Suatu alat bukti yang berupa surat yang dalam hal ini harus dibuat oleh pejabat umum yang berwenang dalam bentuk surat resmi. Hal ini dapat
kita lihat pada ketentuan Pasal 187 KUHAP, mengatakan :
a. berita acara surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan
bagi pembuktian sesuatu hal atau suatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi
dari alat pembuktian yang lain. Secara formal, alat bukti surat sebagaimana disebut pada Pasal 187 adalah
alat bukti yang sempurna, sebab dibuat secara resmi menurut formalitas yang ditentukan peraturan perundang-undangan, sedangkan surat yang
disebut huruf d bukan merupakan alat bukti yang sempurna.
d. Petunjuk
Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan
tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
24
M. Yahya Harahap memberikan pengertian dengan menambah beberapa kata, petunjuk ialah suatu “isyarat” yang dapat “ditarik dari suatu
perbuatan, kejadian atau keadaan” dimana isyarat tadi mempunyai
24
Pasal 188 ayat 1 KUHAP. Catatan : kata kita sebaiknya digunakan pada kata pengantar saja
Universitas Sumatera Utara
persesuaian antara yang satu dengan yang lain maupun isyarat tadi mempunyai persesuaian dengan tindak pidana itu sendiri, dan dari
isyarat yang bersesuaian tersebut “melahirkan” atau “mewujudkan” suatu petunjuk yang “membentuk kenyataan” terjadinya suatu tindak
pidana dan terdakwalah pelakunya.
25
Dari ketentuan Pasal 188 ayat 2 tersebut, terlihat bahwa alat bukti petunjuk bentuknya sebagai alat bukti yang asesor tergantung pada alat
bukti lain. Kalau alat bukti yang menjadi sumbernya tidak ada dalam persidangan pengadilan, dengan sendirinya tidak ada alat bukti petunjuk.
Berbeda dengan alat bukti saksi misalnya bisa hadir tanpa hadirnya alat bukti petunjuk. Dengan demikian, alat bukti petunjuk selamanya
tergantung dari alat bukti yang lain. Alat bukti petunjuk baru diperlukan dalam pembuktian apabila alat bukti lain belum dianggap cukup
membuktikan kesalahan terdakwa. Menurut ketentuan Pasal 188 ayat 2, petunjuk dapat diperoleh dari :
keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa.
26
e. Keterangan Terdakwa
KUHAP jelas dan sengaja mencantumkan keterangan terdakwa sebagai alat bukti dalam
Pasal 184 butir c, berbeda dengan peraturan lama,
yaitu HIR yang menyebut “pengakuan terdakwa” sebagai alat bukti menurut Pasal 295. Disayangkan bahwa KUHAP tidak menjelaskan apa
25
M. Yahya Harahap., Op.Cit, hal. 893.
26
M. Taufik Makarao., Op.Cit, hal. 130. Catan: Perhatikan penulisan awal paragraf dan cek kembali Pasal 184 huruf c yg sdr
maksud.
Universitas Sumatera Utara
perbedaan antara keterangan terdakwa sebagai alat bukti dan pengakuan terdakwa sebagai alat bukti.
27
1. keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang
tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri;
Mengenai keterangan terdakwa ini diatur dalam Pasal 189 KUHAP, yakni sebagai berikut :
2. keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat digunakan
untuk menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang
didakwakan kepadanya;
3. keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri;
4. keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa
ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.
Jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan kepadanya, hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab dan setelah itu pemeriksaan dilanjutkan.
28
1. jika terdakwa dipanggil secara tidak sah, hakim ketua sidang menunda
persidangan dan memerintahkan supaya terdakwa dipanggil lagi untuk hadir pada sidang berikutnya ayat 3
Apabila di saat dibutuhkan keterangan terdakwa sebagai alat bukti dan ternyata terdakwa tidak hadir dalam persidangan, maka hakim dapat
menggunakan ketentuan dalam Pasal 154 KUHAP, yakni sebagai berikut :
2. jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah tetapi tidak datang di
sidang tanpa alasan yang sah, pemeriksaan perkara tersebut tidak dapat dilangsungkan dan hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa
dipanggil sekali lagi ayat 4
3. hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa yang tidak hadir
tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara sah untuk kedua
27
Andi Hamzah., Op.Cit, hal. 286.
28
Pasal 175 KUHAP.
Universitas Sumatera Utara
kalinya, dihadirkan dengan paksa pada sidang pertama berikutnya ayat 6.
Ketidakhadiran, ketidakbenaran untuk memberikan keterangan sebagai
alat bukti ini, pada umumnya manusia merasa takut dalam menerima pidana, Sehingga ia menghindari dari tujuan keterangan yang
dimaksudkan oleh para aparat penegak hukum khususnya para hakim yang bersangkutan yang memimpin sidang. Juga ketidakbenaran
keterangan yang diharapkan, walaupun dalam hati terdakwa tersebut tertanam rasa ingin mengungkapkan keterangan yang sebenarnya,
namun karena ia merasa takut untuk menerima pidana atas perbuatan yang dilakukan, maka dari rasa ketakutan tersebut menimbulkan
dorongan kuat untuk memberikan keterangan yang tidak sesungguhnya, dimana dalam hal ini memang dapat diterima oleh nalar. Maka di sini
benar-benar dituntut adanya psikologi yang benar-benar berperan dalam kasus-kasus semacam ini.
29
3. Pengertian Penyadapan Wiretapping