Pasal 1 ayat 1 Undang Nomor 13 Tahun 2006

commit to user 66

a. Pasal 1 ayat 1 Undang Nomor 13 Tahun 2006

”Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, danatau ia alami sendiri” Definisi “saksi” kurang memadai dan masih dibebani oleh pengertian saksi dalam KUHAP sehingga menutup kemungkinan perlindungan terhadap whistleblower. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP memberikan batasan pengertian saksi itu sendiri sebagai seseorang yang melihat , mendengar, atau mengalami” suatu tindak pidana. Pengertian yang sama dijumpai dalam Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban pada Pasal 1 ayat 1. Dalam beberapa kasus, orang-orang masih banyak yang takut untuk melapor suatu tindak pidana. Seseorang yang mengetahui suatu tindak pidana dan bahkan memiliki bukti penting tetapi tidak masuk dalam kategori sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang, tidak akan mendapatkan perlindungan saksi, yang mana berarti bahwa mereka dapat saja mengalami bentuk-bentuk intimidasi dan ancaman. Keamanan seseorang yang tampil ke depan dan mempublikasikan informasi masih dibatasi, mengingat tidak semua orang dapat melaporkan sebuah kejahatan atau menyediakan bukti mendapatkan perlindungan seperti dalam kasus terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, hal pokok termasuk keperluan untuk menjaga aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat dan kelompok masyarakat sipil lainnya Sapto Budoyo,2008:87. Pengertian saksi dalam undang-undang ini berupaya mencoba memasukkan atau memperluas perlindungan terhadap orang-orang yang membantu dalam upaya penyelidikan pidana yang masih berstatus pelapor atau pengadu. Walaupun pun tidak secara tegas dinyatakan bahwa pelapor juga dilindungi, tapi para perumus berkeyakinan bahwa pelapor sudah tercakup dalam wilayah penyelidikan. Namun perlindungan terhadap status saksi dalam konteks penyelidikan ini pun masih terbatas dan kurang memadai karena terbentur pada doktrin yang terdapat dalam KUHAP, dimana saksinya haruslah commit to user 67 orang yang keterangan perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri danatau ia alami sendiri Artikel Sebuah tinjauan kritis mengenai Undang- Undang Perlindungan Saksi dan Korban,Juli 2007. Melihat lebih dalam lagi dengan keberadaan pendamping yang umumnya terdapat dalam kasus – kasus terhadap perempuan. Keberadaan pendamping ini juga tidak dilindungi oleh undang – undang perlindungan saksi dan korban tersebut, meski kenyataannya pendamping juga ini juga sering mendapat ancaman dan tekanan ketika mendampingi korban. Selain saksi dan korban, saksi juga punya peranan penting dalam penyelesaian kasus – kasus kejahatan. Keberadaan saksi ahli tersebut menjadi sangat krusial sehingga keberadaannya sangat perlu untuk dilindungi. Dengan definisi saksi yang masih terpola dari KUHAP, maka keberadaan saksi ahli menjadi tidak termasuk dalam usaha perlindungan saksi Anna Christina Sinaga, 2006:8

b. Pasal 1 poin 5 Undang Nomor 13 Tahun 2006