Hambatan yang Ditemui Partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo)

a.1. Kekurangtahuan masyarakat tentang desa wisata Wirun. a.2. Wisatawan yang datang hanya melakukan kunjungan tanpa melakukan tindakan ekonomi yang berarti. Jadi ketika wisatawan hanya melakukan kunjungan, hal tersebut tidak dapat memberikan sumbangsih bangi pengembangan desa wisata Wirun. Karena tujuan dari pencanangan desa wisata Wirun adalah untuk menambah pendapatan baik untuk kabupaten maupun desa.

H. Hambatan yang Ditemui

Pengembangan desa wisata yang banyak memberikan sumbangan kepada masyarakat ternyata terdapat kendala yang bisa menghambat laju pengembangan desa wisata. Baik di sadari maupun tidak oleh masyarakat, desa wisata sangatlah berperan dalam perkembangan desa untuk lebih di kenal dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Adapun beberapa hambatan kendala yang dihadapi dalam pengembangan desa wisata ini adalah sebagai berikut : 1 Sosialisasi Sosialisasi adalah bentuk proses pewarisan nilai-nilai. Pengenalan nilai-nilai yang bersangkutan dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia sangatlah penting dalam pengembangan desa wisata. Sosialisasi yang paling penting atau paling mendasar dalam pengembangan desa wisata adalah di tingkat masyarakat lokal. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat lokal akan berakibat pada kurang berpartisipasinya masyarakat dalam kegiatan pengembangan desa wisata ini. Di samping itu sosialisasi tentang eksistensi desa wisata kepada masyarakat interlokal, sosialisasi ini berkaitan dengan pengenalan desa wisata ke wilayah yang lebih luas sehingga akan mampu untuk memikat wisatawan yang ingin berkunjung ke desa wisata. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam sosialisasi ini adalah perbaikan terhadap sumber daya yang ada baik sumber daya alam dan sumber daya manusia. Di samping itu, peran pemerintah juga sangat diperlukan dalam kegiatan pengembangan desa wisata ini. Kesulitan dalam mengumpulkan semua warga masyarakat Wirun untuk diadakan sosialisasi secara langsung dapat dikatakan sebagai seseuatu yang menghambat proses pengembangan desa wisata Wirun. Namun hal tersebut diharapkan dapat dimininimalisir dengan sosialisasi antar warga, dengan kata lain warga yang sudah tahu memberitahukan tentang pencanangan Desa Wirun sebagai desa wisata kepada masyarakat yang belum mengetahuinya. 2 Minimnya dana guna mengembangkan pariwisata di Wirun Dana bukan merupakan hal yang utama, tapi dana juga tidak bisa dianggap enteng. Dana juga memegang peranan yang penting dalam pengembangan desa wisata. Dana dijadikan sebagai sumber perbaikan dan peningkatan fasititas yang disediakan oleh pihak pengelola pariwisata kepada wisatawan yang berkunjung di suatu obyek atau desa wisata. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Bapak Suramto, beliau berpendapat bahwa hambatan terbesar dari macetnya pengembangan desa wisata adalah masalah dana. berikut ini kutipan wawancara peneliti dengan beliau: ” Salah satu hambatan yang dihadapi desa Wirun dalam mengembangkan kepariwisataan adalah kurangnya investor. Dana dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan kami sebagai pengelola. jadi akan lebih banyak wisa tawan yang berkunjung di desa kami. Nmaun sampai sekarang belum ada pihak luar yang mau memberikan dananya untuk pembanguna Desa Wirun ini. Padahal hal itu sangat menjanjikan karena daerah kami masih asli belum banyak tersentuh oleh pihak asing.” 60 Dana masih menjadi penghambat bagi pengembangan desa wisata. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Hartono selaku pengusaha home industri kain jabrutan sebagai berikut: ” Dana masih menjadi momok bagi wiraswasta seperti saya. Walau omset saya tidak begitu besar, namun pastinya memerlukan dana juga untuk tetap berusaha mencari uang. Dan karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, usaha saya juga terkena dampaknya. Sekarang kain jabrutan saya hanya beroprasi ketika ada pesanan dan itupun kalau harganya cocok. Karena sekarang ini semuanya mahal, jadi secara langsung saya juga harus menaikkan harga agar tidak merugi.” 61 3 Tidak aktifnya Pokdarwis Pokdarwis adalah organisasi kepariwisataan yang terdapat di Desa Wirun. Namun beberapa tahun setelah pembentukan, organisasi ini sudah mengalami penurunan aktifitas dan hal itu juga berimbans kepada masyarakat. Pokdarwis yang biasanya menggerakkan warga untuk mengembangkan desa wisata dengan cara pelaksanaan kegiatan seperti lomba dayung dengan melakukan kerja sama dengan Karang taruna, kini tidak lagi seaktif dulu. Sehingga masyarakt juga menjadi tidak lagi bersemangat seperti dulu. 4 Kurang bersemangatnya masyarakat dalam menyukseskan program desa wisata di Desa Wirun 60 Hasil Wawancara 14 April 2008 61 Hasil Wawancara 19 April 2008 Pihak yang paling dekat di desa wisata adalah masyarakat sekitar yang mendiami lokasi tersebut, dalam permasalahan ini adalah warga Wirun sendiri. Masyarakat Wirun adalah penentu apakah daerah mereka akan sukses dalam program pengembangan desa wisata atau tidak karena mereka adalah pengelola-pengelola langsung atau pihak pertama. di tangan mereka masa depan desa wisata berada, ketika mereka acuh maka tidak akan pernah terjadi peningkatan. yang akan terjadi justru adalah kemerosotan yakni kemunduran perkembangan desa wisata. Namun hal inilah yang terjadi di lapangan, dalam hal ini adalah Desa Wirun. Masyarakat tidak begitu semangat dalam menata daerah mereka dan hasilnya stagnan atau tidak ada peningkatan, justru dapat dikatakan menurun. hali ini sesuai penturan dari Bapak Agus: ” Belakangan ini masyarakat terlihat lesu dalam mengembangkan desa wisata. Namun sampai sekarang kami belum mengetahui sebab mengapa mereka begitu. Sama halnya dengan masyarakat, Pokdarwis pun juga menjadi kurang bersemangat bila dibandingkan dengan beberapa waktu yang lalu. Mungkin kurang kontrol dari pihak kelurahan. Kelurahan memiliki wewenang untuk memberikan arahan kepad Pokdarwis, karena yang mengangkat adalah kelurahan dengan persetujuan masyarakat Wirun. namun wewenang tetap berada di tangan kelurahan, yaitu Bapak Lurah. Pada zaman masanya Bapak Samsiyo pariwisata di Wirun sangat maju, banyak yang datang berkunjung ke Desa Wirun, masyarakat juga menjadi bersemangat dan terjalin kerjasama yang solid diantara dua elemen masyarakat itu.” 62 5 Lesunya perekonomian Indonesia dan Tragedi Bom Bali Perekonomian Indonesia yang mengalami pasang surut mulai tahun 1998 dulu masih berdampak kepada pariwisata di Wirun sampai saat ini. Karena terjadi perubahan sistem ekonomi dan keadaan ekonomi yang sempat memburuk, BBM yang mengalami kenaikan, tak dapat terelakkan lagi para pengrajin juga terkena imbasnya. Banyak yang mengalami gulung tikar dan itu menyebabkan perbedaan situasi. Berikut ini jawaban 62 Hasil Wawancara 20 April 2008 Bapak Wiyono ketika peneliti menanyakan permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam upaya pengembangan desa wisata: ” Mulai pada tahun 1998 pas terjadi krisis moneter, perekonomian masyarakat Wirun mengalami perubahan. Dahulu banya k sekali industri pembuatan gamelan, namun sekarang ini hanya menyisihkan beberapa pengrajin saja. Di belakang rumah saya ini juga ada industri yang sama, namun sekarang ini sudah jarang berproduksi karena kesulitan modal. Padahal yang menjadi pekerja adalah para tetangga, jadi secara langsung banyak warga Wirun yang menjadi pengangguran atau harus mencari pekerjaan yang baru. Selain karena keadaan ekonomi Indonesia, hal lain yang menyebabkan berkurangnya jumlah wisatawan adalah terjadinya Bom Bali. Apalagi beberapa negara mengeluarkan perintah kepada warga negaranya untuk tidak mengunjungi Indonesia untuk sementara waktu terkait dengan terorisme. Hal ini sangat mempengaruhi kemajuan Desa Wirun, karena sebagian besar pengunjung adalah wisatawan mancanegara, dan karena larangan berkujung ke Indonesia tersebut jumlah pengunjung di desa wisata Wirun juga mengalami penurunan.” 63 6 Kurang adanya penjagaan kelurahan terhadap kesenian tradisional dan industri-industri yang ada di Desa Wirun serta kekurangdekatan kelurahan dengan warga. Pengakuan ini keluar dari penuturan para pelaku pariwisata yang mengatakan bahwa mereka mempertahankan usaha dengan kerja keras sendiri, sedangkan pihak kelurahan tidak melakukan penjagaan bagi potensi-potensi wisata yang ada di desa Wirun. Padahal semua potensi- potensi tersebut akan menjadi daya tarik bagi wisatawan kdalam mengunjungi desa wisata Wirun. 7 Kurangnya fasilitas-fasilitas dari pengelola kepada wisatawan yang berkunjung. Di bab sebelumnya telah disampaikan bahwa persyaratan pasaran obyek wisata adalah adanya fasilitas-fasilitas yang memadai, antara lain tempat penukaran uang. hal itu dilakukan untuk mengantisipasi wisatawan 63 Wawancara 19 April 2008 mancanegara yang tidak membawa uang dalam bentuk ruapiah dan belum sempat menukarkan di Money Changer. Selain itu perlu adanya ATM Anjungan Tunai Mandiri yang memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk melakukan penukaran uang tunai untuk melakukan transaksi ekonomi di lokasi wisata. Dan realitanya, di desa wirun belum terdapat ATM yang bisa diakses oleh wisatawan. Wisatawan harus ke Solo ketika ingin menukarkan uang atau melakukan penarikan uang melalui ATM. Fasilitas lain yang tidak kalah adalah tempat pelayanan wisatawan atau sering disebut homestay. Jadi setiap kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan dilakukan pemantauan oleh pihak pengelola, dan pengelola juga menyediakan pemandu yang akan menjelaskan tentang obyek-obyek wisata yang ada di Desa Wirun. Diharapkan pula yang menjadi pemandu adalah warga masyarakat Wirun sendiri, selain karena alasan pengetahuan tentang lokasi dan kondisi daerah yang menjadi tujuan wisata, masyarakat Wirun juga dianggap orang yang paling mengetahui tentang daerahnya sendiri dibanding orang yang berasal dari luar Desa Wirun. Penginapan atau hotel juga belum tersedia di sekitar Desa Wirun, jadi wisatawan yang berkunjung terpaksa menginap di hotel-hotel yang berada di kawasan Kota Surakarta. 8 Administrasi kurang Yang dimaksud administrasinya kurang adalah dari pihak Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan mengatakan bahwa tidak ada catatan tentang jumlah pengunjung secara jelas karena Desa Wirun tidak ditarik retribusi dalam bentuk tiket masuk yang dibebankan kepada wisatawan yang datang dan wewenang mencatat jumlah pengunjung berada di tangan kelurahan. Namun ketika pihak kelurahan ditanya tentang ini, mereka tidak tahu-menahu tentang masalah ini. 9 Wisatawan hanya sekedar berkunjung tanpa membeli produk yang dihasilkan masyarakat Desa Wirun Perhatian saja tidaklah cukup tetapi perlu adanya sumbangsih yang nyata dalam pengembangan desa wisata di Wirun. Partisipasi tersebut tidak hanya berlaku bagi para warga masyarakat Wirun tetapi bagi para wisatawan yang berkunjung di desa tersebut. Bahkan para wisatawan menjadi tolak ukur apakah obyek itu masih potensial atau tidak. Keluhan ini keluar dari beberapa informan. Berikut hasil percakapan dengan beberapa informan tersebut: Bapak Sukadi mmberikan penjelasan tentang hal itu: ” Banyak sekali wisatawan yang berkunjung ke industri-industri yang ada di Desa Wirun, namun mereka hanya berkunjung saja. Sedangkan para pengrajin memerlukan hal yang lebih yakni adanya proses jual beli dengan produk yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Wirun.” 64 Bapak Saroyo yang memiliki industri pembuatan kerajinan gamelan juga menuturkan tentang kunjungan-kunjungan wisatawan ke industrinya. Diharapkan apabila wisatawan yang datang berkunjung ke tempat saya, mereka mau membeli, bukan hanya melihat saja. Berikut penjelasan beliau: ” Selama ini banyak seka li wisatawan yang berkunjung di tempat saya dan melihat proses pembuatan gamelan, na mun hal tersebut tidak memberikan sumbangsih bagi perkembangan usa ha saya. Mereka hanya sekedar berkunjung tanpa membeli, jadi percuma saja mereka datang tanpa melakukan transaksi dengan saya. Sehingga saya tidak begitu mengharapkan terjualnya hasil produk dari usaha saya melalui kunjungan wisatawan, promosi ke luar daerah justru lebih menjanjikan. Dan Bali menjadi salah satu sasaran pasar yang menandai tujuan dari pemasaran produk saya.” 65 64 Hasil Wawancara 19 April 2008 65 Hasil Wawancara 18 April 2008 Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pihak-pihak terkait dengan pengembangan desa wisata dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 15 Tabel Hambatan yang Ditemui No Kategori Analisa 1 Pemerintah · Minimnya dana dalam pengembangan desa wisata Wirun · Krisis ekonomi yang melanda Indonesia · Kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan desa wisata Wirun · Kurangnya andministrasi dalam hal ini catatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Wirun · Tidak aktifnya Pokdarwis seperti di awal-awal No Kategori Analisa · pembentukannya Kurangnya fasilitas yang dipunyai oleh Desa Wirun · Tidak ada kegiatan ekonomi oleh para wisatawan, mereka hanya melakukan kunjungan bukan membeli produk hasil dari masyarakat Wirun. 2 Tokoh masyarakat · Keadaan ekonomi Indonesia yang tidak menentu · Letak Desa Wirun kurang mendukung sebagai desa wisata, Desa Wirun terletak di tengah-tengah, artinya bukan desa tetapi juga bukan kota dalam artinya letaknya tanggung. Padahal wisatawan lebih menginginkan obyek wisata yang letaknya tidak begitu dekat dengan kota, dimana belum terkena imbas dari globalisasi dan aktifitasnya tidak begitu ramai 3 Pelaku pariwisata · Kurangnya kepekaan kelurahan dalam melakukan penjagaan terhadap kesenian tradisional · Kurangnya bantuan Kelurahan dalam membesarkan nama Ketoprak Marsudi Budhoyo. · Kurangnya kedekatan antar kelurahan dengan masyarakat Desa Wirun. · Tidak ada sumbangsih bagi pengrajin, karena mereka hanya berkunjung dan melihat tanpa membeli · Kurangnya modal dalam memperjuangkan usahanya · Keadaan ekonomi Indonesia yang tidak menentu Sumber: Hasil wawancara Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh semua komponen masyarakat merupakan masalah klasik, artinya permasalahan-permasalahan tersebut juga terjadi pada pengembangan desa-desa wisata lainnya. Ada dua hambatan yang dialami oleh pihak pengembang desa wisata: a.1. Hambatan internal yakni hambatan yang berasal dari faktor dalam, yakni dari pihak pengelola sendiri. Hambatan yang dimaksud meliputi: 1. Kurang tertibnya administrasi 2. Kurangnya kepekaan pihak kelurahan dalam penjagaan kesenian tradisional 3. Kurangnya dana 4. Faktor letak Desa Wirun yang dirasa tanggung, maksudnya Desa Wirun berada dintengah-tengah desa dan kota. Ketika ingin menjual nama desa wisata berarti yang diangkat adalah nilai-nilai ketradisionalannya dan geografisnya yang masih identik dengan desa. Namun hal itu tidak teredapat di Desa Wirun. Sedikit bias ketika masyarakat mulai menerima inovasi sehingga masayarakat sudah mulai menggeser persepsinya tentang suatu hal, misalnya terjadi pergesekan tentang nilai gotongroyong dimana dinilai mulai luntur. a.2. Hambatan eksternal meliputi krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 19981999. Namun alangkah lebih bijaknya ketika kita sudah mengetahui bahwa hal itu adalah hambatannya, maka tugas selanjutnya adalah mengantisipasi semua hambatan tersebut sehingga tidak terjadi berlarut- larut. Perlu tindakan rasional instrumental dalam menentukan langkah selanjutnya. Yakni jalan keluar bagi masalah-masalah tersebut, sehingga tujuan pengembangan desa wisata tersebut dapat segera tercapai. Perlu pemikiran serius untuk bisa keluar dari polemik-polemik yang ada serta mengantisipasi semua hambatan-hambatan yang menghalangi pengelola dalam mengembangkan desa wisata Wirun. Selain itu perlu kerjasama antara semua pihak yang terkait dengan pengembangan desa wisata Wirun.

I. Harapan-harapan di Masa yang akan Datang

Harapan muncul ketika sesuatu belum bisa terwujud dan memerlukan usaha yang lebih keras lagi. Harapan tersebut membawa secercah cahaya yang membuat kita merasa akan lebih bersemangat untuk mencapainya. Harapan itulah yang menjadi faktor pendorong kita untuk melangkah ke arah yang lebih baik lagi. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Jono yang menginginkan kesetaraan antara kesenian ketoprak dengan obyek wisata yang lain. Bapak Jono merupakan tokoh seniman yang sudah cukup mumpuni dalam mengawal perjalanan kesenian ketoprak. Dari sekian lama beliau menggeluti bidang seni tersebut, banyak sekali kekurangan- kekurangan selama beliau berada di lingkungan tersebut. Dan wujud perhatian beliau pada ketoprak, maka beliau mempunyai harapan-harapan yang hendaknya bisa tercapai di kemudian hari. Kelurahan Desa Wirun dirasa lebih mengunggulkan home industri gamelan daripada ketoprak padahal dua biang teresbut sama-sama merupakan potensi desa wisata Wirun. Ada harapan agar semua potensi wisata yang ada di Desa Wirun memiliki kedudukan serta hak yang sama, sehingga tidak dirasa diskriminasi dan berat sebelah sedangkan perannya itu sama. Harapan besar juga dituturkan oleh salah satu seniman agar pihak kelurahan Desa Wirun melakukan penjagaan bagi kesenian reog yang lahir sebelum tahun 1965 tetapi sekarang sudah punah karena tokoh utama atau seniman kuncinya sudah meninggal. Kesenian yang sangat langka ini bisa dijadikan sebagai daya pikat bagi wisatawan untuk datang ke Desa Wirun, dan itu memerlukan peranan kelurahan dalam menghidupkan kembali kesenian reog yang telah ada. Dan harapan sederhana juga dicurahan oleh Bapak Jono agar kesenian Ketoprak akan terjaga kelestariannya dengan cara pementasan secara tetap pada 17 agustus dan Hari Raya Lebaran. Dari pernyataan Bapak Jono tersebut dapat dijadikan masukan bagi pihak kelurahan yang seharusnya melakukan penjagaan terhadap semua potensi-potensi wisata di Desa Wirun. Penjagaan merupakan langkah paling jitu untuk melestarikan apa yang telah ada di daerah tersebut. Fungsi kontroling merupakan bukti perhatian kelurahan terhadap aset-aset yang melekat di daerahnya. Penjagaan tidak hanya dilakukan oleh para seniman, tetapi pemerintah desa juga memiliki peluang untuk melakukan hal yang sama. Sedangkan dari pihak Pokdarwis menginginkan agar Kelurahan Desa Wirun melakukan kerja sama dengan beberapa pihak terkait dengan penambahan fasilitas-fasilitas bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Wirun. Karena dirtasa wisatawan yang datang kurang mendapat pelayanan dan fasilitas bila dibandingkan dengan obyek wisata di daerah lain. Harapan yang menyangkut tentang internal pengelolaan desa wisata terlontar dari Bapak Dalno yang merupakan ketua dari Pokdarwis. Pembangunan infrastruktur juga menjadi penarik bagi para wisatawan untuk datang dan menikmati obyek wisata yang disediakan oleh pihak pengelola. Selain itu diperlukannya Sanggar Pokdarwis yang dapat digunakan untuk pusat pelayanan wisatawan yang datang, dalam hal ini digunakan sebagai homestay kepariwisataan di Desa Wirun. Jadi kontroling kegiatan kepariwisataan di Desa Wirun berada dibawah Pokdarwis dan pusatnya di Sanggar Pokdarwis. Adapun harapan-harapan di masa yang akan datang terhadap kelangsungan desa wisata Wirun sebagai berikut: Tabel 16 Tabel Harapan-Harapan di Masa Depan No Kategori Analisa 1 Pemerintah Pariwisata Wirun sudah cukup mati suri jadi kini waktunya bangkit dari tidur panjang, jadi perlu dukungan dari semua pihak. Adanya investor yang akan memperlancar proses pengembangan desa wisata di Wirun. Desa wisata Wirun akan semakin berkembang. Tingkat kemakmuran masyarakat Desa Wirun akan meningkat Adanya kerjasama yang solid dengan pihak-pihak terkait Adanya dibangunnya museum yang menggambarkan tahap-tahap dari pembuatan gong atau gamelan Membaiknya keadaan perekonomian Indonesia sehingga pariwisata Desa Wirun juga akan hidup lagi Aktifnya pokdarwis 2 Tokoh masyarakat Adanya homestay yang akan menjadi pusat pelayanan bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Wirun Adanya pembinaan dari pihak terkait dan kelurahan dalam mengembangkan desa wisata adanya partisipasi penuh masyarakat Desa Wirun dalam mengembangkan desa wisata 3 Pelaku pariwisata Kesenian ketoprak dapat disandingkan dengan home industri gamelan dengan pembangunan simbol seperti gapura yang menandakan bahwa ketoprak merupakan salah satu kesenia dari Dukuh Pabrik Desa Wirun Ketoprak akan semakin menghibur penonton dengan pentas 2 kali dalam setahun. Penjagaan dan pelestarian kesenian reog oleh kelurahan No Kategori Analisa karena menjadi salah satu aset budaya di Desa Wirun Perbaikan dalam internal ketoprak, yakni dengan jalan regenerasi Adanya dukungan penuh dari kelurahan dan transfer informasi Ada pembinan dari dinas dan kelurahan terkait dengan pencanangan desa wisata Perlu juga fasilitas-fasilitas penginapan, hasil kerajinan dan souvenir. Ada sebuah bangunan yang dijadikan sanggar Pokdarwis atau ada homestay pelayanan turis Adanya bantuan dari kelurahan agar usaha bisa tetap berjalan Sumber: Hasil Wawancara Dari pihak pemerintah memiliki harapan-harapan ke depan yang menjadikan desa wisata Wirun akan semakin berkembanga. Mereka menginginkan agar masyarakat akan bangkit dari tidur panjangnya untuk bisa mngembangkan desa mereka kembali seperti pada awal-awal SK tersebut turun. Selain itu menginginkan agar tingkat kesejahteraan masyarakat Wirun juga akan meningkat sejalan dengan berkembangnya desa mereka, dan yang terpenting adalah terjalinnya kerjasama yang solid dengan semua pihak. Sedangkan dari tokoh masyarakat menginginkan ada peningkatan fasilitas dengan dibangunnya homestay Pokdarwis yang akan menjadi tempat kontroling semua kegiatan kepariwisataan di Desa Wirun. Sewlain itu tempat tersebut dapat digunakan sebagai pusat informasi bagi semua wisatawan yang berkunjung di desa wisata Wirun. Tokoh masyarakat juga menginginkan agar ada pembinaan dari kelurahan serta pihak terkait dalam mengembangkan desa wisata. Sedangkan dari pelaku pariwisata menginginkan agar kesenian ketoprak dapat disandingkan dengan home industri pembuatan gamelan karena selama ini desa wisata lebih menonjolkan itu daripada kesenian yang juga menjadi ciri khas Desa Wirun, selain itu mereka ingin adanya penjagaan dari kelurahan terhadap semua potensi-potensi yang ada dalam desa wisata. Ada harapan yang sama dari ketiga kategori informan di atas yakni menginginkan ada perbaikan dari dalam pengelola dalam pengembangan desa wisata Wirun. Karena yang menjadi pokok permasalahan adalah kelemahan dari sistem yang ada. Dan dalam sistem tersebut terdapat beberapa bagian dan itulah yang paling banyak memerlukan perubahan sehingga akan terjadi perubahan gerak yang menuju pada perbaikan kinerja para pengelola. Harapan-harapan yang dilontarkan oleh ketiga kategori informan di atas dapat dijadikan pemantik bagi program pengembangan desa wisata Wirun. Pada intinya semua informan menginginkan agar kelangsungan desa wisata Wirun akan semakin terjaga dan diharapakan bisa meningkat. Pada dasarnya harapan ini menjadi tujuan dalam pengembangan desa wisata di masa yang akan datang BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN