2.4.1 Reaksi Polimerisasi Resin Komposit Berbasis Silorane
Proses polimerisasi Silorane terjadi melalui pembukaan reaksi cincin kation yang menghasilkan kontraksi polimerisasi yang lebih rendah dibandingkan resin
methacrylate yang berpolimerisasi melalui reaksi radikal ikatan ganda. Pembukaan
cincin saat polimerisasi Silorane secara signifikan mengurangi jumlah pengerutan
polimerisasi saat proses penyinaran. Selama proses polimerisasi, molekul –
molekulnya saling berdekatan untuk membentuk ikatan kimia. Ketika pengerutan polimerisasi dimulai, cincin silorane secara simultan terbuka dan mengimbangi
pengerutan bahan dengan menambah volume molekul – molekulnya sehingga
membuat bahan ini menjadi lebih padat. Proses ini mengakibatkan berkurangnya
volume pengerutan polimerisasi Gambar 11.
15,16
Oleh karena Silorane berpolimerisasi melalui reaksi cationic pengaruh oksigen di atmosfir terhadap dinamika reaksi sangat berkurang sehingga
menunjukkan bahwa pembentukan oxygen inhibited layer dapat dihilangkan.
1
Pengaruh inhibition layer dapat meningkatkan adhesi antara dua lapis restorasi resin komposit dengan pembentukan ikatan kovalen dalam suatu jaringan yang saling
berpenetrasi. Reaksi pembukaan cincin pada Silorane adalah reaksi kationik dimana tidak ada oxygen inhibition pada permukaan yang terpolimerisasi. Oleh karena itu,
ikatan antara dua lapis resin komposit Silorane hanya bergantung pada reaktifitas material komposit tersebut. Dapat dikatakan bahwa kekuatan ikatan antara dua lapis
resin komposit Silorane akan lebih rendah dibandingkan resin komposit methacrylate.
31,32
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Sisi reaktif Silorane dan methacrylate serta besar pengerutan yang terjadi selama polimerisasi. Proses polimerisasi bahan restoratif
Silorane terjadi melalui reaksi pembukaan cincin kation
menghasilkan pengerutan polimerisasi yang lebih rendah A dibandingkan dengan methacrylate yang berpolimerisasi melalui
reaksi linear B.
16
Filtek Silorane Restorative telah dikembangkan untuk meminimalisasi
pengerutan polimerisasi dan stress polimerisasi, serta berikatan dengan sangat baik dengan struktur gigi.
Beberapa penelitian mengenai pengerutan polimerisasi yang telah dilakukan menunjukkan Filtek Silorane Restorative memiliki nilai pengerutan
yang lebih rendah dibandingkan semua resin komposit berbasis methacrylate.
16
Menurut Weinmann et al 2005 Silorane merupakan bahan resin yang berbasis sistem monomer baru yang memiliki tekanan pengerutan lebih rendah dan
warna yang lebih stabil dibandingkan resin komposit berbasis methacrylate.
17
Prachi Rujuta 2010 Silorane merupakan resin komposit pertama yang mengalami
penyusutan polimerisasi kurang dari 1 dan memiliki integritas tepi yang sangat baik dibandingkan resin komposit berbasis methacrylate.
2
Al Boni Raja 2010 melakukan evaluasi celah mikro terhadap resin komposit berbasis Silorane yang
dibandingkan dengan resin komposit berbasis methacrylate. Hasilnya meskipun semua sistem restoratif menunjukkan adanya celah mikro, teknologi Silorane
memiliki lebih sedikit celah mikro dibandingkan resin komposit berbasis methacrylate
.
18
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa C – factor memiliki peranan
terhadap efek pengerutan polimerisasi, Ghulman 2011 melakukan penelitian efek C- factor
terhadap adaptasi marginal resin komposit berbasis Silorane, hasilnya meskipun resin komposit berbasis Silorane sedikit dipengaruhi oleh perubahan C-
factor dan menghasilkan adaptasi marginal yang lebih baik dibandingkan resin
komposit berbasis methacrylate, skor celah tertinggi cenderung terjadi pada C-factor dengan permukaan bonding 5:1.
9
2.4.2 Sistem Adhesif Silorane