untuk kekayaan Reksa Dana yang dipegang dan tata usaha yang dijalankan.
202
Dapat dilihat bahwa dengan bubarnya Reksa Dana tidak langsung menghapus kewajiban dan tanggung jawab Manajer Investasi terhadap Reksa
Dana terutama mengenai biaya-biaya yang masih harus dipenuhi oleh Reksa Dana tersebut.
Menurut Peraturan Bapepam Nomor IV.A.3 butir 1 huruf b: “Dalam hal Manajer Investasi menghentikan kegiatannya atas pengelolaan
suatu Reksa Dana, dan tidak ada rencana yang dibuat untuk pengalihan atas Kontrak Pengelolaan Reksa Dana atau pembuatan Kontrak Reksa
Dana baru, Reksa Dana tersebut wajib dibubarkan”
Dalam peraturan Bapepam Nomor IV.A.3 butir 23 dinyatakan: “Dalam hal Reksa Dana dibubarkan, maka biaya Konsultan Hukum,
Akuntan, dan beban lain kepada Pihak ketiga menjadi tanggung jawab dan wajib dibayar Manajer Investasi kepada pihak-pihak yang bersangkutan.”
203
D. Penyelesaian Sengketa Reksa Dana yang Merugikan Investor
1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
a. Tahap Pemeriksaan Oleh Bapepam
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi pengawasan yang bersifat represif terhadap kegiatan di pasar modal, Bapepam diberikan kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap setiap Pihak yang diduga telah, sedang, atau
202
Ibid., hal. 114.
203
Ibid., hal. 114-115.
Universitas Sumatera Utara
mencoba melakukan atau menyuruh, turut serta, membujuk, atau membantu melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal danatau peraturan
pelaksanaannya. Dengan kewenangan ini, Bapepam dapat mengumpulkan data, informasi, dan atau keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas
pelanggaran terhadap Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya Pasal 100 ayat 1 UU Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Dalam rangka pemeriksaan, Bapepam dapat meminta keterangan dan atau konfirmasi, serta memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain dari
Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang- Undang Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya ataupun Pihak lain
apabila dianggap perlu.
204
Kewenangan-kewenangan Bapepam dalam rangka pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 adalah
205
a. meminta keterangan dan atau konfirmasi dari Pihak yang diduga melakukan
atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya atau Pihak lain apabila dianggap perlu;
:
b. mewajibkan Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran
terhadap Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu;
c. memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau
dokumen lain, baik milik Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
204
Akmal Sukrizal, Op.cit., hal. 52.
205
Ibid., hal. 53.
Universitas Sumatera Utara
pelanggaran terhadap Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya maupun milik Pihak lain apabila dianggap perlu; dan atau
d. menetapkan syarat dan atau mengizinkan Pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam
rangka penyelesaian kerugian yang timbul. Untuk menjamin agar pemeriksaan tersebut dapat terlaksana dengan lancar
dan tertib dengan memperhatikan hak-hak dan kewajiban dari Pihak yang diperiksa, maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995
tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal. Berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 1995, kegiatan pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidak
adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk membuktikan ada atau tidak adanya
pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
206
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal Pasal 2 ayat 2 PP 46 Tahun 1995
207
a. adanya laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari Pihak tentang adanya
pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal; :
206
Akmal Sukrizal, Op.cit., hal. 54.
207
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal
Universitas Sumatera Utara
b. tidak dipenuhinya kewajiban yang harus dilakukan oleh Pihak-Pihak yang
memperoleh perizinan, persetujuan atau pendaftaran dari Bapepam atau Pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam; atau
c. terdapat petunjuk tentang terjadinya pelanggaran atas peraturan perundang
undangan di bidang Pasar Modal. Berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor II.F.4 tentang Pemeriksaan Reksa
Dana, Pemeriksaan oleh Bapepam dapat dilakukan sewaktu-waktu apabila dipandang perlu. Reksa Dana, Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang
berkaitan dengan Reksa Dana wajib memperlihatkan buku, catatan dan dokumen- dokumen kepada pemeriksa, serta memberikan keterangan yang diperlukan dalam
rangka pemeriksaan. Pemeriksa wajib menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan dan dokumen- dokumennya.
208
Bapepam dapat pula menetapkan syarat dan atau mengizinkan dilakukannya penyelesaian tertentu atas kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan
Bapepam dapat memerintahkan dihentikannya suatu kegiatan yang merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal dan atau
peraturan pelaksanaannya, seperti memerintahkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk menghentikan pemuatan iklan dalam media massa yang memuat informasi
yang menyesatkan. Sebaliknya, Bapepam dapat memerintahkan dilakukannya suatu kegiatan tertentu apabila dipandang perlu untuk mengurangi kerugian yang
timbul dan atau mencegah kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk memperbaiki iklan yang dimuat dalam media massa.
208
Peraturan Bapepam Nomor II.F.4 tentang Pemeriksaan Reksa Dana
Universitas Sumatera Utara
yang merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya. Penyelesaian dimaksud antara lain berupa penyelesaian secara
perdata di antara para Pihak Penjelasan Pasal 100 ayat 1 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Data, informasi, bahan, dan atau keterangan lain yang dikumpulkan dalam rangka pemeriksaan tersebut dapat digunakan oleh Bapepam untuk menetapkan
sanksi administratif. Apabila Bapepam menetapkan untuk meneruskan pemeriksaan yang dilakukan ke tahap penyidikan, data, informasi, bahan, dan atau
keterangan lain tersebut dapat digunakan sebagai bukti awal dalam tahap penyidikan
209
Berdasarkan Pasal 102 Undang-Undang Pasar Modal, Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-Undang Pasar Modal
dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam. Sanksi
administratif dimaksud dapat berupa .
210
a. peringatan tertulis;
:
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan;dan
209
Akmal Sukrizal, Op.cit., hal. 55.
210
Ibid., hal. 55-56.
Universitas Sumatera Utara
g. pembatalan pendaftaran.
b. Tahap Penyidikan Oleh Bapepam
Penjelasan Pasal 101 ayat 2 Undang-Undang Pasar Modal
mendefinisikan Penyidikan di bidang Pasar Modal adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang diperlukan sehingga
dapat membuat terang tentang tindak pidana di bidang pasar modal yang terjadi, menemukan tersangka, serta mengetahui besarnya kerugian yang ditimbulkannya.
Penyidik di bidang pasar modal adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Bapepam yang diangkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
211
Dalam kerangka perlindungan investor, Bapepam diberi kewenangan oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995. Pasal 101 UUPM mengatur bahwa dalam hal Bapepam berpendapat pelanggaran terhadap Undang-Undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya mengakibatkan kerugian bagi kepentingan pasar modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat, Bapepam
menetapkan dimulainya tindakan penyidikan.
212
Apabila kerugian yang ditimbulkan membahayakan sistem pasar modal atau kepentingan pemodal dan atau masyarakat, atau apabila tidak tercapai
penyelesaian atas kerugian yang telah timbul, Bapepam dapat memulai tindakan
211
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
212
Ibid., hal. 57.
Universitas Sumatera Utara
penyidikan dalam rangka penuntutan tindak pidana Pasal 101 ayat 1 UU Nomor 8 Tahun 1995.
Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 UUPM tidak harus didahului oleh tindakan pemeriksaan. Artinya, apabila Bapepam
berpendapat bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dan
mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan pasar modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal dan masyarakat, maka tindakan penyidikan
dapat mulai dilakukan Penjelasan Pasal 100 ayat 1 UU Nomor 8 Tahun 1995. Bapepam diberikan wewenang untuk mempertimbangkan konsekuensi dari
pelanggaran yang terjadi dan wewenang untuk meneruskannya ke tahap penyidikan berdasarkan pertimbangan dimaksud. Tidak semua pelanggaran
terhadap Undang-Undang Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya di bidang pasar modal harus dilanjutkan ke tahap penyidikan, karena hal tersebut
justru dapat menghambat kegiatan penawaran dan atau perdagangan Efek secara keseluruhan.
Pada Pasal 101 ayat 1 UU Nomor 8 Tahun 1995 disebutkan, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Bapepam diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
213
213
Akmal Sukrizal, Op.cit, hal. 57.
Tindakan untuk memulai penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam. PPNS
Universitas Sumatera Utara
di lingkungan pasar modal adalah Pegawai Negeri Sipil Tertentu dari Bapepam yang diangkat oleh Menteri Kehakiman.
214
Dalam melakukan penyidikan ini, kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh Bapepam, antara lain
215
a. menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana di bidang pasar modal; :
b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal; c.
melakukan penelitian terhadap Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
d. memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap
Pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
e. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal; f.
melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Pasar Modal;
g. memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari Pihak yang
diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
214
Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, Bandung: PT. Alumni, 2008, hal. 163.
215
Ibid., hal 163-164.
Universitas Sumatera Utara
h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang Pasar Modal; dan i.
menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bapepam harus memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan, Bapepam dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain.
Ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 diatur dalam Bab XV mulai dari Pasal 103 sampai dengan Pasal 110. Ketentuan pidana
yang menyangkut Reksa Dana terutama diatur dalam Pasal 103 sampai dengan Pasal 105.
Namun demikian Pasal 106 sampai dengan Pasal 109 juga dapat dikenakan apabila perbuatan pidananya memenuhi unsur-unsur sebagaimana diatur dalam
Pasal-Pasal tersebut.
216
Ketentuan pidana mengenai Reksa Dana yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, antara lain
217
1 Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin,
persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50, dan Pasal 64
: Pasal 103:
216
Akmal Sukrizal, Op.cit., hal 59.
217
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Universitas Sumatera Utara
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima miliar rupiah.
2 Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memperoleh izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar
rupiah. Pasal 104:
Setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat 1, dan
Pasal 98 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah.
Pasal 105: Manajer Investasi dan atau Pihak terafiliasinya yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar
rupiah. Pasal 106:
1 Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 lima belas
miliar rupiah.
Universitas Sumatera Utara
2 Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima miliar rupiah.
Pasal 109 Setiap Pihak yang tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.
c. Tahap Penuntutan dan Persidangan di Pengadilan Pasal 1 angka 7 KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
menyatakan bahwa penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini, dengan permintaan supaya diperiksa dan diputuskan oleh hakim di sidang pengadilan.
Pasal 1 angka 9 KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, menyatakan bahwa mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk
menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Undang-Undang ini
218
Dalam hukum acara pidana hukum pidana formil sebagaimana tercantum dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, telah diletakkan
.
218
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Universitas Sumatera Utara
kerangka landasan untuk melaksanakan peradilan pidana terpadu melalui pengaturan mekanisme hubungan fungsional antara penyidik dengan penuntut
umum, penyidik dengan pengadilan, penuntut umum dengan pengadilan dan hubungan antara pengadilankejaksaan dengan lembaga pemasyarakatan.
219
Cara represif yang diuraikan di atas perlu diimbangi dengan cara preventif, yaitu dengan mengembangkan suatu mekanisme agar perdagangan efek dapat
berjalan dengan wajar, teratur dan efisien. Pelaksanaan transaksi yang demikian dapat diwujudkan apabila para pelaku pasar memiliki dedikasi yang tinggi dan
selalu mematuhi peraturan dan kode etik yang berlaku.
220
2. Peyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Perkembangan Pasar Modal Indonesia bergerak dinamis, cepat, dan memiliki mekanisme serta karakter khusus yang seringkali hanya dipahami
dengan baik oleh para pelaku pasar maupun pihak-pihak yang terkait erat dengan kegiatan pasar modal itu sendiri. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka
dimungkinkan terjadinya sengketa diantara para pelaku pasar modal. Hal ini dapat diamati dari pengaduan yang masuk ke Bapepam baik yang
menyangkut sengketa antara investor dengan Perusahaan Efek maupun antara Perusahaan Efek dengan Perusahaan Efek lainnya.
221
219
Supriyanta, KUHAP dan Sistem Peradilan Pidana Terpadu, diambil dari http:priyant- supriyanta.blogspot.com, diakses pada tanggal 30 November 2010.
220
Jusuf Anwar, Op.cit., hal. 163-164.
221
Diambil dari website resmi Bapepam: www.bapepam.go.id, diakses pada tanggal 23 November 2010.
Undang-Undang mengamanatkan agar peradilan di Indonesia dilakukan dengan sederhana, cepat
Universitas Sumatera Utara
dan biaya ringan. Namun amanat itu semakin jauh panggang dari api, kenyataannya berperkara di pengadilan bisa memakan waktu yang sangat lama
karena prosesnya sangat panjang banding, kasasi, PK dan menumpuknya perkara di tingkat banding dan kasasi. Akibatnya biaya berperkara menjadi sangat
tinggi. Proses penyelesaian yang berlarut-larut dan mahal menimbulkan risiko
bagi masyarakat karena ada inefisiensi waktu dan biaya serta ada sebagian usahakegiatan menjadi terhalang untuk dikerjakan hingga kasusnya selesai. Di
samping itu, proses beracara di pengadilan terasa sangat kompleks dan kaku. Keadaan tersebut mengakibatkan keterbatasan pengadilan memberikan layanan
keadilan kepada masyarakat. Akses masyarakat kepada keadilan menjadi semakin jauh, tidak hanya dirasakan oleh masyarakat kecil tapi juga bagi hampir semua
lapisan masyarakat. Dalam keadaan seperti itu masyarakat mencari alternatif selain pengadilan untuk menyelesaikan masalahnya.
222
Oleh karena itu perlu disediakan alternatif penyelesaian sengketa yang sesuai dengan kebutuhan pelaku pasar yang cepat, efektif, dan efisien.
Penyelesaian sengketa di luar peradilan telah mempunyai landasan hukum yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Lembaga arbitrase sebagaimana diatur dalam Undang- Undang tersebut merupakan alternatif yang diperkirakan tepat untuk
menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi diantara para pelaku bisnis pasar modal mengingat mekanisme penyelesaian melalui arbitrase mempunyai sifat yang
222
Diambil dari website resmi Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia BAPMI, http:bapmi.org, diakses pada tanggal 23 Novomber 2010.
Universitas Sumatera Utara
cepat, efektif, dan efisien serta dilakukan oleh pihak-pihak yang memahami kegiatan di bidang pasar modal.
223
Alternatif Penyelesaian Sengketa ”APS” atau Alternative Dispute Resolution ”ADR” adalah suatu cara penyelesaian sengketa di samping cara
yang pada umumnya ditempuh oleh masyarakat pengadilan. APS disebut juga alternatif penyelesaian di luar pengadilan out-of-court dispute settlement,
meskipun dewasa ini penerapan salah satu mekanisme APS, yakni Mediasi, telah pula diterapkan sebagai bagian dari proses persidangan perdata .
224
Badan ini telah dirintis oleh SRO, Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia APEI, HKHPM serta Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia MISSI. Pada
tanggal 9 Agustus 2002 telah dilakukan penandatanganan Akta Kesepakatan Pendirian BAPMI sehingga pasar modal secara resmi telah memiliki badan
arbitrase. Diharapkan lembaga ini dapat menjadi salah satu mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif, efisien, dan menguntungkan para pihak
sehingga nantinya dapat menjadi pilihan penyelesaian sengketa oleh segenap Menyadari kenyataan tersebut, Bapepam dan Self Regulatory Organization
SRO beserta Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal mengambil prakarsa untuk merealisasikan gagasan pendirian lembaga arbitrase yang khusus untuk
menangani penyelesaian sengketa di bidang pasar modal yang dinamakan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia BAPMI.
223
Diambil dari website resmi Bapepam, www.bapepam.go.id, diakses pada tanggal 23 November 2010.
224
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia BAPMI, http:bapmi.org, Op.cit.
Universitas Sumatera Utara
pelaku pasar modal dan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan industri pasar modal Indonesia di masa mendatang.
225
UUAAPS, sebagaimana halnya negara lain dan lembaga-lembaga APS, mempunyai kesamaan prinsip-prinsip umum. Hal ini tidaklah mengherankan
mengingat Arbitrase memang pada mulanya ditujukan bagi pelaku bisnis yang tidak mengenal batas-batas negara, yang menjalankan bisnis sesuai dengan
kelaziman praktek yang diterima secara umum di dalam transaksi internasional. Hampir tidak ditemukan perbedaan yang prinsipil antara UUAAPS dengan New
York Convention atau UNCITRAL Model Law atau ICC Rules on Arbitration, begitu pula dengan Peraturan Acara BAPMI, BANI, dan banyak lembaga
Arbitrase lainnya.
226
Prinsip-prinsip umum Arbitrase antara lain sebagai berikut
227
a. syarat utama Arbitrase adalah adanya kesepakatan para pihak bahwa sengketa
akan diselesaikan melalui Arbitrase Perjanjian Arbitrase, tanpa perjanjian tersebut maka Arbitrase tidak berwenang menangani persengketaan dimaksud;
:
b. pengadilan tidak berwenang menangani persengketaan yang telah terikat
dengan Perjanjian Arbitrase; c.
para pihak yang telah terikat oleh Perjanjian Arbitrase tidak mempunyai hak lagi untuk mengajukan perkara ke pengadilan;
d. Arbiter berwenang memutuskan perkara, bahkan dalam hal ketidakhadiran
salah satu pihak;
225
Bapepam, www.bapepam.go.id, Op.cit.
226
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia BAPMI, http:bapmi.org, Op.cit.
227
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
e. putusan Arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta
mengikat; f.
intervensi seminim mungkin dari pengadilan terhadap pertimbangan Arbiter, namun ada dukungan dari pengadilan untuk pelaksanaan putusan Arbitrase;
g. Arbiter dipilih oleh para pihak;
h. para pihak mempunyai kesempatan yang sama untuk didengar pendirian dan
penjelasannya; i.
pemeriksaan Arbitrase berlangsung dalam kerangka waktu yang ditetapkan di awal;
j. para pihak bebas memilih tempat, acara dan bahasa yang dipergunakan dalam
Arbitrase; k.
putusan Arbitrase dapat dimohonkan pembatalan dengan alasan tertentu yang ditetapkan dalam Undang-Undang.
BAPMI menyediakan 3 mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan, yakni Mediasi, Arbitrase dan Pendapat Mengikat. Di dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga APS, BAPMI menjamin profesionalitas, netralitas dan independensinya.
228
BAPMI menangani sengketa hanya apabila diminta oleh pihak-pihak yang bersengketa. Namun tidak semua persengketaan dapat diselesaikan melalui
BAPMI, syaratnya adalah
229
a. hanya mengenai persengketaan perdata para pihak sehubungan dengan
kegiatan di bidang Pasar Modal, bukan merupakan perkara pidana dan :
228
Ibid.
229
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
administrasi, seperti manipulasi pasar, insider trading, dan pembekuanpencabutan izin usaha;
b. terdapat kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa bahwa
persengketaan akan diselesaikan melalui BAPMI; c.
terdapat permohonan tertulis dari pihak-pihak yang bersengketa kepada BAPMI;
d. membayar biaya yang terdiri dari biaya pendaftaran, biaya pemeriksaan dan
komisi fee.
Terhadap arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan melakukan
tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam mengambil keputusan. Tuntutan ingkat terhadap seorang arbiter dapat pula dilaksanakan apabila terbukti
adanya hubungan kekeluargaan, keuangan atau pekerjaan dengan salah satu pihak atau kuasanya Pasal 22 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
230
230
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN