commit to user
56
pembeli tidak diambil-ambil sesuai kesepakatan, hal ini seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden berikut ini :
“…Sulitnya kalau modalnya kecil kaya saya ini mbak, kadang- kadang pesanan gak diambil-ambil kalo pas barangnya udah siap, jadinya gak ada uang
buat beli bahan, kalo cuma beberapa hari saja sih masih bisa pake yang lain dulu, tapi kalo misalnya udah sampai berminggu-minggu belum diambil, ya
menghambat produksi, ada lagi pembeli yang pembayarannya lebih lama dari waktu yang disepakati sehingga tidak ada modal untuk mmbeli bahan baku
lagi….”
Hal ini seperti juga yang dituturkan oleh Bapak Abu berikut ini: “…Kadang-kadang itu kalau pas harga bahan baku naik terus,
sedangkan harga produk yang kita jual masih harga lama gitu, sehingga kadang- kadang membuat kita harus ini harus istilahnya tambah modal terus,ya dengan
kata lain mau gak mau keuntungan ya pasti berkurang.” Dalam menghadapi permasalahan modal tersebut, para pengusaha hanya
dapat melakukan pemanfaatan modal yang telah ada semaksimal mungkin dengan tetap menjaga keberlangsungan siklus atau perputaran modal usaha, serta
berusaha menyisihkan sebagian keuntungan yang didapatkan untuk dijadikan tambahan modal.
2. Tenaga Kerja
Industri kerajinan rotan di Trangsan ini cukup penting dalam penyerapan tenaga kerja, terutama penduduk sekitar Desa Trangsan. Seperti yang
telah dijelaskan, dimana Stayle dan Morse membuat penggolongan jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja sebagai berikut ini :
commit to user
57
a. Industri kerajinan rumah tangga memiliki tenaga kerja antar 1-4 orang.
b. Industri kecil memiliki jumlah tnaga kerja antar 5-19 orang.
c. Industri sedang memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-49 orang.
d. Industri besar memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 50 orang.
Sebagian besar pengrajin rotan di Desa Trangsan, khususnya para responden yang berhasil penulis mintai keterangan wawancarai dalam
mengelola usaha ini mereka dibantu oleh para anggota keluarganya. Adapun minimnya jumlah tenaga kerja yang membantu tersebut antara lain disebabkan
oleh minimnya modal yang mereka miliki. Semakin kecil modal awal yang dikeluarkan, maka jumlah tenaga kerja yang dimiliki juga semakin sedikit. Alasan
utama mengapa terjadi hal yang demikian adalah karena untuk menggunakan atau memanfaatkan tenaga kerja yang lebih banyak. Namun demikian apabila
permintaan pesanan sedang meningkat, dan jumlah tenaga kerja tetap mereka dirasa tidak sanggup mengerjakan dalam waktu yang telah ditentukan, para
pengrajin biasanya memperkerjakan atau mengambil tenaga kerja dari luar, dalam arti tenaga kerja sementara, jika order sudah selesai dikerjakan, mereka sudah
tidak bekerja lagi. Hal ini seperti yang diungkapkan Bapak Bayu berikut ini: “…saya mengambil tenaga kerja dari luar kalau misalnya lagi banyak
order dan saya rasa tidak sanggup menyelesaikan orderan tersebut pada waktu tersebut dengan tenaga kerja tetap yang saya miliki. Dan untuk tenaga kerja
sementara itu, kalau mereka sudah selesai dengan order tersebut maka mereka tidak bekerja lagi.”
commit to user
58
Untuk perekrutan tenaga kerja pada industri kerajinan rotan ini, pengrajin tidak membatasi bahwa tenaga kerjanya harus berpendidikan tinggi,
tetapi bebas asalkan mempunyai kemauan keras untuk bekerja. Membicarakan pembangunan industri tentunya tidak saja ditujukan
kepada industri besar atau sedang, akan tetapi harus pula diarahkan kepada indusri kecil atau industri kerajinan rumah tangga. Pada kenyataannya
keberadaan industri-industri sejenis ini masih sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan industri mampu untuk menyerap banyak tenaga kerja yang tidak
tertampung pada lapangan kerja yang ada saat ini. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat diperlukan oleh setiap
pengrajin baik yang berskala besar ataupun kecil yang ada di Desa Trangsan dalam menunjang kelangsungan kegiatan produksi.
Secara garis besar tenaga kerja yang bekerja yang ada di industri kerajinan rotan di Desa Trangsan apat dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Tenaga kerja harian Merupakan tenaga kerja yang memiliki hubungan secara tetap permanent
dan terikat dengan pemilik usaha pengrajin yang mempekerjakannya. Tenaga kerja ini upahnya dihitung secara tetap setiap harinya berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Sistem kerja harian mempunyai kelebihan seperti
commit to user
59
waktu kerjanya terjadwal, pekerja dengan mudah dapat diawasi sehingga bila hasil kerjanya kurang memuaskan bisa langsug ditegur. Sedangkan
kelemahannya, pekerja dapat bekerja seenaknya santai karena cepat atau lambat pekerjannya akan tetap selesai dan upahnya tetap.
2. Tenaga kerja borongan Adalah tenaga kerja yang tidak terikat dengan pemilik usaha pengrajin.
Upah diterima setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya. Kelebihan sistem ini adalah bagi seorang pekerja apabila menginginkan upah yang tinggi maka
ia harus cepat menyelesaikan pekerjanya secepat mungkin, apalagi pekerja borongan tidak mengenal jam kerja. Kelemahannya adalah bahwa para
pengusaha tidak bisa secara langsung mengawasi tenaga kerja jenis ini sehingga hanya berdasarkan rasa kepercayaan saja.
3. Tenaga kerja sementara Adalah tenaga kerja yang bekerja hanya sementara saja pada pemilik usaha
pengrajin, biasanya tenaga kerja sementara direkrut pada waktu pengrajin sedang banyak order atau pesanan, sedangkan jumlah tenaga kerja tetap
mereka tidak mampu menyelesaikan pesanan itu dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai menyelesaikan order tersebut, maka selesai pula
waktu kerjanya pada pengrajin tersebut. Biasanya tenaga kerja sementara ini bisa bekerja dengan lebih dari satu pengrajin.
commit to user
60
Selain itu dalam menjalankan usahanya, para pengrajin juga melakukan pembagian tugas bagi tenaga kerjanya sesuai dengan ketrampilan dan kemampuan
dari masing-masing tenaga kerja. Pembagian tugas tersebut seperti misalnya meliputi proses penganyaman, penyemprotan obat, dan finishing.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh masing-masing pengrajin adalah
sebagai berikut :
Tabel. 8 Jumlah dan Status Tenaga Kerja dalam Usaha Industri Kerajinan Rotan
di Desa Trangsan No
Nama Responden
Jml Tenaga Kerja
Keterangan
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Saryanto Waloeyo
Asri Fitria Sari Ichwanto
Abu Tiarto Bayu Aji
10 4
7 22
50 7
Teman dan kerabat Tetangga dan kerabat
Tetangga Teman dan tetangga
Tetangga Teman dan tetangga
Sumber : data primer Berkaitan dengan adanya tenaga kerja adalah upah kerja. Upah
diberikan oleh majikan sebagai imbalan atas hasil dari mereka bekerja. Sistem pemberian upah yang diberlakukan kepada tenaga kerja adalah harian dan
borongan, sedang untuk tenaga kerja sementara termasuk ke dalam upah borongan. Untuk tenaga kerja harian upah yang diberikan antara Rp. 15.000,00
commit to user
61
sampai dengan Rp. 25.000,00 sesuai dengan spesialisasi masing-masing, makin sulit pekerjaannya, upahnya juga semakin tinggi, selain itu upah tenaga kerja juga
tergantung dari ketentuan masing-masing pemilik usaha pengrajin. Upah tenaga harian diberikan seminggu sekali yakni pada akhir pekan. Sedangkan untuk
tenaga kerja borongan, upah diberikan setelah mereka menyelesaikan pekerjannya, misal dalam sebulan mereka bisa menyelesaikan orderan 100 pcs
kursi, maka setelah selesai mereka akan menerima upah, namun biasanya tiap minggu mereka boleh minta uang pada pemilik usaha atau pengrajin, atau
istilahnya kas bon hutang, nanti setelah menerima upah, mereka baru membayar hutangnya.
Tenaga kerja pada industri kerajinan rotan di Desa Trangsan rata-rata bekerja selama 6 hari dalam seminggu, sehingga pada hari Minggu mereka libur.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam tabel jam kerja karyawan berikut ini:
Tabel 9 Jam Kerja Karyawan
Industri Kerajinan Rotan di Desa Trangsan
Hari Kerja Jam Kerja
Jam Istirahat Lama Kerja Perhari
Senin Selasa
Rabu Kamis
Jumat Sabtu
08.00-16.00 08.00-16.00
08.00-16.00 08.00-16.00
08.00-16.00 08.00-14.00
12.00-13.00 12.00-13.00
12.00-13.00 12.00-13.00
11.30-13.00 12.00-13.00
7 jam 7 jam
7 jam 7 jam
6,5 jam 5 jam
commit to user
62
Total Jam Kerja Seminggu 39,5 jam
Sumber : Data Sekunder
3. Alat Produksi