Perlindungan Hukum Terhadap Investor Pada Kepailitan dan Pembubaran Reksa Dana

C. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Pada Kepailitan dan Pembubaran Reksa Dana

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 191 Pengertian pailit dihubungkan dengan “ketidakmampuan untuk membayar” dari debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan untuk membayar tersebut diwujudkan dalam bentuk tidak dibayarnya utang meskipun telah ditagih dan harus disertai dengan proses pengajuan ke pengadilan, baik atas permintaan debitor itu sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya. Selanjutnya pengadilan akan memeriksa dan memutuskan tentang ketidakmampuan seorang debitor. Keputusan tentang pailitnya debitor haruslah berdasarkan keputusan pengadilan, dalam hal ini adalah Pengadilan Niaga yang diberikan kewenangan untuk menolak atau menerima permohonan tentang ketidakmampuan debitor. Keputusan pengadilan ini diperlukan untuk memenuhi asas publisitas, sehingga perihal ketidakmampuan seorang debitor itu akan dapat diketahui oleh umum. Seorang debitor tidak dapat dinyatakan pailit sebelum ada putusan pailit dari pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. 192 191 Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 192 Sunarmi, Hukum Kepailitan, Medan: USU Press, 2009, hal. 21. Universitas Sumatera Utara Dalam UU No. 37 Tahun 2004, ditentukan pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit, yaitu 193 a. Debitor sendiri; : b. Seorang atau beberapa kreditor Pasal 2 ayat 1; c. Kejaksaan demi kepentingan umum Pasal 2 ayat 2; d. Bank Indonesia dalam hal menyangkut debitor yang merupakan bank Pasal 2 ayat 3; e. Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal menyangkut debitor yang merupakan Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Pasal 2 ayat 4; f. Menteri Keuangan dalam hal debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik Pasal 2 ayat 5. Berkaitan dengan debitor yang merupakan perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam. Ketentuan Pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 menunjukkan bahwa hak untuk mengajukan pailit oleh emiten selaku debitor maupun oleh para investornya selaku kreditor dari emiten yang bersangkutan diambil alih oleh Bapepam. Berdasarkan semangat dan asas Undang-Undang Pasar Modal, tugas Bapepam adalah memberikan perlindungan bagi investor publik, bukan merampas dan mengambil alih hak-hak dari para investor publik yang harus dilindunginya. 193 Ibid., hal. 34. Universitas Sumatera Utara Penjelasan atas Pasal 2 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004 menyebutkan alasannya, yaitu bahwa permohonan pailit sebagaimana dimaksud dalam ayat ini hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal, karena lembaga tersebut melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dana masyarakat yang diinvestasikan dalam efek di bawah pengawasan Badan Pengawas Pasar Modal. 194 Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit adalah 195 g. Orang-perorangan : h. Perserikatan-perserikatan atau perkumpulan-perkumpulan yang bukan badan hukum, seperti maatschap, firma, dan perkumpulan komanditer. i. Perseroan-perseroan atau perkumpulan-perkumpulan yang berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas PT, Koperasi, dan Yayasan. j. Harta Peninggalan. UU No. 37 Tahun 2004 melalui Bab I Ketentuan Umum pada Pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi. Melalui ketentuan ini jelas bahwa setiap orang, baik orang perseorangan maupun korporasi, termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi dapat mengajukan permohonan pailit dan dapat diajukan pailit. 196 Perseroan Terbatas merupakan badan hukum, sehingga Reksa Dana berbentuk Perseroan Terbatas PT dapat dipailitkan. Pasal 2 ayat 1 Undang- 194 Ibid., hal. 50. 195 Ibid., hal. 56. 196 Ibid., hal. 57. Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang UU Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa 197 Dalam konteks duty of loyalty and good of faith, Direksi tidak semata-mata hanya melaksanakan tugas untuk dan bagi kepentingan Perseroan semata-mata, melainkan juga para stakeholders Perseroan, yang di dalamnya juga meliput i kepentingan dari para pemegang saham Perseroan, kreditor Perseroan dalam arti yang luas, yang meliputi juga para pemasok, dan rekanan kerja. Direksi bertugas menjalankan Perseroan dengan tidak mengabaikan berbagai macam kepentingan dari berbagai macam pihak yang berada dalam lingkungan Perseroan, yang berhubungan hukum dengan Perseroan. : “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.” 198 Pasal 104 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi, dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kewajiban tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Penjelasan pasal 104 tersebut menyatakan bahwa untuk membuktikan kesalahan atau kelalaian Direksi, gugatan diajukan ke 197 Gunawan Widjaja dan Almira Prajna Ramaniya, Op.cit, hal. 111-112. 198 Gunawan Widjaja, Op.cit., hal. 144. Universitas Sumatera Utara Pengadilan Niaga, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 199 Ini berarti sebagai akibat dari kegagalan Direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai organ kepercayaan Perseroan. Apabila kekayaan Perseroan tidak cukup dalam memenuhi kewajiban Perseroan, maka harta kekayaan anggota Direksi tersebut dipergunakan juga untuk melunasi kewajiban Perseroan. Ketentuan ini membawa konsekuensi hukum bahwa Perseroan sendiri tidak dibebaskan dari kewajibannya terhadap perikatan yang dibuat oleh Direksi, dalam kapasitasnya sebagai organ Perseroan yang berhak dan berwenang untuk mewakili Perseroan. 200 Kepailitan mengakibatkan debitor, dalam hal ini Reksa Dana Perseroan yang dinyatakan pailit kehilangan segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit. Manajer Investasi tidak lagi mempunyai hak dan wewenang untuk mengelola harta kekayaan Reksa Dana Perseroan tersebut, yang selanjutnya diurus oleh kurator. Pasal 27 PP Nomor 45 Tahun 1995 menyatakan bahwa, Reksa Dana berbentuk Perseroan wajib dibubarkan dalam hal izin usaha Reksa Dana tersebut dicabut oleh Bapepam. 201 199 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 200 Gunawan Widjaja, Op.cit., 145. 201 Gunawan Widjaja dan Almira Prajna Ramaniya, Op.cit., hal. 112. Selama pertanggungjawaban belum diterima baik oleh Reksa Dana dan selama Manajer Investasi belum diberi pembebasan dari tanggung jawab oleh Reksa Dana, maka Manajer Investasi tetap bertanggung jawab secara hukum Universitas Sumatera Utara untuk kekayaan Reksa Dana yang dipegang dan tata usaha yang dijalankan. 202 Dapat dilihat bahwa dengan bubarnya Reksa Dana tidak langsung menghapus kewajiban dan tanggung jawab Manajer Investasi terhadap Reksa Dana terutama mengenai biaya-biaya yang masih harus dipenuhi oleh Reksa Dana tersebut. Menurut Peraturan Bapepam Nomor IV.A.3 butir 1 huruf b: “Dalam hal Manajer Investasi menghentikan kegiatannya atas pengelolaan suatu Reksa Dana, dan tidak ada rencana yang dibuat untuk pengalihan atas Kontrak Pengelolaan Reksa Dana atau pembuatan Kontrak Reksa Dana baru, Reksa Dana tersebut wajib dibubarkan” Dalam peraturan Bapepam Nomor IV.A.3 butir 23 dinyatakan: “Dalam hal Reksa Dana dibubarkan, maka biaya Konsultan Hukum, Akuntan, dan beban lain kepada Pihak ketiga menjadi tanggung jawab dan wajib dibayar Manajer Investasi kepada pihak-pihak yang bersangkutan.” 203

D. Penyelesaian Sengketa Reksa Dana yang Merugikan Investor