2.6 Kerangka Konsep
Restorasi Klas I
Preparasi Kavitas Sistem Adhesif
Resin Komposit
Bevel Oklusal Preparasi
klas I
dengan sudut bevel 45
o
di tepi cavosurface oklusal
dapat mengekspos ujung
– ujung enamel rods
secara melintang
cross-cut atau end- on
memberikan pola etsa yang lebih efektif
sehingga menghasilkan ikatan
resin – enamel yang
lebih kuat. Tanpa Bevel Oklusal
Preparasi klas I dengan sudut 90
o
pada tepi
cavosurface oklusal
mengekspos hanya pada sisi
– sisi enamel rods
atau secara longitudinal
sehingga menjadi
kurang retentif. Methacrylate
Silorane Self Etch two Step
Total Etch
Self Etch
Mengandung Silane- treated silica filler
yang dapat
menambah kekuatan
mekanis Silorane
Mengandung hydrophobic
bifunctional monomer sehingga
memiliki ikatan yang kuat dan
bertahan lama pada bahan restoratif Silorane
yang bersifat hidrofobik dan penyerapan air yang
rendah. Methacrylate
Silorane
Proses polimerisasi
Silorane terjadi melalui
pembukaan reaksi cincin kation yang menghasilkan
kontraksi polimerisasi yang lebih
rendah dan
mengalami pengerutan
polimerisasi kurang dari 1 sehingga
memiliki integritas tepi yang sangat
baik dibandingkan resin komposit
berbasis methacrylate
Polimerisasi monomer resin Pengerutan polimerisasi
Stress pada interface restorasi dan gigi
Celah Mikro
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan pada restorasi klas I resin komposit. Dalam penelitian ini kavitas akan dibentuk sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Al-Boni dan Raja yaitu dengan panjang 4 mm, lebar 3 mm dan kedalaman 3 mm serta internal line angle
yang membulat. Desain kavitas yang dibentuk menggunakan dua cara yaitu preparasi dengan bevel 45
o
sepanjang 2 mm pada tepi cavosurface kavitas dan preparasi tanpa bevel atau tepi cavosurface kavitas 90
o
. Beberapa penelitian mengindikasikan preparasi dengan bevel pada enamel
jauh lebih resisten terhadap celah mikro dibandingkan dengan preparasi tanpa bevel bila menggunakan etsa asam. Etsa asam pada enamel dapat membersihkan
permukaan enamel, menambah area permukaan, dan menciptakan suatu area yang dapat dimasuki oleh bahan bonding sehingga terbentuk permukaan yang lebih reaktif.
Dengan adanya bevel pada enamel memungkinkan asam mengenai enamel rods pada sudut yang tepat sehingga diperoleh micromechanical interlock yang maksimal.
Bevel didesain untuk memaparkan enamel secara melintang cross cut atau
end-on sehingga mendapatkan pola etsa yang lebih efektif. Pengetsaan yang
dilakukan pada enamel rods yang dipotong melintang pada ujung – ujung enamel
rods menghasilkan pembentukan tags yang lebih panjang sehingga ikatan menjadi
lebih kuat dibandingkan pola etsa longitudinal pada sisi – sisi enamel rods.
Preparasi dengan sudut 90
o
sangat berguna saat restorasi memerlukan pemeliharaan struktur gigi secara maksimum. Namun, desain ini tidak mengekspos ujung
– ujung enamel rods
sehingga menjadi kurang retentif. Sedangkan bevel dengan sudut 45
o
paling sering digunakan. Desain ini tetap memelihara struktur alami gigi dan mengekspos ujung
– ujung enamel rods. Jika dibandingkan dengan desain preparasi dengan sudut 90
, bevel memberikan penutupan yang jauh lebih baik pada enamel. Pada penelitian ini sistem adhesif yang digunakan adalah self-etch two step
Silorane system adhesive . Silorane System Adhesive Self-Etch Primer bersifat
hidrofilik dan memiliki adhesi yang kuat dan tahan lama terhadap gigi dan Silorane System Adhesive Bond
dioptimalkan untuk membasahi dan melekat pada bahan restoratif posterior Silorane. Bahan restorasi yang digunakan adalah resin komposit
berbasis Silorane. Bahan dasar matriks resin yang digunakan resin komposit berbasis
Universitas Sumatera Utara
Silorane merupakan gabungan monomer siloxane dan oxirane yang mekanismenya
dapat mengurangi stress dengan cara terbukanya cincin oxirane selama polimerisasi. Siloxane
merupakan bahan yang memiliki sifat hidrofobik sehingga memiliki daya serap air yang rendah sedangkan oxirane sangat dikenal karena penyusutannya yang
rendah dan stabilitasnya yang sangat baik terhadap pengaruh reaksi fisik dan kimia. Ketika pengerutan polimerisasi dimulai, cincin silorane secara simultan
terbuka dan mengimbangi pengerutan bahan dengan menambah volume molekul –
molekulnya sehingga membuat bahan ini menjadi lebih padat. Resin Komposit berbasis Silorane merupakan resin komposit pertama yang mengalami pengerutan
polimerisasi kurang dari 1 dan memiliki integritas tepi yang sangat baik dibandingkan resin komposit berbasis methacrylate. Sedangkan besar pengerutan
yang terjadi pada resin komposit berbasis methacrylate saat polimerisasi sebanyak 2 –
4 . Stress
yang timbul akibat pengerutan polimerisasi tersebut dapat mengganggu perlekatan resin komposit dengan kavitas restorasi.
Polimerisasi komposit dapat dibagi kedalam dua fase yaitu pre dan post gel. Pada fase pre gel yaitu dimana resin komposit masih berbentuk seperti pasta, polimer
reaktif resin mampu mengimbangi pengerutan tanpa menimbulkan stress. Setelah derajat konversi mencapai 10-20 polimer resin berubah dari bentuk pasta menjadi
gel. Pada tahap ini pengerutan polimerisasi terus berlanjut dan menimbulkan stress di dalam material resin komposit yang kemudian disalurkan pada interface restorasi dan
gigi serta di dalam struktur gigi. Stress yang timbul dapat melebihi perlekatan adhesif dan cohesive strenght gigi atau komposit sehingga mengakibatkan kerusakan pada
tepi restorasi. Stress pengerutan dan pengerutan polimerisasi merupakan faktor utama terjadinya celah mikro pada tepi restorasi dan menyebabkan kegagalan bahan resin
komposit di rongga mulut. Hingga saat ini belum ada penelitian yang membandingkan desain preparasi
klas I dengan bevel dan tanpa bevel terhadap celah mikro menggunakan resin komposit berbasis Silorane. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk melihat
pengaruh preparasi bevel pada restorasi klas I resin komposit berbasis Silorane terhadap celah mikro penelitian in vitro.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang