Desain Kavitas Restorasi Klas I Resin Komposit

2.5 Desain Kavitas Restorasi Klas I Resin Komposit

Sejak dikembangkannya sistem adhesif untuk restorasi resin komposit, terdapat dua sistem restorasi yang masih saling berdampingan untuk merawat lesi karies. Sistem yang lama berdasarkan prinsip Black yang mengutamakan resistensi restorasi. Prinsip ini diterapkan untuk restorasi non-adhesif amalgam dan menyebabkan hilangnya struktur gigi yang tidak perlu dibuang sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya karies sekunder saat pemakaian jangka panjang. Restorasi seperti ini tidak berlekatan dengan jaringan gigi, oleh karena itu diperlukan cara – cara mekanis untuk meningkatkan bentuk resistensi dan retensinya. 5 Sistem yang kedua yaitu desain preparasi adhesif yang lebih modern menggunakan pendekatan biologis yang memberikan retensi dan kekuatan melalui perlekatan pada struktur gigi yang masih ada disekelilingnya. Outline form kavitas bergantung pada lokasi, ukuran dan morfologi dari lesi karies yang terjadi, tidak ada undercut dan tidak diperlukan minimal kedalaman preparasi. Desain preparasi adhesif ini lebih mengarah pada pemeliharaan struktur gigi untuk mendapatkan kekuatan restorasi dengan gigi, serta memberikan perlindungan terhadap pulpa melalui sistem adhesif pada enamel dan dentin. 5 Restorasi resin komposit menggunakan desain preparasi kavitas adhesif. Beberapa pedoman umum yang dapat diikuti dalam restorasi klas I resin komposit diantaranya adalah preparasi dibatasi hanya untuk akses ke daerah lesi karies, outline form pada oklusal harus menghilangkan semua karies enamel, memberikan akses terhadap karies dentin serta memberikan akses untuk aplikasi bahan restorasi. Lebar preparasi harus sesempit mungkin. Untuk mendapatkan adaptasi resin yang lebih baik, seluruh sudut internal line harus dibulatkan dan dinding kavitas harus dihaluskan. 13 Beberapa penelitian mengindikasikan preparasi dengan bevel oklusal pada restorasi klas I lebih resisten terhadap celah mikro dibandingkan dengan preparasi tanpa bevel oklusal bila menggunakan etsa asam. 10 Enamel tersusun atas jutaan enamel rods yang merupakan komponen struktural terbesar, seperti cabang – cabang Universitas Sumatera Utara disertai substansi – substansi inter-rod di beberapa area. Setiap rod memiliki bagian atas head dan bagian bawah tail. Bagian atas mengarah ke oklusal dan bagian bawah mengarah ke servikal. Enamel rods membentang tegak lurus terhadap dentino- enamel junction . Kumpulan kristal pada enamel rods menjadikan enamel sebuah struktur yang sangat kuat dan keras. 33 Dengan adanya bevel pada enamel memungkinkan asam mengenai enamel rods pada sudut yang tepat sehingga diperoleh micromechanical interlock yang maksimal. 10 Bevel didesain untuk memaparkan enamel secara melintang cross cut atau end-on sehingga mendapatkan pola etsa yang lebih efektif. Pengetsaan yang dilakukan pada enamel rods yang dipotong melintang pada ujung – ujung enamel rods menghasilkan pembentukan tags yang lebih panjang sehingga ikatan menjadi lebih kuat dibandingkan pola etsa longitudinal pada sisi – sisi enamel rods. 11 Preparasi dengan sudut 90 o sangat berguna saat restorasi memerlukan pemeliharaan struktur gigi secara maksimum. Namun, desain ini tidak mengekspos ujung – ujung enamel rods sehingga menjadi kurang retentif. Sedangkan bevel dengan sudut 45 o paling sering digunakan. Desain ini tetap memelihara struktur alami gigi dan mengekspos ujung – ujung enamel rods. Jika dibandingkan dengan desain preparasi dengan sudut 90 , bevel 45 o memberikan penutupan yang jauh lebih baik pada enamel terutama pada tepi gingival Gambar 15. 27 Desain ini memiliki estetis yang lebih baik dengan menciptakan transisi permukaan dan warna yang halus antara komposit dengan enamel. Preparasi dengan bevel juga dapat mengurangi celah mikro bila dibandingkan dengan preparasi yang hanya dapat mengetsa sisi – sisi enamel rods Gambar 16. 8,27 Namun, masih ada pendapat yang bertentangan mengenai preparasi dengan bevel enamel pada tepi kavitas restorasi gigi posterior dengan resin komposit. Menurut Hinoura 1988 cit. Albers 2002 umumnya pada preparasi yang kecil dilakukan pembevelan pada sudut 90 derajat tepi cavosurface untuk membuka ujung - ujung enamel rods. Terbukanya ujung – ujung enamel rods ini dapat menambah perlekatan dan mengoptimalkan penutupan resin komposit dengan tepi kavitas. Komponen horizontal dari desain ini membantu memelihara penutupan tersebut yang Universitas Sumatera Utara bisa saja hilang sewaktu polimerisasi resin komposit sehingga preparasi dengan bevel pada enamel memberi penutupan tepi restorasi yang lebih baik daripada tanpa bevel. 27 Gambar 15. Desain preparasi dengan sudut 90 o , resin tidak dapat masuk melalui ujung – ujung enamel rods sehingga ikatannya lebih lemah A Bevel 45 o mengekspos lebih banyak enamel rods pada sudutnya B 27 Gambar 16. Pengetsaan ujung – ujung enamel rods yang lebih efektif, dapat membentuk microundercuts yang lebih dalam A daripada hanya sisi enamel rods yang dietsa B. 8 Bergmann et al 1990 melakukan penelitian dengan resin komposit hybrid, hasilnya bevel pada tepi cavosurface klas I dapat mengurangi kebocoran tepi Universitas Sumatera Utara restorasi. 12 Menurut Terry Karl 2008 bevel pada cavosurface oklusal harus dilakukan untuk semua preparasi kavitas klas I dan klas II. Dengan anggapan bahwa adanya bevel sebenarnya memperluas area permukaan bonding enamel, dengan demikian dapat mengurangi potensi terjadinya celah disepanjang tepi kavitas. 13 Menurut Nisha Amit 2010 bevel pada tepi enamel dapat menambah retensi karena bevel akan memperluas permukaan untuk bahan bonding, mengurangi celah mikro, meningkatkan estetis karena bevel membuat restorasi tampak menyatu dengan struktur gigi disekelilingnya serta menambah kekuatan perlekatan. 6 Sedangkan menurut Dias et al 2005 yang melakukan evaluasi efek bevel pada restorasi resin komposit gigi – gigi molar terhadap celah mikro menyatakan bahwa bevel pada seluruh sudut cavosurface tidak perlu dilakukan karena dapat meningkatkan peluang adanya celah mikro disekeliling tepi restorasi. 14 Theodore 2009 bevel biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior atau area lain yang berpotensi memiliki kontak yang berat karena desain preparasi konvensional sudah cukup memberi pengetsaan pada enamel rods sesuai arah enamel rods di permukaan oklusal. Sehingga tidak perlu membuat bevel tambahan pada tepi oklusal karena akan ada resin komposit yang tipis pada area dengan kontak oklusal yang berat. 8 Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sikri 2011 bevel pada oklusal biasanya tidak diperlukan karena arah enamel rod dan perluasan bahan restorasi sudah menjadi area yang cukup kuat untuk menerima tekanan. 25 Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 30 96

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 2

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 4

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 18

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 4

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 17

Pengaruh Preparasi Bevel Pada Restorasi Klas I Resin Komposit Berbasis Silorane Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 5

Pengaruh Preparasi Bevel Pada Restorasi Klas I Resin Komposit Berbasis Silorane Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 30

Pengaruh Preparasi Bevel Pada Restorasi Klas I Resin Komposit Berbasis Silorane Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 2 4

Pengaruh Preparasi Bevel Pada Restorasi Klas I Resin Komposit Berbasis Silorane Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 1 15