commit to user 41
layang dan menerima pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang lebih 400 buah dan dipajang diluar dan dalam Museum.
http:rumahtata-museumlayang.blogspot.com. Diakses pada 12 april 2011.
1. Sejarah berdirinya Museum Layang-layang Indonesia
Perkembangan layang-layang di Indonesia cenderung mengarah kepada bentuk modern yang memungkinkan akan berdampak kepada hilangnya ciri
layang-layang tradisional Indonesia. Sementara perkembangan layang-layang di dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang artistik serta mengarah kepada
pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi. Mengacu pada hal tersebut sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung dalam Merindo Kites
Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan salah satu khazanah budaya dan memperkenalkan seni dan teknologi layang-layang dengan mendirikan
Museum Layang-layang Indonesia. Layang-layang sebuah benda klasik yang ada hampir di seluruh pelosok dunia dan masih jaya hingga sekarang. Berbagai
festival internasional dilaksanakan setiap tahun dan selalu menjadi acara yang menarik. Pada tahun 2010 festival layang-layang yang diikuti oleh 42 negara
dilaksanakan di kawasan Pantai Karnaval Ancol, sekaligus dalam rangka merayakan HUT Jakarta yang ke-483. Museum layang-layang Indonesia
merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri Museum Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar
kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 istri mantan Kabulog, Wijanarko Puspoyo yang diresmikan, 21 Maret 2003 oleh Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata saat itu, I Gede Ardika. Lokasinya terletak di Jl. H.
commit to user 42
Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dimyati,Edi.Panduan sang
petualang47 museum jakarta,2010,p.30
Sejak hampir 2,800 tahun lalu, layang-layang telah digunakan oleh Cina. Layang-layang telah menjadi simbol dalam upacara sakral di berbagai wilayah.
Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup kental dengan layang-layang, keanekaragaman budayanya membuat layang-layang Indonesia beranekaragam
pula, sangat erat kaitannya dengan budaya daerah masing-masing, baik dalam hal bentuk, penggunaan, maupun makna yang melekat. Demikianlah layang-layang
telah menjadi benda seni dan budaya yang khas bagi masing-masing negara. Keinginan untuk melestarikan seni dan budaya inilah serta kecintaannya akan
layang-layang membuat Ibu Endang W. Puspoyo untuk mendirikan museum layang-layang di area rumahnya.
Awal Mulanya ahli kecantikan dan dekorasi ini hanya melihat layang- layang sebagai elemen dekorasi, la membeli sebuah di AS pada 1970-an dan
memajangnya di rumah. Tak disangka seorang Belanda menyukai dan membayarnya. Sejak itu hobi layang-layang pun dimulai. Hobi itu berkembang
setelah ia mendirikan sebuah event organizer yang banyak menggarap kegiatan luar ruang. Event itu adalah festival layang-layang. Ternyata efektif dan banyak
diminati. Melalui Merindo Kites Gallery yang didirikannya pada 1988, tawaran dari developer untuk menggelar festival layang-layang pun mengalir, baik
nasional maupun internasional. Festival layang-layang internasional pertama beliau diadakan di BSD pada 1993. Beliau mempelajari secara otodidak seluk
beluk layang-layang membuat dan menerbangkannya sendiri saat festival. Salah
commit to user 43
satu layang-layang kreasinya meraih kategori desain terbaik di festival layang- layang internasional Wei Fang Cina. la juga rajin berkeliling ke berbagai
sekolah lokal dan intemasional untuk mempopulerkan layang-layang. Ibu yang juga berprofesi sebagai ahli kecantikan ini telah berkeliling ke 10 propinsi di
Indonesia selama 2 tahun terakhir untuk memberikan pelatihan tentang layang –
layang dengan sertifikasi 100 jam belajar. Selain ke berbagai daerah ia juga sering dipanggil untuk mengajar ketrampilan membuat layang
–layang bagi siswa - siswi di berbagai sekolah internasional di Jakarta seperti Britis Internasional School,
Jakarta Internasional School, German, Korea, Gandhi dan masih banyak lagi. Dimyati,Edi.Panduan sang petualang47 museum jakarta,2010,p.33
2. Seluk beluk dan koleksi museum Layang-layang