Gambaran Umum Perbankan Indonesia Gambaran Umum Perbankan Syariah Indonesia

42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Secara kelembagaan, bank merupakan suatu lembaga keuangan. Berdasarkan pengertin ini, maka sistem perbankan juga dapat dikatakan sebagai bagian dari suatu sistem yang lebih luas yaitu sistem keuangan. Sistem keuangan merupakan kumpulan dari pasar, lembaga keuangan, hukum, peraturan, kebiasaan bertransaksi, dan teknik yang memungkinkan piranti keuangan yang terdiri dari uang dan surat-surat berharga diperdagangkan, suku bunga dan harga surat berharga ditentukan,jasa-jasa lembaga keuangan yang dihasilkan dan dijual. Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. 43 Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Krisis keuangan tahun 2008 sangat berdampak terhadap industri perbankan di Indonesia, hal ini bisa dilihat dari jumlah bank umum dan bank BPR yang turun, dimana pada tahun 2006 bank umum berjumlah 130 unit dan pada awal tahun 2012 menjadi 120 unit. Sedangkan bank BPR pada tahun 2006 berjumlah 1880 unit dan pada awal tahun 2012 menjadi 1663 unit.

4.2. Gambaran Umum Perbankan Syariah Indonesia

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia API, untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama- sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah 44 menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun 2008 membuktikan daya tahan lembaga keuangan syariah terhadap terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah. Setelah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65 pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan. Pertumbuhan industri perbankan syariah terus meningkat dari tahun ke tahun. Akhir November 2011, total aset perbankan syariah mencapai Rp 135,9 triliun, naik 35,55 dalam setahunan dibanding November 2010 sebesar Rp 100,26 triliun. Dilihat dari segi pembiayaan tercatat mencapai Rp 102,11 triliun, tumbuh 45,37 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 70,24 triliun, sementara dana pihak ketiga DPK naik 38,28 dari Rp 77,64 triliun menjadi Rp 107,36 triliun dan NPF non performing finance gross mengalami penurunan dari 3,12 menjadi 2,85. 45

4.3. Hasil Penelitian