Saryanto dibantu oleh istrinya
dalam mengurusi admistrasi sedangkan beliau mengurusi bidang produksi. Wayan rotan sampai saat ini mempunyai tenaga kerja sebanyak 10 orang, yang
semuanya merupakan rekan Bapak Saryanto sewaktu masih menjadi buruh
commit to user
49
industri. Penghasilan rata-rata Pak Saryanto dalam menjalankan usaha ini sebulan sekitar Rp.2.000.000,-
2. Bapak Waloeyo Pengrajin
Umur : 44 tahun Pendidikan: SLTP
Beliau merupakan pengrajin yang merintis usahanya pada sekitar tahun 2000, awalnya beliau merupakan buruh industri anyam rotan. Dulu pada saat
beliau masih bekerja sebagai buruh industri, mendapat tawaran pesanan dari seseorang untuk membuat tas sebanyak 100 pcs, lalu beliau menyanggupinya,
hanya dengan modal Rp.600.000,- itu pun sudah termasuk DP pertama kali Rp. 200.000,-. Sejak itu beliau mencoba memproduksi dan memasarkan produknya
sendiri. Waloeyo Rotan mempunyai 4 orang tenaga kerja, yang masih mempunyai hubungan kerabat dengan Bapak Waloyo sendiri. Produk yang dihasilkan
Waloeyo Rotan berupa handicraft. Penghasilan yang didapatkan Bapak Waloyo tidak tentu jumlahnya, tergantung dari banyak sedikitnya pesanan yang diterima.
Rata-rata penghasilannya dalam sebulan yaitu Rp. 1.000.000,00
3. Ibu Asri pengrajin
Umur : 24 tahun Pendidikan: SLTA
Beliau memulai usahanya cukup baru yaitu pada tahun 2005. Bekerja sama dengan suaminya Bapak Joko, beliau merintis usaha custion mebel meja,
commit to user
50
kursi yang bahan bakunya terdiri dari busa, kayu, rotan, kain tetron yang diberi nama Tirta Foam ini dengan modal awal Rp.15 juta. Tirta Foam sendiri telah
mempunyai 7 orang tenaga kerja tetap, sebagian besar merupakan tetangga dan masih kerabat, sistem pengupahannya dihitung secara harian yaitu Rp.
20.000hari. Hasil produksinya seagian besar dipasarkan ke Yogyakarta. Keuntungan bersih yang bisa dihasilkan Tirta Foam rata-rata Rp.1.500.000
bulan.
4. Ichwanto
Umur : 48 tahun Pendidikan: SLTA
Bapak Ichwanto memulai usahanya sekitar tahun 1989, dengan modal awal pada waktu itu Rp. 2.000.000,-. Sampai saat ini beliau mempunyai 22 orang
pekerja. Selain menjadi pengusaha kerajinan rotan, beliau juga merangkap menjual bahan baku rotan. Beliau mengolah dari bahan mentah menjadi rotan
jadi, yang nanti akan dijual kepada para pengrajin rotan di Desa Trangsan dan beberapa daerah lainnya. Rotan ini dipasarkan ke Yogyakarta, Cirebon dan di
Trangsan sendiri. Omzet yang dihasilkan Bapak Ichwanto mencapai Rp.100.000.000 bulan dengan keuntungan Rp.18.000.000 bulan.
5. Bapak Abu Tiarto
Umur : 50 tahun Pendidikan: SLTA
commit to user
51
Bapak Abu Tiarto merintis usaha industri rotannya sudah cukup lama yaitu sejak tahun 1984 dan diberi nama Rotan Sari. Beliau mempunyai 1 orang
istri dan 3 orang anak. Ada 50 orang yang bekerja sebagai tenaga kerja tetap. Hasil kerajinan mebel yang diproduksi Rotan Sari ini dikirim dan dipasarkan
sebagian besar ke daerah Bali, cara pembayarannya yaitu dengan sistem kredit dengan jangka waktu tertentu yang telah disepakati, biasanya jangka waktu yang
disepakati oleh Bapak Abu yaitu satu bulan harus lunas. Omzet yang bisa dihasilkan Rotan Sari dalam selama satu bulan bisa mencapai Rp. 85.000.000,-
per bulan dengan keuntungan Rp.18.000.000,- per bulan.
6. Bapak Bayu Aji Jumianto
Umur : 40 tahun Pendidikan: SLTA
Beliau merintis usahanya sejak 12 tahun yang lalu, keahliannya untuk menekuni bisnis ini diwariskan dari orang tuanya, dulu mereka pertama-tama
membuat rak, tas dan kursi dari bambu yang dikombinasikan dengan rotan. Saat ini pekerjaan ini merupakan pekerjaan utama beliau. Bapak Bayu mempunyai 7
orang pekerja tetap, yakni 1 harian dan 6 borongan. Sebagian besar produknya adalah mebel meja dan kursi. Keuntungan yang dapat dihasilkan dari usaha
industri rotan Bapak Bayu ini tidak tentu, tergantung dari jumlah pesanan yang diterima, namun rata-rata Rp.1.500.000,- dapat dicapai oleh Bapak Bayu dalam
waktu satu bulan.
commit to user
52
BAB IV STRATEGI PRODUKSI DAN STRATEGI PEMASARAN
A. Strategi Produksi
Untuk menjadi sebuah produk haruslah melewati tahapan-tahapan tertentu yang dinamakan dengan proses produksi Kegiatan produksi merupakan
suatu proses atau kegiatan utama sebagai suatu usaha atau badan usaha, dimana produksi tersebut memiliki makna suatu proses kombinasi dan koordinasi materi-
materi dan kekuatan-kekuatan input, sumber daya, jasa- jasa dan produksi dalam hal pembuatan suatu barang dan jasa. Atau dengan kata lain dapat
dikatakan sebagai suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari
nilai tambah dari barang atau jasa yang telah dihasilkan. Kegiatan produksi sebenarnya berkenaan dengan pemilihan proses
produksi alternatif, seperti pemilihan usaha dan alokasi sumber daya secara optimal, yang mana merupakan masalah pokok dalam produksi. Dalam rangka
mempertahankan kelangsungan usahanya, para pengrajin rotan di Desa Trangsan menjalankan atau melakukan berbagai langkah dalam rangka mengatur atau
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi supaya faktor yang satu dengan yang lainnya dapat berjalan secara selaras sehingga usaha tersebut dapat terus berjalan
dan menekan seminimal mungkin adanya berbagai masalah yang mungkin timbul.
commit to user
53
Dalam proses produksi, ada beberapa hal yang harus tersedia, yaitu modal, tenaga kerja, peralatan produksi, dan bahan baku.
1. Modal
Industri Dalam setiap usaha berbentuk apapun, modal merupakan faktor terpenting yang harus tersedia untuk penyelenggaraan dan menunjang proses
produksi, di mana dengan tersedianya modal dalam jumlah yang yang mencukupi maka proses produksi akan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, jumlah modal
yang tersedia juga akan sangat menentukan hasil yang akan diperoleh. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan modal, para pengrajin rotan
di Desa Trangsan pada umumnya mereka mengusahakan sendiri dalam artian berasal dari tabungan mereka, atau dibantu pihak keluarga. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Bapak Waloeyo dalam petikan wawancara sebagai berikut : “…Dulu waktu pertama kali saya merintis usaha ini hanya dengan uang
tabungan saya enam ratus ribu, itupun sudah termasuk uang muka dari pembeli saya dua ratus ribu, kemudian saya belikan untuk membeli alat-alat dan bahan
baku, pada waktu itu saya menerima pesanan tas sebanyak 100 pcs…Sebenarnya yang menerima pesanan itu kakak saya, yang sudah terlebih dahulu mendirikan
usaha menjadi pengrajin rotan, tapi saya bilang pada dia kalau saya ingin membuatnya sendiri, akhirnya dia juga mendukung keinginan saya untuk
membuka usaha sendiri.”
Seperti yang telah banyak disinggung pada bagian sebelumnya, bahwa sebagian besar pengrajin rotan di Desa Trangsan ini masih mempunyai hubungan
kerabat atau keluarga, sehingga ikatan sosial yang terbentuk di antara sesama pengrajin sangatlah tinggi. Salah satu contoh yang menggambarkan hubungan
sosial ini misalnya antara Bapak Waloyo dan kakaknya, dimana Bapak Waloyo
commit to user
54
telah bekerja pada kakaknya sudah cukup lama dan ia banyak belajar tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kerajinan rotan. Dan kemudian setelah sekian
lama bekerja pada kakaknya, ia kemudian memutuskan untuk mendirikan usaha kerajinan rotan sendiri dengan ketrampilan dan modal yang yang telah ia miliki,
yang sebelumnya telah dapatkan ketika masih bekerja pada kakanya. Pada saat itu kakaknya sangat mendukung dan memberikan andil yang cukup besar dalam
pendirian usaha tersebut, dimana ia telah memberikan bantuan modal berupa peralatan produksi.
Namun demikian, selain berasal dari tabungan sendiri atau kerabat, tidak sedikit pula pengrajin yang memperoleh modal dari pihak-pihak resmi atau pihak
luar seperti misalnya, pinjaman pihak swasta atau bank. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Asri berikut ini :
“…Untuk awal mula usaha saya ini, waktu itu saya mempunyai modal sendiri sebesar lima juta rupiah yang dikasih sama mertua, kemudian karena
uang saya habis untuk membeli alat-alat produksi berupa mesin-mesin jahit, lalu saya pinjam ke bank sebesar sepuluh juta juta untuk membeli bahan-bahan
produksinya. Alhamdulillah usaha saya berjalan lancar sampai saat ini…”
Mengingat tingginya permintaan pasar akan produk kerajinan rotan ini, para pengrajin rotan di Desa Trangsan ini mengaku bahwa pada dasarnya mereka
menginginkan adanya suntikan dana dari pemerintah untuk menambah modal mereka sehingga selain dapat menjaga kelangsungan usaha, juga dapat
meningkatkan kapasitas produksi dan omset mereka, seperti misalnya adanya fasilitas pinjamankredit dengan bunga ringan, dan lain sebagainya. Hal ini
commit to user
55
mengingat bahwa ada sebagian dari para pengrajin merasa takut terhadap suku bunga pinjaman yang jumlahnya besar apabila mereka meminjam langsung ke
pihak-pihak luar seperti bank Hal ini seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden yaitu Ibu Waloeyo sebagai berikut:
“…Sebenarnya ya pengen mbak mau nambah modal, biar produksi dan omsetnya bertambah, tapi kalau disuruh pinjam ke bank, saya gak mau soalnya
takut bunganya itu lho tinggi, ya mendingan saya kumpulkan sedikit-sedikit dari keuntungan saya aja mbak untuk nambah modal. Dulu disini juga pernah ada
ditawari kaya semacam kredit bank, tapi ya mengingat bunganya yang tinggi itu jadi ya banyak pengrajin yang kurang berminat…”
Sebagian para pengrajin bertahan untuk tetap menjalankan kegiatan
produksi kerajinan rotan mereka dengan modal yang mereka miliki saat ini. Keuntungan yang mereka dapatkanlah yang biasanya mereka gunakan untuk
memperbesar usaha mereka yaitu dengan sedikit menyisihkan keuntungan untuk menambah modal usaha.
Permasalahan yang sering timbul akibat kurangnya atau minimnya modal yang dimilliki para pengrajin rotan di Desa Trangsan ini juga
menyebabkan disaat-saat tertentu mereka tidak dapat berproduksi, seperti misalnya ketika terjadinya penurunan permintaan pasar sehingga produk yang
telah siap jual tidak ada yang mengambil atau membelinya hingga beberapa minggu. Hal ini kemudian membuat mereka hanya dapat menunggu sampai
produk mereka terjual, hasil dari penjualan tersebut mereka kemudian baru bisa membeli dan mempersiapkan bahan-bahan untuk berproduksi lagi. Selain itu,
permasalahan modal juga biasa terjadi apabila barang yang sudah dipesan oleh
commit to user
56
pembeli tidak diambil-ambil sesuai kesepakatan, hal ini seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden berikut ini :
“…Sulitnya kalau modalnya kecil kaya saya ini mbak, kadang- kadang pesanan gak diambil-ambil kalo pas barangnya udah siap, jadinya gak ada uang
buat beli bahan, kalo cuma beberapa hari saja sih masih bisa pake yang lain dulu, tapi kalo misalnya udah sampai berminggu-minggu belum diambil, ya
menghambat produksi, ada lagi pembeli yang pembayarannya lebih lama dari waktu yang disepakati sehingga tidak ada modal untuk mmbeli bahan baku
lagi….”
Hal ini seperti juga yang dituturkan oleh Bapak Abu berikut ini: “…Kadang-kadang itu kalau pas harga bahan baku naik terus,
sedangkan harga produk yang kita jual masih harga lama gitu, sehingga kadang- kadang membuat kita harus ini harus istilahnya tambah modal terus,ya dengan
kata lain mau gak mau keuntungan ya pasti berkurang.” Dalam menghadapi permasalahan modal tersebut, para pengusaha hanya
dapat melakukan pemanfaatan modal yang telah ada semaksimal mungkin dengan tetap menjaga keberlangsungan siklus atau perputaran modal usaha, serta
berusaha menyisihkan sebagian keuntungan yang didapatkan untuk dijadikan tambahan modal.
2. Tenaga Kerja
Industri kerajinan rotan di Trangsan ini cukup penting dalam penyerapan tenaga kerja, terutama penduduk sekitar Desa Trangsan. Seperti yang
telah dijelaskan, dimana Stayle dan Morse membuat penggolongan jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja sebagai berikut ini :
commit to user
57
a. Industri kerajinan rumah tangga memiliki tenaga kerja antar 1-4 orang.
b. Industri kecil memiliki jumlah tnaga kerja antar 5-19 orang.
c. Industri sedang memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-49 orang.
d. Industri besar memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 50 orang.
Sebagian besar pengrajin rotan di Desa Trangsan, khususnya para responden yang berhasil penulis mintai keterangan wawancarai dalam
mengelola usaha ini mereka dibantu oleh para anggota keluarganya. Adapun minimnya jumlah tenaga kerja yang membantu tersebut antara lain disebabkan
oleh minimnya modal yang mereka miliki. Semakin kecil modal awal yang dikeluarkan, maka jumlah tenaga kerja yang dimiliki juga semakin sedikit. Alasan
utama mengapa terjadi hal yang demikian adalah karena untuk menggunakan atau memanfaatkan tenaga kerja yang lebih banyak. Namun demikian apabila
permintaan pesanan sedang meningkat, dan jumlah tenaga kerja tetap mereka dirasa tidak sanggup mengerjakan dalam waktu yang telah ditentukan, para
pengrajin biasanya memperkerjakan atau mengambil tenaga kerja dari luar, dalam arti tenaga kerja sementara, jika order sudah selesai dikerjakan, mereka sudah
tidak bekerja lagi. Hal ini seperti yang diungkapkan Bapak Bayu berikut ini: “…saya mengambil tenaga kerja dari luar kalau misalnya lagi banyak
order dan saya rasa tidak sanggup menyelesaikan orderan tersebut pada waktu tersebut dengan tenaga kerja tetap yang saya miliki. Dan untuk tenaga kerja
sementara itu, kalau mereka sudah selesai dengan order tersebut maka mereka tidak bekerja lagi.”
commit to user
58
Untuk perekrutan tenaga kerja pada industri kerajinan rotan ini, pengrajin tidak membatasi bahwa tenaga kerjanya harus berpendidikan tinggi,
tetapi bebas asalkan mempunyai kemauan keras untuk bekerja. Membicarakan pembangunan industri tentunya tidak saja ditujukan
kepada industri besar atau sedang, akan tetapi harus pula diarahkan kepada indusri kecil atau industri kerajinan rumah tangga. Pada kenyataannya
keberadaan industri-industri sejenis ini masih sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan industri mampu untuk menyerap banyak tenaga kerja yang tidak
tertampung pada lapangan kerja yang ada saat ini. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat diperlukan oleh setiap
pengrajin baik yang berskala besar ataupun kecil yang ada di Desa Trangsan dalam menunjang kelangsungan kegiatan produksi.
Secara garis besar tenaga kerja yang bekerja yang ada di industri kerajinan rotan di Desa Trangsan apat dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Tenaga kerja harian Merupakan tenaga kerja yang memiliki hubungan secara tetap permanent
dan terikat dengan pemilik usaha pengrajin yang mempekerjakannya. Tenaga kerja ini upahnya dihitung secara tetap setiap harinya berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Sistem kerja harian mempunyai kelebihan seperti
commit to user
59
waktu kerjanya terjadwal, pekerja dengan mudah dapat diawasi sehingga bila hasil kerjanya kurang memuaskan bisa langsug ditegur. Sedangkan
kelemahannya, pekerja dapat bekerja seenaknya santai karena cepat atau lambat pekerjannya akan tetap selesai dan upahnya tetap.
2. Tenaga kerja borongan Adalah tenaga kerja yang tidak terikat dengan pemilik usaha pengrajin.
Upah diterima setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya. Kelebihan sistem ini adalah bagi seorang pekerja apabila menginginkan upah yang tinggi maka
ia harus cepat menyelesaikan pekerjanya secepat mungkin, apalagi pekerja borongan tidak mengenal jam kerja. Kelemahannya adalah bahwa para
pengusaha tidak bisa secara langsung mengawasi tenaga kerja jenis ini sehingga hanya berdasarkan rasa kepercayaan saja.
3. Tenaga kerja sementara Adalah tenaga kerja yang bekerja hanya sementara saja pada pemilik usaha
pengrajin, biasanya tenaga kerja sementara direkrut pada waktu pengrajin sedang banyak order atau pesanan, sedangkan jumlah tenaga kerja tetap
mereka tidak mampu menyelesaikan pesanan itu dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai menyelesaikan order tersebut, maka selesai pula
waktu kerjanya pada pengrajin tersebut. Biasanya tenaga kerja sementara ini bisa bekerja dengan lebih dari satu pengrajin.
commit to user
60
Selain itu dalam menjalankan usahanya, para pengrajin juga melakukan pembagian tugas bagi tenaga kerjanya sesuai dengan ketrampilan dan kemampuan
dari masing-masing tenaga kerja. Pembagian tugas tersebut seperti misalnya meliputi proses penganyaman, penyemprotan obat, dan finishing.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh masing-masing pengrajin adalah
sebagai berikut :
Tabel. 8 Jumlah dan Status Tenaga Kerja dalam Usaha Industri Kerajinan Rotan
di Desa Trangsan No
Nama Responden
Jml Tenaga Kerja
Keterangan
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Saryanto Waloeyo
Asri Fitria Sari Ichwanto
Abu Tiarto Bayu Aji
10 4
7 22
50 7
Teman dan kerabat Tetangga dan kerabat
Tetangga Teman dan tetangga
Tetangga Teman dan tetangga
Sumber : data primer Berkaitan dengan adanya tenaga kerja adalah upah kerja. Upah
diberikan oleh majikan sebagai imbalan atas hasil dari mereka bekerja. Sistem pemberian upah yang diberlakukan kepada tenaga kerja adalah harian dan
borongan, sedang untuk tenaga kerja sementara termasuk ke dalam upah borongan. Untuk tenaga kerja harian upah yang diberikan antara Rp. 15.000,00
commit to user
61
sampai dengan Rp. 25.000,00 sesuai dengan spesialisasi masing-masing, makin sulit pekerjaannya, upahnya juga semakin tinggi, selain itu upah tenaga kerja juga
tergantung dari ketentuan masing-masing pemilik usaha pengrajin. Upah tenaga harian diberikan seminggu sekali yakni pada akhir pekan. Sedangkan untuk
tenaga kerja borongan, upah diberikan setelah mereka menyelesaikan pekerjannya, misal dalam sebulan mereka bisa menyelesaikan orderan 100 pcs
kursi, maka setelah selesai mereka akan menerima upah, namun biasanya tiap minggu mereka boleh minta uang pada pemilik usaha atau pengrajin, atau
istilahnya kas bon hutang, nanti setelah menerima upah, mereka baru membayar hutangnya.
Tenaga kerja pada industri kerajinan rotan di Desa Trangsan rata-rata bekerja selama 6 hari dalam seminggu, sehingga pada hari Minggu mereka libur.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam tabel jam kerja karyawan berikut ini:
Tabel 9 Jam Kerja Karyawan
Industri Kerajinan Rotan di Desa Trangsan
Hari Kerja Jam Kerja
Jam Istirahat Lama Kerja Perhari
Senin Selasa
Rabu Kamis
Jumat Sabtu
08.00-16.00 08.00-16.00
08.00-16.00 08.00-16.00
08.00-16.00 08.00-14.00
12.00-13.00 12.00-13.00
12.00-13.00 12.00-13.00
11.30-13.00 12.00-13.00
7 jam 7 jam
7 jam 7 jam
6,5 jam 5 jam
commit to user
62
Total Jam Kerja Seminggu 39,5 jam
Sumber : Data Sekunder
3. Alat Produksi
Alat produksi merupakan bagian yang penting dari proses produksi, karena dengan peralatan produksi maka proses produksi akan dapat berjalan
dengan lancar. Adapun alat-alat yang dibutuhkan pada umumnya dalam industri
kerajinan rotan di Desa Trangsan ini antara lain yaitu: Kompressor
: Alat untuk menyemprotkan melamin sebagai proses finishing sehingga produk menjadi halus dan mengkilap.
Bor: Alat untuk membuat lubang di kayu. Tembak paku: Alat untuk menancapkan paku kecil.
Gergaji: Alat utuk memotong kayu. Amplas: Untuk menghaluskan serat kayu dan rotan.
Gunting: Alat untuk memotong bahan. Umumya alat-alat produksi dibeli pada waktu awal mula membuka
usaha, setelah itu pengrajin tinggal menggunakan dan merawatnya semaksimal mungkin agar tidak mudah rusak dan tahan lama..
4. Bahan baku
commit to user
63
Suatu perusahaan akan selalu memerlukan bahan baku untuk diolah menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi. Bahan mentah ini perlu
diangkut dari tempat sumbernya menuju perusahaan atau tempat produksi untuk dapat diolah lebih lanjut. Bagi seorang pengusaha akan sangat berkepentingan
untuk selalu dapat atau memperoleh bahan baku yang dibutuhkan dengan mudah, layak harganya dan dengan biaya pengangkutan yang serendah mungkin, serta
tidak mudah rusak bila diproses nantinya, sehingga akan dapat menekan biaya yang akan dikeluarkan untuk produksi serta dapat menghasilkan barang dengan
kualitas yang baik. Demikian juga dengan apa yang dilakukan oleh pengrajin rotan yang
ada di Desa Trangsan, akan selalu melakukan segala cara untuk memperoleh bahan baku yang baik, murah harganya. Karena ketersediaan bahan baku
merupakan salah satu faktor yang menentukan kelangsungan produksi dan kelangsungan perusahaan. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu,
bahwa bahan baku yang digunakan dalam industri kerajinan rotan di Desa Trangsan ini bermacam-macam, tergantung dari bentuk dan macam produk yang
dibuat. Namun demikian sebagian besar bahan baku yang sering digunakan oleh pengrajin rotan adalah rotan, kayu, dan enceng gondok. Adapun yang bahan
bakunya menggunakan busa, seperti yang digunakan pada Tirta Foam, usaha industri rotan milik Ibu Asri ini, beliau mendapatkan pasokan bahan baku busa
dari Semarang. Seperti penuturannya sebagai berikut:
commit to user
64
“…untuk pembelian busa, saya disetori dari supplier saya dari Semarang, namanya yaitu Pabrik Neo Seroja Inti Foam, banyak sedikitnya
pembelian bahan baku saya, tergantung pada besar kecilnya order yang saya terima pada waktu itu, sedangkan untuk enceng gondok beli dari Surabaya tapi
kadang-kadang beli di pengecer deket sini.”
Dalam pengadaan bahan baku terutama rotan, sebagian besar pengrajin
mengadakan kerja sama dengan pemasok bahan baku dari Surabaya, mereka tinggal memesan lewat telepon kemudian bahan baku akan diantarkan, sedangkan
transaksi dilakukan lewat rekening bank. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Abu berikut ini:
“…Kalau untuk pembelian bahan baku yang saya gunakan yaitu rotan, saya membelinya dari pemasok bahan baku Surabaya karena sudah langganan
sudah cukup lama, saya tinggal pesan lewat telepon, lalu memesan rotan apa yang saya ingin beli lalu barang akan langsung diantar ke rumah, sedangkan
untuk transaksi pembayaran dilakukan melalui rekening bank...”
Dari petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam
memperoleh bahan baku mereka berlangganan dengan pemasoknya, seperti yang dilakukan oleh Bapak Abu dan Ibu Asri. Dan hal ini menjadikan salah satu
strategi mereka untuk tetap bisa berproduksi, karena jika membeli dari pemasok harganya lebih murah daripada membeli secara eceran, dan hal ini tentu saja akan
mengurangi biaya produksi. Ada juga pengrajin yang membeli langsung dari pengusaha bahan baku
di Surabaya, adapun yang membeli di pengrajin setempat yang juga khusus menjual rotan jadi dalam bentuk eceran. Seperti penuturan Bapak Waloeyo
berikut ini:
commit to user
65
“…kadang-kadang kalau rotan yang kita butuhkan hanya sedikit atau saat lagi sepi order, maka saya membelinya secara eceran saja di pengecer
bahan baku disini, tapi kalau sedang rame order, ya saya pesan langsung dari Surabaya.”
Tindakan tersebut dilakukan para pengrajin dengan pertimbangan tertentu dan bertujuan untuk menghemat biaya transpotasi yang otomatis
sekaligus menghemat biaya produksi. Harga bahan baku rotan disetiap daerah berbeda beda, hal ini disebakan
jauh dekatnya jarak tempuh lokasi rotan itu berasal. Untuk di Desa Trangsan, harga rotan saat ini berkisar antara Rp.6000kg sampai Rp.8.000kg tergantung
dari kualitasnya. Sedangkan harga enceng gondok Rp.5.000kg. Selain harganya lebih murah, enceng gondok juga lebih mudah didapat daripada rotan, maka dari
itu para pengrajin menjadikan enceng gondok sebagai bahan baku alternatif.
Tabel 10 Proses Produksi Industri Kerajinan Rotan Desa Trangsan
Jenis produk
Tahap Tenaga
Alat Bahan
baku Waktu
Tas atau
handi craft
· Rotan yang telah dipilih kemudian
dianyam.
· Membentuk mal yakni pola atau
Untuk tenaga
biasanya dilakukan
oleh laki-
laki dan
perempuan. Menggunak
an amplas, gunting,
paku tembak
penyemprot cat.
Rotan dan
bambu Untuk
menghasilkan sebuah tas sampai
dengan selesai
biasanya proses
produksinya memerlukan
waktu 2,5 jam.
commit to user
66
cetakan yang
diinginkan, proses
ini bertujuan
agar barang
yang dihasilkan nanti
bentuk dan
ukurannya sama. · Rotan yang telah
dianyam kemudian
dibentuk dan
diselesaikan anyamannya
diatas mal. · Produk setengah
jadi tersebut
diamplas sampai serat
permukaanya halus, setelah itu
diberi pewarna
sesuai yang
diinginkan, kemudian diberi
semprotan melamin.
Meja dan · Membuat Untuk
Gergaji, Kayu,
Untuk
commit to user
67
kursi kerangka bentuk
kursi sesuai
keinginan.
· Menganyam rotan
diatas kerangka
kursi yang
telah dibentuk
· Produk setengah jadi
tersebut diamplas sampai
serat permukaanya
halus, setelah itu diberi
pewarna sesuai
yang diinginkan,
kemudian diberi semprotan
melamin. membuat
kerajinan mebel,
semua tenaga
kerjanya adalah laki-
laki. gunting,
amplas dan penyemprot
cat. bambu
dan Rotan
menghasilkan sebuah kursi rata-
rata memerlukan waktu 3 jam
custion · Menjahit
busa pada
kain dibentuk sesuai
keinginan yang
Tenaga kerja
laki- laki
Mesin jahit, mesin obras,
jarum Busa,
kerang ka
kursi, Untuk
menghasilkan sebuah meja atau
kursi memerlukan
commit to user
68
akan digunakan sebagai
alas duduk.
· Menganyam enceng
gondok pada
kerangka kursi
sesuai kebutuhan.
· Meletakkan busa diatas kursi yang
telah dianyam
dengan enceng
gondok kemudian dijahit.
enceng gondo
k waktu
rata-rata 2,5 jam
Matrik 1 Strategi Produksi Kerajinan Rotan
No. Faktor
Produksi Permasalahan
Strategi
1. Modal
Umumnya tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam hal
permodalan Penggunaan modal
yang efisien dan tepat guna untuk menjaga
kelangsungan produksi
2. Tenaga Kerja
Besarnya kapasitas produksi dan batas waktu pemesanan
yang harus diselesaikan pengrajin
Pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal
dengan mempekerjakannya
sesuai dengan keahlian masing-masing
pembagian kerja agar
commit to user
69
waktu dan jumlah produksi dapat tercapai
sesuai rencana
3. Alat Produksi
Biaya untuk pembelian alat produksi biasanya dikeluarkan
pada waktu awal usaha. Merawat semaksimal
mungkin agar alat-alat yang digunakan awet
dan tidak mudah rusak.
4. Bahan Baku
Semakin mahal dan langkanya bahan baku rotan
Mengganti bahan baku rotan dengan bahan
baku alternatif yaitu enceng gondok
Rumusan Weber mengenai tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain,
termasuk tindakan manusia untuk menentukan, memilih dan melakukan pekerjaan adalah merupakan tindakan sosial yang ada kaitannya dengan teori pendekatan
definisi sosial. Pendekatan definisi sosial tersebut menunjuk pada teori aksi. Terkait
dengan adanya Teori Aksi diatas, maka pengrajin rotan di sini berlaku sebagai aktor yang aktif dan kreatif dalam melakukan suatu tindakannya, di mana dia
senantiasa melakukan sesuatu yang dianggapnya baik. Dalam mempertahankan kelangsungan usaha industri kerajinan rotan yang dimilikinya, aktor akan
menggunakan strategi atau cara untuk mencapai tujuannya. Disini berarti bahwa pengrajin yang berlaku sebagai aktor akan
melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut merupakan suatu tuntutan
commit to user
70
dari situasi eksternal yang ada. Adapun contoh dari situasi eksternal tersebut misalnya kelangkaan bahan baku ataupun kondisi pasar yang sepi yang dapat
menjadi hambatan dari usaha industri kerajinan rotan ini untuk tetap bertahan. Sehingga kemudian para pengrajin rotan dituntut untuk dapat bertahan dengan
menggunakan berbagai cara atau strategi yang dianggapnya baik untuk dapat mencapai tujuannya. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa dalam
menghadapi kelangkaan dan mahalnya harga bahan baku rotan, para pengrajin mencari cara agar produkinya dapat terus berjalan, dan salah satu strategi yang
mereka gunakan yaitu dengan cara mengganti bahan baku rotan dengan bahan baku sejenis yang bisa digunakan, seperti enceng gondok dan pelepah pisang. Jadi
tindakan yang dilakukan oleh si aktor, dalam hal ini adalah pengrajin rotan tidak lain adalah berupa strategi yang sengaja dipilih dengan harapan untuk dapat
mempertahankan kelangsungan usahanya
B. Strategi Pemasaran
Selain produksi, pemasaran juga merupakan sebuah kegiatan utama dalam suatu usaha, yang kemudian juga sangat mempengaruhi keberhasilan dan
kelangsungan hidup usaha tersebut. Dalam berbagai bidang usaha khususnya dalam dunia industri, kegiatan pemasaran atau penjualan menjadi faktor penentu
kelangsungan siklus usaha, sehingga kemudian diperlukan sebuah sistem dan
commit to user
71
strategi yang baik dalam menjual atau memasarkan produk-produk hasil produksi mereka tersebut.
Dalam hal ini, yang dimaksud pemasaran menurut Sofjan Assauri adalah:
“Pemasaran adalah suatu kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.”
Sofjan Assauri, 1980:5 Sedangkan yang dimaksud dengan strategi pemasaran menurutnya
adalah suatu rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaaan dari waktu ke waktu, sebagai
tanggapan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Sofjan Assauri, 1980:154
Dalam konsep strategi pemasaran itu sendiri, tidaklah mutlak menyangkut masalah memasarkan, melainkan harus memenuhi aspek-aspek
perputaran produk, mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen. Dalam hal ini, pengrajin selain sebagai pemilik juga sebagai penyalur atau distributor.
Pemasaran ini bukanlah sesuatu yang mudah, mengingat diperlukannya sikap komunikatif antara pengrajin dengan konsumen. Prinsip “pembeli adalah
raja” harus selalu dipenuhi oleh para pengrajin karena pembeli merupakan aset yang berharga untuk mempertahankan usahanya.
Dengan adanya kesamaan latar belakang, baik itu dalam kesamaan asal daerah, kemampuan manajerial, latar belakang pendidikan sebagai pengusaha,
commit to user
72
para pengrajin rotan memiliki tata cara dan strategi yang sama dalam memasarkan atau menjual produknya. Meskipun strategi tersebut tidak merujuk pada suatu
referensi tertentu yang tertuang dalam bentuk tertulis maupun sumber lainnya. Namun karena menerapkan strategi tersebut, para pengrajin mampu
mempertahankan kelangsungan usaha yang mereka jalani ini. Dalam kegiatan pemasaran, dikenal adanya elemen-elemen strategi
pemasaran yaitu : 1. Memilih konsumen yang dituju.
Yaitu memiliki target pasar calon pembeli, apakah dari kalangan bawah, menengah atau atas sehingga bisa disesuaikan dengan harga produk yang akan
ditawarkan. 2. Mengidentifikasikan keinginan konsumen.
Mengidentifikasi keinginan konsumen, faktor yang diperhatikan : a.
Barang jasa yang dibutuhkan konsumen. b.
Harga produk yang dapat dijangkau oleh konsumen. 3. Menentukan marketing mix.
Yaitu sarana untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen dengan mengkombinaikan komponen 4P produk product, harga price, promosi
promotion, tempat pelayanan place. a.
produk product
commit to user
73
Menentukan produk jasa yang akan ditawarkan ke pasar umumnya menjadi langkah paling awal. Ide mengenai produk bisa didapatkan dari beberapa
sumber. Cara termudah adalah dengan membandingkan langsung produk sejenis seperti yang ingin dijual, dan melakukan riset kecil-kecilan ke target pasar
mengenai kelebihan dan kekurangan dari produk tersebut. Hasil dari riset tersebut diharapkan memberikan informasi yang lebih akurat bagi wirausaha mengenai
prospek pasar yang akan dimasukinya dan produk macam mana yang diharapkan oleh target pasar.
Ini pula yang dilakukan oleh salah seorang pengrajin rotan guna meningkatkan kualitas barang yang diproduksi dan tentunya akan berimbas pada
proses pemasaran kerajinan rotan itu sendiri. Berikut ini adalah ulasan wawancara yang dituturkan oleh informan tersebut.
“Ketika saya melakukan pemasaran, maka saya harus menentukan dulu kualitas barang atau jasa yang akan saya tawarkan. Ya itu juga yang akan
menentukan harga yang saya tetapkan”. Produk adalah obyek dari penjualan serta pemasaran. Berikut ini adalah
petikan wawancara dengan Bapak Saryanto, pengrajin rotan di Desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo:
“Di Wayan Rotan ini, kami menghasilkan produk yang berbeda dengan kerajinan rotan yang dihasilkan oleh pengrajin lainnya di Desa Trangan ini.
Kami menghasilkan handicraft. Biasanya tempat lain memproduki kursi, meja, dan kerajinan yang lain. Namun saya lewat Wayan Rotan ini ingin menampilkan
hal yang baru”.
commit to user
74
Seperti yang disampaikan oleh informan di atas, Desa Trangsan memiliki produk kerajinan rotan yang bermacam-macam. Berikut ini adalah
keterangan dari pengrajin rotan yang lain di mana masih dalam lingkup Desa Trangsan. Berikut jawaban dari Bapak Waloeyo terkait dengan produk kerajinan
yang dihasilkannya. ”Produk yang kami hasilkan dari industri ini adalah tas. Namun sejalan
dengan perkembangannya kami pun membuat kipas, lampion, hiasan lampu, kotak laci, dll. Ini kami produksi sesuai dengan pesanan, apalagi sekarang untuk
mendapatkan rotan sangatlah sulit”.
Ibu Asri mengemukakan pendapat yang berbeda dengan kedua informan sebelumnya. Berikut penuturan Ibu Asri tentang produk yang dihasilkan oleh
Tirta Foam. ”Kerajinan ini lebih sering memproduksi mebel yang terdiri atas meja
dan kursi. Produk dari Tirta Foam sedikit dikombinasikan dengan kayu dan busa”.
Produk dari kerajinan rotan yang dihasilkan oleh para pengrajin di Desa Trangsan merupakan produk yang memiliki keunggulan tersendiri. Di bawah ini
adalah jawaban dari Bapak Ichwanto yang juga merupakan pengrajin rotan di Desa Trangsan.
”Saya memproduksi kerajinan rotan yang berbentuk keranjang, meja, dan kursi namun bukan sembarang kerajinan rotan. Saya menghasilkan kerajinan
rotan yang mempunyai nilai seni yang tinggi”. Tas, meja, kursi, handicraft adalah beberapa hasil produk yang
dihasilkan para pengrajin rotan di Desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo. Sebagai
commit to user
75
pembandingnya, berikut ini adalah jawaban dari Bapak Abu Tiarto tentang produk rotan yang dihasilkan industrinya.
” Hasil akhir dari indutri kerajinan rotan di tempat saya ini adalah meja, kursi, rak, almari, laci, dll. Dalam sehari saya dan beberapa karyawan
mampu menghasilkan 4 pcs mebel”.
Dan informan terakhir dalam penelitian ini adalah Bapak Bayu Aji Jumianto. Berikut penulturan informan yang bersangkutan terkait dengan hasil
produksi dari industri kerajinan rotan yang beliau miliki. ”Dulu kami pertama-tama membuat rak, tas dan kursi dari bambu yang
dikombinasikan dengan rotan. Namun sekarang produk yang kami hasilkan juga terdiri dari furniture mebel kayu yang dikombinasikan dengan rotan atau
anyaman rotan. Bahan baku yang dibutuhkan antara lain yaitu, debog pelepah pisang, enceng gondok, rotan”.
Guna memperjelas hasil penelitian ini, maka hasil wawancara di atas peneliti gambarkan dalam matrik di bawah ini.
Matrik 2 Produk Kerajinan Rotan Desa Trangsan
No Informan
Produk 1
Bapak Saryanto Rak baju, keranjang baju, tempat sampah,
handicraft berdasarkan
pesanan pelanggan.
2 Bapak Waloeyo
Tas, kipas, lampion, hiasan lampu, kotak laci.
3 Ibu Asri
Meja dan kursi
commit to user
76
4 Bapak Ichwanto
Keranjang, meja, dan kursi 5
Bapak Abu Diarto Meja, kursi, rak, almari, laci.
6 Bapak Bayu Aji Jumianto
Rak, tas dan kursi dari bambu yang dikombinasikan dengan rotan, sekarang
furniture mebel kayu yang dikombinasikan dengan rotan atau anyaman rotan.
Sumber: Hasil Wawancara Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan produk yang ingin
ditawarkan, yaitu: 1. Penampilan produk yang menarik
2. Kualitas produk 3. Pelayanan yang memuaskan konsumen
4. Produk pesaing Inilah yang menjadi salah satu kunci sukses pemasaran. Wiraswasta
dalam hal ini adalah pengrajin rotan harus mengetahui karakteristik barang yang akan dipasarkan. Barang tersebut akan dijadikan objek penjualan yang nantinya
akan mendatangkan income bagi beberapa pihak antara lain pengrajin dan distributor.
b. harga price
Menentukan harga produk tidak semudah yang dibayangkan. Pertanyaan utamanya adalah, Bilamanakah harga produk atau jasa dapat diterima oleh pasar?
Cara yang umum digunakan adalah dengan menggunakan patokan hitungan biaya
commit to user
77
produk tersebut dari awal disiapkan hingga siap jual. Setiap produk memiliki berbagai komponen biayanya sendiri, dari awal produksi hingga produk tersebut
dipajang di rak-rak display penjualan. Penetapan harga ini dipengaruhi oleh: 1. Biaya produksi
2. Laba bersih yang diinginkan 3. Permintaaan pasar konsumen
4. Harga pesaing Menentukan harga berdasarkan biaya dilakukan dengan menambahkan
presentase margin tertentu ke biaya produk, dan presentase tersebut dianggap sebagai keuntungan.
Persentase didapatkan sesuai dengan rata-rata margin di pasaran. Menggunakan metode ini memiliki kelemahan sendiri. Produk akan mengalami
krisis keunikan uniqueness dimana keunikan yang memiliki daya pembeda produk dari saingannya luput diperhitungkan. Keunikan justru mampu membantu
produk agar memiliki harga premium di pasar. Harga di sini diberlakukan untuk menutup biaya produksi dan biaya
distribusinya, di mana dalam harga tersebut juga akan diberlakukan bagi pengrajin. Artinya pengrajin mengambil laba dari harga jual barang yang
dihasilkan dan didistribusikan. Berikut ini kutipan wawancara dengan Ibu Asri, pemilik Tirta Foam kepada peneliti:
“Saya cukup bersyukur dengan apa yang saya peroleh dari kerajinan rotan yang saya tekuni ini. Dengan segala jerih payah saya bersama pekerja,
commit to user
78
akhirnya usaha ini telah berkembang sedemikian besar. Saya menentukan harga produk custion miliknya berkisar antara Rp. 26.000- Rp. 300.000,- pcs.
Keuntungan bersih yang bisa dihasilkan Tirta Foam sekitar Rp.1.500.000 bulan”.
Bapak Saryanto menuturkan hal yang berbeda dengan Ibu Asri terkait dengan hasil kerajinan rotan di tempatnya. Berikut ini adalah ungkapan beliau
yang disampaikan kepada peneliti. “Kalau ditanya harga handicraft, ya itu tergantung bentuk dan tingkat
kesulitan dalam proses pembuatannya. Namun secara garis besar harganya berkisar dari Rp 7.000,00 – Rp 25.000,00”.
Harga mempengaruhi besarnya penjualan barang-barang hasil produksi
kerajinan rotan di Desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo. Berikut ini adalah harga produk kerajinan rotan di Desa Trangsan khususnya di tempat Bapak Waloeyo.
“Harga yang ditentukan untuk produk saya untuk sebuah tas berkisar antara Rp.15.000-Rp.60.000, untuk kipas Rp.3.000buah, kotak laci Rp.28.000-
Rp.80.000, sedangkan untuk hiasan lampu Rp.120.000-Rp.250.000. Lain lagi harga hasil produksi Bapak Ichwanto. Berikut penuturan dari
pengrajin rotan tersebut. “Harga dari kerajinnan rotan yang kami hasilkan berkisar dari harga
Rp 100. 000,00 sampai dengan Rp. 200.000,00. Ya tergantung pada bentuk, ukuran, dan tingkat kesulitannya”.
Berbeda pula dengan jawaban dari Bapak Abu Diarto terkait dengan harga kerajinan rotan yang diproduksi di industrinya. Di bawah ini adalah
ungkapan Bapak Abu Diarto terkait dengan harga produk rotan yang diproduksinya.
commit to user
79
“Produk yang dihasilkan Rotan Sari berupa meja, kursi, rak, almari, laci, dll. Harga yang ditentukan berkisar antara Rp.125.000, sampai Rp.600.000
tergantung dari jenis barang dan tingkat kesulitan dalam pembuatannnya”. Begitu juga dengan jawaban dari Bapak Bayu Aji Jumianto. Berikut ini
adalah penuturan dari beliau tentang harga barang-barang yang beliau produksi. “Harga kerajinan rotan saya sekitar Rp 115.000,00 sampai kisaran Rp
200.000,00 ya tergantung bentuknya Mbak”. Hasil wawancara di atas peneliti abstraksikan dalam matrik di bawah
ini.
Matrik 3 Harga Kerajinan Rotan Desa Trangsan
No Informan
Harga Kerajinan Rotan 1
Bapak Saryanto Rak pakaian : Rp. 20.000-Rp. 50.000
Keranjang sampah : Rp.20.000-Rp.50.000 Handicraft souvenir : Rp 7.000,00 –
Rp 25.000. 2
Bapak Waloeyo Tas : Rp.15.000-Rp.60.000
Kipas : Rp.3.000buah Kotak laci : Rp.28.000-Rp.80.000,
Hiasan lampu Rp.120.000-Rp.250.000. 3
Ibu Asri Meja kursi : Rp. 26.000- Rp. 300.000,-
pcs tergantung dari bentuk dan bahan 4
Bapak Ichwanto Keranjang : Rp. 25.000 - Rp.50.000
Rak , laci : Rp. 30.000 - Rp.50.000 5
Bapak Abu Diarto Meja kursi : Rp.125.000, - Rp.600.000
Almari : Rp.50.000 – Rp.100.000 Rak, laci : Rp. 35.000 – Rp.50.000
commit to user
80
6 Bapak Bayu Aji Jumianto
Rak pakaian : Rp. 35.000 - Rp.60.000 Meja kursi : Rp 115.000,00 - Rp
200.000,00 Sumber: Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara di atas dapat kita lihat bahwa kerajinan rotan tidak bisa dipandang remeh. Sebuah usaha yang ditekuni maka akan membuahkan hasil
yang bisa dikatakan fantastik. Inilah yang dapat dijadikan bukti dari ketekunan Ibu Asri ini kita dapat belajar bagaimana mengembangkan usaha kecil menjadi
usaha yang besar. c.
promosi promotion Aspek penting lainnya adalah mengenai promosi dari produk.
Bagaimana suatu produk akan dikenalkan ke pasar agar pelanggan tergerak untuk membelinya. Salah satu cara berpromosi efektif adalah dengan beriklan. Bagi
wirausaha yang baru memulai bisnis, iklan dilakukan dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi-nya. Untuk mendapatkan efektifitas beriklan sebaiknya
dilakukan pemilihan media iklan yang benar-benar cocok dengan karakter target pasar dari produk. Mungkin tidak diperlukan untuk memasang iklan di segala
media tempat karena belum tentu berpengaruh kepada peningkatan penjualan. Selain itu pemasangan iklan juga berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan.
Pada tahap-tahap awal memulai bisnis, sebaiknya masalah biaya mendapat perhatian khusus agar tidak menjadi ganjalan dalam operasional usaha.
Tentukan juga tujuan dari promosi, apakah untuk menciptakan kesadaran merek
commit to user
81
atau dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan. Jangan lupa untuk mengukur hasil dari setiap kegiatan promosi yang dilakukan, apakah sesuai dengan harapan
atau masih perlu perbaikan untuk kegiatan promosi berikutnya. Sebagaimana yang telah disinggung pada bagian terdahulu, bahwa pada
saat ini telah terjadi suatu perubahan dalam sistem pemasaran atau penjualan produk kerajinan. Jika pada waktu dulu para pengrajin hanya memamerkan dan
menjual produk kerajinannya di wilayah sekitar Desa Trangsan, saat ini mereka telah menjual dan memasarkannya ke luar kota. Dalam menentukan lokasi
pemasaran pada umumnya, saat ini mereka telah mempunyai distributor atau pelanggan tetap di kota-kota besar, namun tidak menutup kemungkinan mereka
akan mencari lokasi pemasaran yang baru. Untuk lebih jelasnya proses pemasaran kerajinan rotan Desa Trangsan
dapat dilihat dalam skema pemasaran sederhana berikut ini:
Skema 1. Alur Pemasaran Kerajinan Rotan
Pengrajin rotan produsen
Pedagang perantara
Toko pengecer
Pembeli eceran
commit to user
82
Namun untuk mendapatkan seorang pelanggan tidaklah mudah, dibutuhkan waktu dan kerja sama yang baik untuk mendapatkan seorang
pelanggan, mengingat semakin banyaknya pengrajin menyebabkan pelanggan dalam hal ini adalah seorang distributor, mempunyai pilihan untuk menentukan
pemesanan barang kepada para pengrajin. Biasanya pada awalnya, para pengrajin membawa barang hasil kerajinan itu dan menawarkan langsung para distributor.
Akibat semakin banyaknya pengrajin rotan di Desa Trangsan ini maka secara langsung menyebabkan adanya persaingan harga antar sesama pengrajin,
misal ada pengrajin yang melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan harga jual terendah, meskipun mereka berdalih bahwa produk yang mereka hasilkan pun
bentuknya tidaklah persis sama, masing-masing pengrajin mempunyai karakteristik yang mereka tonjolkan dalam produk kerajinan mereka, sehingga
mereka menentukan harga sendiri-sendiri, namun hal ini tetap saja akan merugikan pengrajin lainnya.
Bahkan pada kenyataanya banyak pengrajin yang rela menurunkan harga barang produksinya hanya agar cepat laku terjual. Kondisi seperti inilah
yang menyebabkan persaingan tidak sehat antara para pengrajin dan merusak pasar. Di sentra industri kerajinan rotan di Desa Trangsan ini tidak ada suatu
perkumpulan atau paguyuban yang khusus memiliki peranan khusus untuk
commit to user
83
menangani persaingan harga antar para pengrajin rotan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Bapak Waloeyo dalam petikan wawancara berikut:
“…Sebenarnya persaingan itu ya tetap ada, khususnya dalam hal harga, kadang-kadang ada yang menjual produknya dibawah harga rata-rata
untuk menarik konsumen, ya tapi mau gimana lagi namanya juga orang jualan, soal paguyuban antar pengrajin, dulu pernah ada, tapi tidak membahas tentang
persaingan harga antar pengrajin, tapi bahas tentang kredit modal dari pemerintah atau pihak swasta…”
Oleh karena itu untu menghindari persaingan yang tidak sehat, para pengrajin rotan di Desa Trangsan ini jika membahas masalah persaingan harga,
pemasaran dan hal- hal yang berkaitan dengan usaha mereka biasanya hanya dilakukan secara kelompok-kelompok kecil, atau sekedar bincang-bincang antar
pengrajin, tidak melalui lembaga atau paguyuban secara formal. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemasaran yaitu berusaha
menjalin hubungan baik dengan para pedagang perantara atau distributor, sebab para pedagang tersebutlah yang merupakan perantara penjualan mereka ke
konsumen. Para pengrajin menjaga kontinuitas hubungan baik dengan para distributor tersebut, sehingga proses pemasaran produk kerajinan rotan rotan
mereka berjalan lancar, sistem pembayarannya pun dipermudah. Para distributor tidak harus membayar tunai pada saat awal menerima produk, namun diberi
jangka waktu antara satu sampai dua bulan. Seperti yang diungkakan oleh Bapak Abu berikut ini:
“Dengan adanya disributor, jadi sangat mempermudah saya dalam menjual barang, jadi saya gak perlu repot-repot memasarkan atau menawarkan
produk saya langsung ke konsumen, tinggal terima pesanan saja dari distributor.”
commit to user
84
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Waloeyo: “menjaga hubungan dengan pelanggan itu penting sekali, karena
mereka yang membantu kita untuk menjual dan memasarkan produk, dan sistem pembayarannyapun dipermudah karena kita sudah saling mengenal. Bahkan
untuk menjaga pelanggan, setiap order yang saya terima dari mereka saya kirim dengan ongkos transport saya yang tanggung, ya itung-itung buat ngikat
pelanggan. ”
Pengrajin selalu menjaga hubungan baik dengan para pelanggan. Dengan adanya pelanggan, maka ada perputaran uang. Bagi pengrajin pelanggan
adalah orang yang bisa menentukan nasib masa depan usaha mereka. Tanpa pelanggan maka dipastikan usaha mereka akan mengalami kebangkrutan, oleh
karena itu untuk menjaga kepuasan pelanggan maka pengrajin melakukan berbagai cara antara lain menjaga kualitas dan memperkaya disain produk, dan
menjualnya dengan harga bersaing dan tidak terlalu mahal. Pengrajin akan mendapatkan uang dari penjualan produk kerajinan dan dapat digunakan untuk
membeli bahan baku untuk proses produksi, di sisi lain pelanggan mendapatkan produk sesuai dengan kebutuhannya.
d. tempat pelayanan place
Tidak kalah penting adalah mengenai di mana produk tersebut yang akan ditawarkan tersebut mudah ditemukan oleh target pasar yang dituju. Pada
beberapa industri, misalnya ritel atau restoran, masalah penempatan berarti sangat penting. Begitu juga dengan kerajinan rotan yang dihasilkan oleh para penrajin di
Desa Trangsan Sukoharjo. Ungkapan “Lokasi, Lokasi, Lokasi” sebaiknya sangat
commit to user
85
diperhatikan oleh wirausaha, karena bisa jadi pemilihan lokasi tempat usaha yang buruk dapat berakibat langsung kepada kegagalan dari usaha yang dijalankan.
Berikut ini jawaban dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan terkait dengan tempat pemasaran hasil produksi kerajinan rotan
di Desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo. ”Saya melakukan penjualan barang-barang hasil produksi ke seorang
distributor. Barang yang sudah jadi kemudian dikirim dan dipasarkan ke distributor di Jogja antara lain yaitu Asiatic Atmosphere, Sentana Rotan,
Summer, Trading Cash”. Begitu pula yang diungkapkan Bapak Saryanto:
“Saya memasarkan produk itu ya melalui distributor, pabrik Asia Trend Perkasa di Jogja, sedangkan nanti untuk pemasaran lebih lanjut seperti misalnya
ikut pameran kerajinan, itu semua mereka yang urus, saya cuma menerima order yang saya terima dari pabrik.”
Sama halnya dengan Bapak Saryanto, Bapak Waloeyo juga
menggunakan Jogja sebagai tempat pemasaran hasil kerajinan rotan yang diproduksi di tempatnya. Berikut pengakuan dari BapakWaloeyo.
“Saya memasarkan kerajinan rotan ke Jogja karena Jogja terkenal dengan konsumen dari barang-barang yang bernilai seni tinggi”.
Berbeda dengan Bapak Waloeyo yang hanya memasarkan produknya ke Jogja, Bapak Ichwanto juga memasarkan kerajinannya ke daerah lain. Berikut ini
adalah jawaban dari beiau tentang tempat pemasaran kerajinannya. “Saya memasarkan kerajinan rotan ke Kota Jogja, Cirebon dan di Desa
Trangsan sendiri. Ini saya lakukan karena permintaan tidak hanya berasal dari satu kota tetapi juga kota-kota lainnya”.
commit to user
86
Sedangkan pengrajin lain di Desa Trangsan, Bapak Abu Diarto menuturkan hal yang berbeda dengan beberapa informan sebelumnya. Berikut ini
adalah penjelasan dari Bapak Abu Diarto. ”Saya memasarkan barang-barang ke Pulau Bali. Di sana ada teman
saya yang menjadi distributor dan pastinya akan menjualkan barang-barang kerajinan dari industri rotan yang saya kelola”.
Informan terakhir dalam penelitian ini juga memiliki jawaban yang berbeda dengan kelima informan sebelumnya. Berikut penjelasan dari Bapak
Bayu Aji Jumianto terkait dengan tempat pemasaran dari kerajinan rotan yang beliau produksi.
“Surabaya adalah tujuan dari pemasaran kerajinan-kerajiann rotan yang saya produksi”.
Dari petikan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa melalui para distributor tersebut nantinya produk kerajinan rotan mereka dipasarkan di
pameran-pameran berstandar internasional. Sehingga mereka bisa mendapat order yang lebih besar.
Sedangkan untuk pegusaha bahan baku seperti Bapak Ichwanto sebagian besar produknya dikirim ke luar kota, seperti penuturannya berikut ini:
“Untuk rotan yang sudah jadi nantinya akan saya kirim ke pelanggan saya yaitu di jogja dan cirebon, biasanya pembayarannya diutang dulu selama
satu setengah bulan, tapi saya juga jual secara eceran, pembelinya ya terutama pengrajin sekitar.”
Untuk lebih jelasnya lihatlah matrik pemasaran kerajinan Rotan dari Desa Trangsan berikut ini.
commit to user
87
Matrik 4 Tempat Pemasaran Kerajinan Rotan
Desa Trangsan
No Informan
Tempat Pemasaran 1
Bapak Saryanto Animal Art and Amazing Wood, Sania
Craft 2
Bapak Waloeyo Earth Colections Jogjakarta
3 Ibu Asri
Jogja antara
lain yaitu
Asiatic Atmosphere, Sentana Rotan, Summer,
Trading Cash. 4
Bapak Ichwanto Yogyakarta, Cirebon dan di Trangsan
5 Bapak Abu Diarto
Bali Galeria Kuta 6
Bapak Bayu Aji Jumianto Joe Art Galery, Surabaya
Sumber: Hasil Wawancara Para pengrajin rotan di Desa Trangsan tidak hanya menjual dalam
pesanan atau partai besar, tetapi mereka juga tetap memasarkan produk mereka di rumah tempat mereka melakukan proses produksi, agar konsumen yang ingin
memesan barang secara langsung dapat melihat sampel produk yang mereka buat, mereka juga menerima pesanan atau sketsa bentuk langsung dari pembeli di
tempat produksi, selain itu merka juga memasarkan produknya di toko-toko eceran.
Hasil wawancara membuktikan bahwa proses pemasaran tidak bisa dilakukan seorang diri. Para pengrajin lebih konsen kepada proses produksinya,
sedangkan untuk proses distribusi dan penjualan diserahkan kepada salah seorang
commit to user
88
distributor di luar Sukoharjo. Artinya perlu koordinasi yang baik dari pengrajin maupun dari pihak distributor.
Arti dari pemasaran adalah jauh lebih luas dari pada arti penjualan. Pemasaran
mencakup usaha
perusahaan yang
dimulai dengan
mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai,
menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. Jadi kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan
sebagai suatu sistem. Strategi pemasaran dalam industri rotan ini adalah menggunakan strategi
pemasaran tunggal dan berganda. Dalam hal ini strategi pemasaran tunggal dapat diartikan sebagai sebuah strategi dalam memasarkan barang hasil produksi dalam
sebuah perusahaan, dalam hal ini adalah industri rotan di Desa Trangsan. Pasar yang dipilih bisa berupa segmen yang kurang terlayani atau juga yang kurang
menarik bagi industri-industri lain. Tujuan pokok strategi ini adalah mencari suatu segmen yang diabaikan
saat ini atau kurang terlayani, kemudian berusaha memenuhi kebutuhan segmen tersebut. Hasil yang diharapkan dapat tercapai adalah biaya yang terendah dan
laba yang lebih tinggi. Bila dilaksanakan dengan baik, maka industri yang menjalankannya akan memperoleh reputasi tersendiri dalam segmen pasar yang
dituju. Meskipun demikian strategi ini juga memiliki resiko besar, yakni bila
commit to user
89
terjadi perubahan lingkungan, terutama selera pasar. Jika konsumen konsumen sudah berubah selera, maka penghasilan dari industri secara keseluruhan akan
tergoncang. Selain itu bila segmen tersebut ternyata bisa mendatangkan keuntungan yang besar, maka sangat mungkin bila banyak pesaing yang tertarik.
Dengan meningkatnya persaingan, maka profitabilitas perusahaan dapat berkurang.
Dalam penelitian ini, industri rotan yang menggunakan strategi tunggal adalah Industri dari Bapak Saryanto, Bapak Waloeyo, Bapak Abu Diarto dan
Bapak Aji Jumianto. Meski ada yang memasarkan di wilayah yang sama, namun tempat yang digunakan untuk memasarkan hail industri rotan berbeda.
Berbeda dengan strategi pasar tunggal yang hanya melayani satu segmen pasar saja, maka dalam strategi pasar berganda industri berusaha
melayani beberapa pasar yang berbeda. Usaha yang dilakukan adalah mendistribusikan produk yang sama kepada sejumlah segmen pasar.
Tujuan strategi ini adalah untuk mendiversifikasikan dan mengurangi resiko, sehingga tergantung semata-mata pada satu segmen saja. Dengan
demikian bila suatu segmen pasar mengalami goncangan atau penurunan maka secara keseluruhan indutri tidak terlalu terpengaruh. Persyaratan yang dibutuhkan
adalah: 1 memilih dan mempertimbangkan dengan matang dan hati-hati segmen- segmen yang akan dilayani, 2 menghindari konfrontasi dengan industri yang
melayani semua pasar.
commit to user
90
Dalam penelitian ini industri yang menggunakan strategi pemasaran ganda adalah Ibu Asri dan Bapak Ichwanto. Namun kedua industri tersebut
memiliki pasar yang bereda sehingga hal itu tidak akan menjatuhkan industri rotan lain di Desa Trangsan.
Matrik 5 Strategi Pemasaran Pengrajin Rotan Desa Trangsan
No Permasalahan
Strategi 1. Banyaknya
pengrajin menyebabkan
makin tingginya tingkat persaingan
dalam memperoleh
konsumen maupun
mempertahankan pelanggan. a. Memilih konsumen yang dituju.
b. Mengidentifikasi keinginan
konsumen. c. Menentukan marketing mix
· produk product,
Menjaga keunggulan produksi baik dari
segi kualitas maupun variasi bentuk produk yang dihasilkan.
· harga price,
pengrajin mematok harga tidak terlalu
tinggi, yang terpenting biaya produksi dan tenaga kerja bisa
terbayar, laba juga tidak terlalu banyak
· promosi promotion, pengrajin melakukan kerja sama dengan
para distributor dalam menjual hasil kerajinannya.
· tempat pelayanan
place, pengrajin
memilih tempat
commit to user
91
pemasaran yang tepat agar barang hasil produksinya tetap
laku di pasaran
2. Persaingan harga yang tidak
sehat, selain karena oknum pengrajin juga dipicu oleh
tidak adanya lembaga atau institusi
yang bisa
mengontrol a. Membuat kesepakatan harga jual
terendah antar sesama pengrajin. b. Memperluas jaringan pemasaran
sampai ke luar daerah c. Memberikan layanan atau jasa
kepada konsumen, baik berupa potongan harga sampai dengan jasa
pengantaran barang ke tempat
konsumen.
Rasa kebersamaan dan persaudaraan juga sangat menonjol yang mengiringi kegiatan dari usaha tersebut. Hal ini terlihat dari adanya hubungan
antara pegrajin satu dengan pengrajin yang lain. Interaksi yang kuat menjadi ciri khas masyarakat desa yang ikut serta dalam kegiatan ini karena sebagian besar
dari mereka merupakan kerabat atau saudara. Dari segi kemandirian usaha ini, penulis melihat bahwa para pengrajin
memegang kendali penuh setiap kegiatan termasuk dalam hal produksi dan pemasaran. Hubungan antara tindakan yang dilakukan pengrajin yang dikaitkan
oleh teori Weber dalam memaknai sebuah tindakan, termasuk dalam tindakan zwerk rasional karena tindakan yang dilakukan manusia dilihat dari segi perilaku
commit to user
92
sebagai mata rantai dari alat dan tujuan, dimana dalam memilih strategi yang digunakan untuk kelangsungan usahanya merupakan salah satu wujud konkret
dari tindakan tersebut. Dalam kegiatan pemasaran, dikenal adanya elemen-elemen strategi
pemasaran yaitu : memilih konsumen yang dituju, mengidentifikasi keinginan konsumen dan menentukan marketing mix, yaitu sarana untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen dengan mengkombinaikan komponen 4P produk product, harga price, promosi promotion, tempat pelayanan place.
Strategi atau langkah-langkah yang diambil dan dilakukan oleh para pengrajin merupakan suatu tindakan sosial dalam rangka menjaga kelangsungan
usahanya. Langkah-langkah atau strategi yang kemudian dimanifetasikan dalam bentuk tindakan-tindakan ini dilakukankan atas dasar kesadarannya sebagai
subyek dan dari situasi ekternal dan posisinya sebagai obyek. Di sini berarti bahwa pengrajin yang berlaku sebagai aktor akan melakukan suatu tindakan,
dimana tindakan tersebut merupakan tuntutan dari situasi ekternal yang ada. Adapun contoh dari situasi ekternal tersebut misalnya adanya persaingan usaha
dari sesama pengrajin yang dapat menjadi hambatan bagi indutri kerajinan rotan ini untuk tetap bertahan. Sehingga kemudian para pengrajin dituntut untuk dapat
bersaing dengan menggunakan berbagai cara atau strategi yang dianggapnya baik untuk dapat mencapai tujuannya. Jadi tindakan yang dilakukan oleh si aktor,
dalam hal ini adalah pengrajin, dalam memilih, menilai dan mengevaluai tindakan
commit to user
93
yang akan, sedang dan telah dilakukannya tidak lain adalah berupa strategi yang sengaja dipilih dengan harapan untuk dapat mempertahankan kelangsungan
usahanya.
Matrik 6 Temuan Strategi Produksi dan Strategi Pemasaran
Faktor Permasalahan
Strategi Produksi
Modal Umumnya tidak mengalami
kesulitan yang berarti dalam hal permodalan
Penggunaan modal yang efisien dan tepat guna
.
Tenaga Kerja Besarnya kapasitas produksi dan
batas waktu pemesanan yang harus diselesaikan pengrajin
Pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal dengan
mempekerjakannya sesuai dengan keahlian masing-
masing pembagian kerja
.
Alat Produksi Biaya untuk pembelian alat
produksi biasanya dikeluarkan pada waktu awal usaha.
Merawat semaksimal mungkin
Bahan Baku Semakin mahal dan langkanya
bahan baku rotan Mengganti bahan baku rotan
dengan bahan baku alternatif yaitu enceng gondok
.
Pemasaran Persaingan
memperoleh konsumen
Banyaknya pengrajin
menyebabkan makin tingginya tingkat
persaingan dalam
memperoleh konsumen maupun mempertahankan pelanggan.
a. Memilih konsumen
yang dituju. b. Mengidentifikasi
keinginan konsumen. c. Menentukan marketing
mix · produk product
· harga price · promosi promotion
. · tempat
pelayanan place
Persaingan harga
Persaingan harga yang tidak sehat, selain karena oknum
pengrajin juga dipicu oleh tidak a. Membuat kesepakatan
harga jual terendah. b. Memperluas
jaringan
commit to user
94
adanya lembaga atau institusi yang bisa mengontrol
pemasaran c. Memberikan
layanan kepada konsumen, baik
berupa potongan harga sampai
dengan jasa
pengantaran barang.
commit to user
95
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN