Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)

(1)

SKRIPSI

KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI

INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)

OLEH

Tengku Apriansya Ramadhan 080503082

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

i PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 10 Mei 2012

Yang membuat pernyataan,

NIM: 080503082


(3)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya, serta sholawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan penulis, untuk itu penulis memohon maaf dan menerima kritik serta saran dari seluruh pihak untuk mendorong dan memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.

Penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan bantuan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk kedua orangtua penulis Tengku Ikhsan dan Zulfifah Hanum yang selalu melimpahkan kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moril dan materi, serta do’a yang tidak pernah putus kepada ALLAH SWT. Beserta ketiga saudara penulis yang penulis cintai dan sayangi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan


(4)

iii Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan meluangkan waktu untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak selaku dosen pembaca dan penilai yang telah banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman mahasiswa yang selalu memberikan masukan dan dukungan bagi penulis, khususnya dini, ambition boys, dr say, teman-teman futsal dan teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan dan keinginan penulis adalah agar penelitian ini dapat memberikan manfaat serta kontribusi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan ilmu pengetahuan bidang akuntansi.

Medan, 10 Mei 2012 Penulis,

Tengku Apriansya Ramadhan NIM : 080503082


(5)

iv ABSTRAK

KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)

Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan cara menghilangkan perhitungan bunga dan menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bank. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 menetapkan perbankan di Indonesia telah menganut dual banking system yang bertujuan agar bank-bank konvensional yang ada di Indonesia membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional di Indonesia periode 2008-2010. Indikator yang digunakan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non Performing Loan (NPL), Total Assets Turnover (TATO). Metode yang digunakan adalah dengan uji t statistik Independent sample t-test.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional. Rasio ROA, LDR, OER, dan NPL perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih buruk dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional. Sedangkan rasio DER, NIM/NOM, dan TATO perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional.

Secara keseluruhan, kinerja perbankan konvensional lebih baik dibandingkan kinerja perbankan syariah. Perbedaan ini terjadi karena market share perbankan syariah yang lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, sistem pengendalian investasi yang belum efisien, dan biaya operasional perbankan syariah yang cukup tinggi.

Kata Kunci : Perbankan Syariah, Perbankan Konvensional, Rasio Keuangan, ROA, LDR, DER, OER, NIM/NOM, NPL, TATO.


(6)

v ABSTRACT

PERFORMANCE OF ISLAMIC BANKING AND CONVENTIONAL BANKING IN INDONESIA (A COMPARATIVE STUDY)

The development of Islamic banking industry in Indonesia started in 1992 by eliminating the calculation of interest and applying Islamic principles in banking activities. Law No. 10 of 1998 set banks in Indonesia have to adopted the dual banking system that aims the conventional banks in Indonesia to open sharia business unit, or even fully convert into Islamic banks to fulfill people needs for the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with Islamic principles

The purpose of this study is to compare the performance of Islamic banking with conventional banking in Indonesia 2008-2010 period. The Indicators that used to compare the financial performance is the financial ratios Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non-Performing Loans (NPL), Total Assets Turnover (TATO). The method that used is the statistic t test Independent sample t-test.

.

The results of the study indicate a significant difference between the performance of Islamic banking and conventional banking. ROA, LDR, OER, and NPL ratios of Islamic banking showed worse quality compared with conventional banking ratios. However the ratio of DER, NIM/NOM, and TATO of Islamic banking showed better quality than the conventional banking ratios.

Overall, the performance of conventional banking is better than the performance of Islamic banking. This difference occurs because the market share of Islamic banking is very small compared to the conventional banking, investment control system is inefficient, and Islamic banking operational costs are quite high.

Keywords: Islamic Banking, Conventional Banking, Financial Ratios, ROA, LDR, DER, OER, NIM/NOM, NPL, TATO.


(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional ... 7

2.1.1. Pengertian Bank Konvensional ... 7

2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana ... 8

2.1.3. Sistem Penyaluran Dana ... 10

2.2. Bank Syariah ... 11

2.2.1. Pengertian Bank Syariah ... 11

2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah ... 12

2.2.3. Sistem Operasional Bank Syariah ... 18

2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 20

2.4. Penelitian Terdahulu ... 23

2.5.Hipotesis Penelitian ... 25

2.6.Kerangka Konseptual ... 26

2.7. Rasio Keuangan ... 27

2.7.1. Rasio Profitabilitas ... 27

2.7.2. Rasio Likuiditas ... 27

2.7.3. Rasio Leverage ... 28

2.7.4. Rasio Efisiensi ... 29

2.7.5. Rasio Operasional ... 29

2.7.6. Rasio Kualitas Aktiva Produktif ... 29


(8)

vii BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis

Penelitian ... 32

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.3. Pengumpulan Data ... 33

3.4. Pengukuran Variabel ... 33

3.5. Jenis Data ... 37

3.6. Metode Analisis Data ... 38

3.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 38

3.6.1.1. Uji Normalitas ... 38

3.6.1.2. Uji Multikolinearitas ... 39

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 39

3.6.1.4. Uji Autokorelasi ... 40

3.6.2. Pengujian Beda Dua Rata-Rata ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia ... 42

4.2. Gambaran Umum Perbankan Syariah Indonesia ... 43

4.3. Hasil Penelitian ... 45

4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 45

4.3.1.1. Uji Normalitas ... 45

4.3.1.2. Uji Heterokedastisitas ... 47

4.3.1.3. Uji Autokorelasi ... 48

4.3.1.4. Multikolinearitas ... 49

4.3.2. Pengujian Uji Beda Dua Rata-Rata ... 50

4.4. Pembahasan ... 52

4.4.1. Analisis Rasio ROA ... 52

4.4.1.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 52

4.4.1.2. Pengujian Hipotesis ... 53

4.4.2. Analisis Rasio LDR ... 53

4.4.2.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 53

4.4.2.2. Pengujian Hipotesis ... 54

4.4.3. Analisis Rasio DER ... 54

4.4.3.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 54

4.4.3.2. Pengujian Hipotesis ... 55

4.4.4. Analisis Rasio OER ... 55

4.4.4.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 55

4.4.4.2. Pengujian Hipotesis ... 56

4.4.5. Analisis Rasio NIM ... 56


(9)

viii

4.4.5.2. Pengujian Hipotesis ... 57

4.4.6. Analisis Rasio NPL ... 58

4.4.6.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 58

4.4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 58

4.4.7. Analisis Rasio TATO ... 59

4.4.7.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 59

4.4.7.2. Pengujian Hipotesis ... 59

4.4.8. Analisi Kinerja Keuangan Bank Secara Keseluruhan ... 59

4.4.8.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 59

4.4.8.2. Pengujian Hipotesis ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 64

5.2.1. Bagi Perbankan Syariah ... 65

5.2.2. Bagi Perbankan Konvensional ... 66

5.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(10)

ix DAFTAR TABEL

Nama Judul Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah ... 2

Tabel 2.1 Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil ... 17

Tabel 2.2 Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .. 21

Tabel 3.1 Nama Bank yang Akan Diteliti ... 32

Tabel 3.2 Interval, Kategori dan Skor dari Kinerja Keuangan ... 35

Tabel 3.3 Peringkat dan Skor ROA ... 36

Tabel 3.4 Peringkat dan skor LDR ... 36

Tabel 3.5 Peringkat dan skor DER ... 36

Tabel 3.6 Peringkat dan skor OER ... 36

Tabel 3.7 Peringkat dan skor NIM/NOM ... 37

Tabel 3.8 Peringkat dan skor NPL ... 37

Tabel 3.9 Peringkat dan skor TATO ... 37

Tabel 4.1 Hasil Uji Autokorelasi ... 49

Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas ... 50

Tabel 4.3 Statistik Grup ... 51


(11)

x DAFTAR GAMBAR

Nama Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 4.1 Uji Normalitas Histogram ... 46

Gambar 4.2 Uji Normalitas P-Plot ... 46


(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nama Judul Halaman

Lampiran i Interval, Kategori dan Skor dari Kinerja Keuangan ... 69

Lampiran ii Rasio Keuangan Bank ... 71

Lampiran iii Penjabaran Kinerja Keuangan ... 72

Lampiran iv Hasil Uji Asumsi Klasik ... 73


(13)

iv ABSTRAK

KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)

Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan cara menghilangkan perhitungan bunga dan menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bank. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 menetapkan perbankan di Indonesia telah menganut dual banking system yang bertujuan agar bank-bank konvensional yang ada di Indonesia membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional di Indonesia periode 2008-2010. Indikator yang digunakan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non Performing Loan (NPL), Total Assets Turnover (TATO). Metode yang digunakan adalah dengan uji t statistik Independent sample t-test.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional. Rasio ROA, LDR, OER, dan NPL perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih buruk dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional. Sedangkan rasio DER, NIM/NOM, dan TATO perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional.

Secara keseluruhan, kinerja perbankan konvensional lebih baik dibandingkan kinerja perbankan syariah. Perbedaan ini terjadi karena market share perbankan syariah yang lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, sistem pengendalian investasi yang belum efisien, dan biaya operasional perbankan syariah yang cukup tinggi.

Kata Kunci : Perbankan Syariah, Perbankan Konvensional, Rasio Keuangan, ROA, LDR, DER, OER, NIM/NOM, NPL, TATO.


(14)

v ABSTRACT

PERFORMANCE OF ISLAMIC BANKING AND CONVENTIONAL BANKING IN INDONESIA (A COMPARATIVE STUDY)

The development of Islamic banking industry in Indonesia started in 1992 by eliminating the calculation of interest and applying Islamic principles in banking activities. Law No. 10 of 1998 set banks in Indonesia have to adopted the dual banking system that aims the conventional banks in Indonesia to open sharia business unit, or even fully convert into Islamic banks to fulfill people needs for the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with Islamic principles

The purpose of this study is to compare the performance of Islamic banking with conventional banking in Indonesia 2008-2010 period. The Indicators that used to compare the financial performance is the financial ratios Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non-Performing Loans (NPL), Total Assets Turnover (TATO). The method that used is the statistic t test Independent sample t-test.

.

The results of the study indicate a significant difference between the performance of Islamic banking and conventional banking. ROA, LDR, OER, and NPL ratios of Islamic banking showed worse quality compared with conventional banking ratios. However the ratio of DER, NIM/NOM, and TATO of Islamic banking showed better quality than the conventional banking ratios.

Overall, the performance of conventional banking is better than the performance of Islamic banking. This difference occurs because the market share of Islamic banking is very small compared to the conventional banking, investment control system is inefficient, and Islamic banking operational costs are quite high.

Keywords: Islamic Banking, Conventional Banking, Financial Ratios, ROA, LDR, DER, OER, NIM/NOM, NPL, TATO.


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 menandakan dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat dikatakan cukup terlambat mengingat negara Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia sedangkan di negara-negara lain perbankan syariah sudah berkembang sejak tahun 1970-an dan 1980-an. Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan ini dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia.

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, perbankan di Indonesia secara resmi telah menganut dual banking system yang artinya bank-bank konvensional yang ada di Indonesia dianjurkan membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah. Namun, dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.10 tahun 1998 tidak berarti industri perbankan syariah berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan persaingan dengan bank konvensional yang cukup ketat dan market share bank syariah di Indonesia pada tahun 2008 relatif masih kecil, yaitu sekitar 2,14% dari total aset bank secara nasional. Akhir tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah (BUS), 27 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 131 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).


(16)

2 Sejalan dengan hal tersebut, jaringan kantor bank syariah, termasuk layanan syariah juga menunjukkan peningkatan sebesar 1014 unit menjadi 1.470 layanan syariah di tahun 2008.

Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah Kelompok Bank 2006 2007 2008 2009 2010

Bank Umum Syariah 3 3 5 6 11

Unit Usaha Syariah 20 26 27 25 23

BPRS 105 114 131 138 150

Jumlah Layanan Syariah 456 1195 1470 1929 1277 (Sumber : Bank Indonesia, 2012)

Perbedaan mendasar antara perbankan konvensional dan syariah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah (Muhammad, 2005). Kegiatan operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membedakan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan.

Bank syariah yang dipilih adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS), Bank BRI Syariah(BRIS), sedangkan bank konvensional yang dipilih adalah Bank Mandiri(BM), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia ( BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang dianggap sebagai 4 bank terbesar di Indonesia. Data yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah laporan tahunan bank periode 2008 – 2010. Data dari masing-masing bank didapatkan melalui publikasi di internet.


(17)

3 Pengukuran kinerja keuangan bank yang digunakan adalah rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA) (mewakili rasio profitabilitas), Loan to Deposit Ratio (LDR) (mewakili rasio likuiditas), Debt Equity Ratio (DER)

(mewakili rasio leverage), Operating Efficiency (OER) (mewakili rasio efisiensi), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM) (mewakili rasio

operasional), Non Performing Loan (NPL) (mewakili rasio kualitas aktiva

produksi), Total Assets Turnover (TATO) (mewakili rasio aktivitas). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)”. 1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan?

1.3. Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bank syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah 4 bank syariah yang terdapat di Indonesia dan laporan keuangannya sudah dipublikasikan sejak tahun 2008. Bank Syariah yang dipilih adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS), Bank BRI Syariah(BRIS). Bank konvensional yang


(18)

4 dipilih adalah Bank Mandiri (BM), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang dianggap sebagai 4 bank terbesar di Indonesia.

2. Data yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah laporan tahunan bank periode 2008 – 2010. Data dari masing-masing bank didapatkan melalui publikasi di internet.

3. Pengukuran kinerja keuangan bank yang gunakan dalam penelitian ini hanya mencakup rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA) (mewakili rasio profitabilitas), Loan to Deposit Ratio (LDR) (mewakili rasio likuiditas), Debt Equity Ratio (DER) (mewakili rasio leverage), Operating Efficiency (OER) (mewakili rasio efisiensi), Net

Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM) (mewakili rasio

operasional), Non Performing Loan (NPL) (mewakili rasio kualitas

aktiva produksi), Total Assets Turnover (TATO) (mewakili rasio aktivitas). Pengukuran kinerja juga tidak mencakup aspek manajemen, sumber daya manusia, jumlah outlet dan faktor eksternal yang lain. 1.4. Tujuan Penelitian

1. Menganalisa dan meneliti kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional berdasarkan masing-masing rasio keuangan.

2. Menganalisa dan meneliti kinerja perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan.


(19)

5 1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional antara lain:

1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh ilmu pengetahuan baru dan pengalaman baik mengenai perbankan syariah maupun perbankan konvensional.

2. Bagi bank konvensional, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.

3.

Bagi bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.

1.6. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah serta tujuan dan manfaat penulisan. Selanjutnya disajikan pula hipotesis yang merupakan dugaan awal dari hasil penelitian.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan secara singkat teori yang melandasi penelitian, termasuk pembahasan tentang pengertian dan perbedaan bank syariah dan bank konvensional. Pembahasan berikutnya adalah mengenai teori pengukuran kinerja bank yang ditekankan pada perhitungan rasio keuangan bank (financial ratio).


(20)

6 Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan secara detil tentang metode penelitian yang digunakan. Penjelasan dimulai dari metode pengumpulan data, dilanjutkan dengan metode analisis data.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi analisa permasalahan berdasarkan data yang telah diolah pada bab sebelumnya.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan kesimpulan itulah penulis akan memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan kinerja suatu bank.


(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional

2.1.1. Pengertian Bank Konvensional

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(22)

8 2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana

Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.

Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:

− Dana sendiri − Dana dari deposan − Dana pinjaman − Sumber dana lain

Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Simpanan/dana dari deposan yang sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarkat adalah seperti:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan.


(23)

9 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan Deposit on call.

Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah.

Dalam praktiknya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan antara lain: pengiriman uang, kliring, inkaso, safe deposit box, Bank card, Bank Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Letter of Credit (L/C), menerima setoran-setoran, serta melayani pembayaran-pembayaran.


(24)

10 2.1.3. Sistem Penyaluran Dana

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui

pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit dikucurkan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:

1. Kredit Investasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang.

2. Kredit Modal Kerja

Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun. 3. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar, memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya. 4. Kredit Produktif

Merupakan kredit yang bisa berupa investasi, modal kerja, atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.


(25)

11 Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana.

Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu bank.

2.2. Bank Syariah

2.2.1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak berorientasi pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio dan Perwataatmadja (1997; 1) membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.


(26)

12 2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak

lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001).

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan

barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box. b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad

penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak


(27)

13 penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

a. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:

1). Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.


(28)

14 Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib

dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal

mengenai tempat, cara, dan obyek investasi. b. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dua jenis al-musyarakah:

1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua

orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa:


(29)

15 a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan

pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

c. Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga

bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.


(30)

16 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.

Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al

muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si

penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. 5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.


(31)

17 d. Ar-Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. e. Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih

atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

Tabel 2.1. Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil

Bagi Hasil Bunga

a). Penentuan besarnya rasi/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi

b). Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

c). Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

d). Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

e). Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

a). Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

b). Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan

c). Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

d). Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”

e). Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam


(32)

18 2.2.3. Sistem Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.

Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan


(33)

19 untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.

Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari

bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi

bank seperti halnya pada bank konvensional. 2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)


(34)

20 Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat pada tabel berikut:


(35)

21 Tabel 2.2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvesional

a). Melakukan investasi-investasi yang halal saja

b). Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

c). Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat

d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

e). Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

a). Investasi yang halal dan haram b). Memakai perangkat bunga c). Profit oriented

d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur e). Tidak terdapat dewan sejenis

(Sumber : Antonio, 2001; 34)

1. Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.

Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.

2. Lembaga Penyelesai Sengketa

Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan


(36)

22 negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah.

Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank, hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang


(37)

23 diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan dan tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

5. Lingkungan dan Budaya Kerja

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq,

harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan

syariah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja perbankan dengan menggunakan indikator rasio keuangan, antara lain:

1. Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank antara bank domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju ekonomi yang berorientasi pasar (market-oriented economy) di Hungaria periode 1992-1993. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan yang dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas dan komitmen terhadap ekonomi domestik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi, tingkat likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil.


(38)

24 2. Samad dan Hasan (2000), melengkapi penelitian Sabi (1996) dengan

menggabungkan metode inter-temporal dan inter-bank. Metode inter

temporal digunakan untuk membandingkan kinerja Bank Islam Malaysia

Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROA dan ROE akhir periode lebih baik dibandingkan awal periode. Metode inter-bank digunakan untuk membandingkan kinerja BIMB dengan 8 bank konvensional di Malaysia selama periode 1984-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa BIMB mempunyai likuiditas relatif lebih baik dan risiko kecil dibandingkan 8 bank konvensional.

3. Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan enam bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan dalam penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan modal), LDR (rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF, hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank syariah lebih baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah bank konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen, sedang bank konvensional hanya lima persen.

4. Mustafa Edwin Nasution dan Surya Deni (2006), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan bank syariah dan bank konvensional sebelum dan sesudah deregulasi financial dan krisis


(39)

25 moneter. Indikator yang digunakan dalam penelitian itu adalah rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari kinerja keuangan bank secara keseluruhan antara bank syariah dan bank konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

1. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio profitabilitas. 2. H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio likuiditas. 3. H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio leverage. 4. H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio efisiensi. 5. H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio operasional. 6. H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio kualitas aktiva produktif.

7. H7 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio aktivitas. 8. H8 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan


(40)

26 2.6. Kerangka Konseptual

Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kinerja keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu yang umumnya diukur dengan rasio profabilitas, likuiditas, leverage, efisiensi, operasional, kualitas aktiva produktif, dan aktivitas.

Beberapa penelitian terdahulu menguji apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank syariah dan bank konvensional, sehubungan dengan adanya perbedaan ruang lingkup operasional. Perbedaan ruang lingkup opersional tersebut menghasilkan perbedaan kinerja keuangan sehingga bagi para yang berkepentingan dapat mengambil keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis membuat kerangka konseptual seperti di bawah ini.

Diperbandingkan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual BANK

Bank Syariah

Bank Konvensional

Kinerja Keuangan : − ROA − LDR − DER − OER − NIM/NOM − NPL − TATO

Kinerja Keuangan : − ROA − LDR − DER − OER − NIM/NOM − NPL − TATO


(41)

27 2.7. Rasio Keuangan

2.7.1. Rasio Profitabilitas

Menurut Harmono (2009) rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai barikut:

ROA =Laba Sebelum Pajak

Total Aktiva

2.7.2. Rasio Likuiditas

Menurut Harmono (2009) rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban


(42)

28 tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit

yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Berdasarkan SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

LDR = Total Pembiayaan

Total Dana Pihak Ketiga 2.7.3. Rasio Leverage

Menurut Harmono (2009) rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER).

DER =Total Kewajiban Total Ekuitas


(43)

29 2.7.4. Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio yang digunakan adalah Operating Efficiency (OER) atau BOPO. Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

OER = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional 2.7.5. Rasio Operasional

Rasio operasional menunjukkan bagaimana efisiensi sebuah perusahaan dalam kegiatan operasinya dan penggunaan dari aktiva. Ada beberapa cara untuk mengukur operasi. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM). Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

NIM =Pendapatan Bunga−Beban Bunga

Rata-rata Aktiva Produktif

NOM =(Pendapatan Operasional−Distribusi bagi Hasil) – Biaya Operasional Rata-rata Aktiva Produktif

2.7.6. Rasio Kualitas Aktiva Produktif

Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah


(44)

30 maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif.

Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan: 1. Prospek usaha

2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur 3. Kemampuan membayar

Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi:

a. Lancar (Pass)

b. Dalam perhatian khusus (special mention) c. Kurang lancar (sub standard)

d. Diragukan (doubtful) e. Macet (loss)

Non Performing Loan (NPL) merupakan aktiva produktif dengan

kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit (Masyhud Ali, 2004). Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPL =Total Kredit Bermasalah Total Kredit


(45)

31 2.7.7. Rasio Aktivitas

Menurut Harmono (2009) rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Singkatnya, dengan rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Total Assets Turnover (TATO).

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TATO =Total Pendapatan Total Aktiva


(46)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional

2.1.1. Pengertian Bank Konvensional

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(47)

8 2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana

Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.

Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:

− Dana sendiri − Dana dari deposan − Dana pinjaman − Sumber dana lain

Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Simpanan/dana dari deposan yang sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarkat adalah seperti:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan.


(48)

9 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan Deposit on call.

Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah.

Dalam praktiknya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan antara lain: pengiriman uang, kliring, inkaso, safe deposit box, Bank card, Bank Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Letter of Credit (L/C), menerima setoran-setoran, serta melayani pembayaran-pembayaran.


(49)

10 2.1.3. Sistem Penyaluran Dana

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui

pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit dikucurkan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:

1. Kredit Investasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang.

2. Kredit Modal Kerja

Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun. 3. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar, memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya. 4. Kredit Produktif

Merupakan kredit yang bisa berupa investasi, modal kerja, atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.


(50)

11 Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana.

Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu bank.

2.2. Bank Syariah

2.2.1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak berorientasi pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio dan Perwataatmadja (1997; 1) membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.


(51)

12 2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak

lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001).

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan

barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box. b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad

penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak


(52)

13 penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

a. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:

1). Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.


(53)

14 Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib

dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal

mengenai tempat, cara, dan obyek investasi. b. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dua jenis al-musyarakah:

1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua

orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa:


(54)

15 a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan

pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

c. Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga

bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.


(55)

16 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.

Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al

muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si

penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. 5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.


(56)

17 d. Ar-Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. e. Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih

atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

Tabel 2.1. Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil

Bagi Hasil Bunga

a). Penentuan besarnya rasi/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi

b). Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

c). Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

d). Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

e). Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

a). Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

b). Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan

c). Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

d). Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”

e). Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam


(57)

18 2.2.3. Sistem Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.

Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan


(58)

19 untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.

Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari

bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi

bank seperti halnya pada bank konvensional. 2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)


(59)

20 Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat pada tabel berikut:


(60)

21 Tabel 2.2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvesional

a). Melakukan investasi-investasi yang halal saja

b). Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

c). Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat

d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

e). Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

a). Investasi yang halal dan haram b). Memakai perangkat bunga c). Profit oriented

d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur e). Tidak terdapat dewan sejenis

(Sumber : Antonio, 2001; 34)

1. Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.

Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.

2. Lembaga Penyelesai Sengketa

Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan


(61)

22 negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah.

Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank, hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang


(62)

23 diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan dan tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

5. Lingkungan dan Budaya Kerja

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq,

harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan

syariah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja perbankan dengan menggunakan indikator rasio keuangan, antara lain:

1. Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank antara bank domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju ekonomi yang berorientasi pasar (market-oriented economy) di Hungaria periode 1992-1993. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan yang dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas dan komitmen terhadap ekonomi domestik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi, tingkat likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil.


(1)

70

OER Peringkat Skor

OER ≤ 83% 1 5

83% < OER ≤ 85% 2 4

85% < OER ≤ 87% 3 3

87% < OER ≤ 89% 4 2

OER > 89% 5 1

NIM/ NOM Peringkat Skor

NIM/NOM > 3% 1 5

2% < NIM/NOM ≤ 3% 2 4

1,5% < NIM/ NOM ≤ 2% 3 3

1% < NIM/NOM ≤ 1,5% 4 2

NIM/ NOM ≤ 1% 5 1

NPL Peringkat Skor

NPL < 2% 1 5

2% ≤ NPL < 5% 2 4

5% < NPL < 8% 3 3

8% < NPL < 12% 4 2

NPL ≥ 12% 5 1

TATO Peringkat Skor

2 kali < TATO 1 5

1,25 kali < TATO ≤ 2 kali 2 4 0,5 kali < TATO < 1,25 kali 3 3 0 kali < TATO ≤ 0,5 kali 4 2


(2)

71 Lampiran ii

Rasio Keuangan Bank

Bank Tahun ROA LDR DER OER NIM/

NOM NPL TATO KINERJA

BSM

2008 1,83 89,12 1,94 78,71 6,73 5,66 0,12 80,00 2009 2,23 83,07 2,05 73,76 6,62 4,84 0,11 85,71 2010 2,21 82,54 2,48 74,97 6,57 3,52 0,10 85,71 BMI

2008 2,60 104,41 1,46 78,94 7,42 4,33 0,18 80,00 2009 0,45 85,82 1,90 95,50 5,15 4,73 0,15 62,86 2010 1,36 91,52 1,76 87,38 5,24 4,32 0,12 71,43 BMS

2008 0,98 79,58 10,96 89,03 6,68 1,50 0,12 71,43 2009 2,22 81,39 12,74 84,42 11,38 2,08 0,17 82,86 2010 1,90 78,17 11,15 88,86 15,49 3,52 0,21 77,14 BRIS

2008 -2,52 184,37 2,35 215,58 11,20 7,00 0,27 51,43 2009 0,53 120,98 6,09 97,50 7,80 3,20 0,17 60,00 2010 0,35 95,82 6,18 98,77 7,50 3,19 0,20 62,86 BM

2008 2,69 56,89 10,75 73,65 5,48 4,69 0,05 88,57 2009 3,13 59,15 10,23 70,72 5,19 2,62 0,06 88,57 2010 3,63 65,44 9,81 65,63 5,39 2,21 0,06 88,57 BCA

2008 3,42 53,78 9,55 66,76 6,55 0,60 0,07 91,43 2009 3,40 50,27 9,14 68,68 6,40 0,73 0,07 91,43 2010 3,51 55,16 8,51 64,31 5,29 0,64 0,06 91,43 BNI

2008 1,10 68,60 12,07 90,20 6,30 4,90 0,17 71,43 2009 1,70 64,10 10,88 84,90 6,00 4,70 0,17 85,71 2010 2,50 70,20 6,50 76,00 5,80 4,30 0,18 88,57 BRI

2008 4,18 79,93 10,01 72,65 10,18 2,80 0,12 85,71 2009 3,73 80,88 10,63 77,64 9,14 3,52 0,12 85,71 2010 4,64 75,17 10,02 70,86 10,77 2,78 0,01 85,71


(3)

72 Lampiran iii

Penjabaran Kinerja Keuangan

Bank Tahun Skor ROA Skor LDR

Skor DER

Skor OER

Skor NIM/NOM

Skor NPL

Skor TATO

Total Skor BSM

2008 5,00 3,00 5,00 5,00 5,00 3,00 2,00 28,00

2009 5,00 4,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 30,00

2010 5,00 4,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 30,00

BMI

2008 5,00 2,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 28,00

2009 2,00 3,00 5,00 1,00 5,00 4,00 2,00 22,00

2010 4,00 3,00 5,00 2,00 5,00 4,00 2,00 25,00

BMS

2008 3,00 4,00 5,00 1,00 5,00 5,00 2,00 25,00

2009 5,00 4,00 5,00 4,00 5,00 4,00 2,00 29,00

2010 5,00 4,00 5,00 2,00 5,00 4,00 2,00 27,00

BRIS

2008 1,00 1,00 5,00 1,00 5,00 3,00 2,00 18,00

2009 3,00 1,00 5,00 1,00 5,00 4,00 2,00 21,00

2010 2,00 3,00 5,00 1,00 5,00 4,00 2,00 22,00

BM

2008 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 31,00

2009 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 31,00

2010 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 31,00

BCA

2008 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 2,00 32,00

2009 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 2,00 32,00

2010 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 2,00 32,00

BNI

2008 3,00 5,00 5,00 1,00 5,00 4,00 2,00 25,00

2009 5,00 5,00 5,00 4,00 5,00 4,00 2,00 30,00

2010 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 31,00

BRI

2008 5,00 4,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 30,00

2009 5,00 4,00 5,00 5,00 5,00 4,00 2,00 30,00


(4)

73 Lampiran iv

Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Autokorelasi

Uji Multikolinearitas

Coefficientsª Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 70,280 9,718 7,232 ,000

ROA 7,623 1,674 1,052 4,554 ,000 ,142 7,042

LDR -,299 ,111 -,732 -2,707 ,016 ,104 9,654

DER -,513 ,431 -,179 -1,191 ,251 ,335 2,985

OER ,221 ,103 ,581 2,146 ,048 ,104 9,659

NIM/

NOM -,368 ,597 -,085 -,617 ,546 ,403 2,484

NPL ,304 ,846 ,044 ,359 ,724 ,509 1,966

TATO 32,217 31,325 ,176 1,028 ,319 ,259 3,857

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,937a 0,879 0,826 4,70573 1,518

a. Predictors: (Constant), TATO, DER, NIM, NPL, OER, ROA, LDR b. Dependent Variable: KINERJA


(5)

74 Lampiran v

Hasil Uji Beda Dua Rata-rata Statistik Grup

BANK N Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

ROA Syariah 12 1,1783 1,40159 ,40460

Konvensional 12 3,1358 1,00227 ,28933 LDR Syariah 12 98,0658 29,80722 8,60460 Konvensional 12 64,9642 10,26547 2,96339

DER Syariah 12 5,0883 4,26206 1,23035

Konvensional 12 9,8417 1,38890 ,40094 OER Syariah 12 96,9517 38,29729 11,05548 Konvensional 12 73,5000 7,76200 2,24070 NIM/

NOM

Syariah 12 8,1483 3,03272 ,87547

Konvensional 12 6,8742 1,98426 ,57281

NPL Syariah 12 3,9908 1,50447 ,43430

Konvensional 12 2,8742 1,60867 ,46438

TATO Syariah 12 ,1600 ,05027 ,01451

Konvensional 12 ,0950 ,05551 ,01603 KINERJA Syariah 12 72,6192 11,19473 3,23164 Konvensional 12 86,9033 5,37421 1,55140


(6)

75 Hasil Uji Beda Dua Rata-rata

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2 -tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

ROA

Equal variances

assumed ,655 ,427 -3,935 22 ,001 -1,95750 ,49741 Equal variances

not assumed -3,935 19,918 ,001 -1,95750 ,49741

LDR

Equal variances

assumed 2,761 ,111 3,637 22 ,001 33,10167 9,10060 Equal variances

not assumed 3,637 13,573 ,003 33,10167 9,10060

DER

Equal variances assumed

17,48

1 ,000 -3,673 22 ,001 -4,75333 1,29403 Equal variances

not assumed -3,673 13,310 ,003 -4,75333 1,29403

OER

Equal variances

assumed 2,362 ,139 2,079 22 ,049 23,45167 11,28026 Equal variances

not assumed 2,079 11,902 ,060 23,45167 11,28026

NIM/ NOM

Equal variances

assumed 1,202 ,285 1,218 22 ,236 1,27417 1,04621 Equal variances

not assumed 1,218 18,959 ,238 1,27417 1,04621

NPL

Equal variances

assumed ,137 ,715 1,756 22 ,093 1,11667 ,63582 Equal variances

not assumed 1,756 21,902 ,093 1,11667 ,63582

TATO

Equal variances

assumed ,481 ,495 3,006 22 ,006 ,06500 ,02162

Equal variances

not assumed 3,006 21,787 ,007 ,06500 ,02162

KINERJA

Equal variances

assumed 8,777 ,007 -3,985 22 ,001 -14,28417 3,58474 Equal variances