Gambar 19. A. Visible Light Cure ; B. Waterbath
Gambar 20. A. Stereomikroskop, B. Bais
3.4.2 Bahan Penelitian
- 32 gigi premolar bawah yang telah dicabut untuk perawatan ortodonti
- Resin komposit berbasis Silorane Filtek
TM
Silorane 3M ESPE
- Sistem adhesif self-etch two step Silorane system adhesive 3M ESPE
- Saline untuk penyimpanan sampel penelitian
- Balok Gips untuk penanaman gigi
- Sticky wax
A B
A
B
Universitas Sumatera Utara
- Cat kuku
- Es batu
- Methylene blue 2
Gambar 21. A. 1. Self-etch primer Silorane, 2. Bond adhesif, 3. Resin komposit Silorane, B.Wax dan cat kuku.
3.4.3 Prosedur Penelitian
a. Persiapan Sampel Sampel sebanyak 32 buah gigi premolar bawah satu dan dua yang telah
diekstraksi untuk keperluan ortodonti dibersihkan dengan skeler elektrik kemudian dimasukkan direndam dalam larutan saline. Kemudian sampel dikelompokkan
menjadi 2 kelompok secara acak, masing – masing kelompok berjumlah 16 sampel
dan ditanam dalam balok gips untuk memudahkan preparasi dan restorasi sampel.
1 2 3
B A
Universitas Sumatera Utara
Gambar 22. Sampel yang ditanam dalam balok gips.
b. Perlakuan Sampel Penelitian
1. Preparasi Sampel Outline form
desain restorasi klas I dengan panjang mesiodistal 4 mm dan lebar bukolingual 3 mm digambar pada permukaan oklusal seluruh sampel dengan
bantuan kaliper untuk mendapatkan ukuran yang akurat. Mata bur ditandai terlebih dahulu untuk mendapatkan kedalaman preparasi 3 mm. Preparasi dilakukan dengan
menggunakan diamond bur berkecepatan tinggi berbentuk pear dengan internal line angle
membulat. Kelompok I dilakukan preparasi dengan menambahkan bevel dengan sudut 45
pada sekeliling tepi cavosurface oklusal sepanjang 2 mm menggunakan fissure bur, sedangkan kelompok II dilakukan preparasi 90
o
tanpa menambahkan bevel di sekeliling tepi cavosurface oklusal.
Gambar 23. Desain preparasi klas I panjang mesiodistal 4 mm, lebar bukolingual 3 mm, kedalaman 3 mm dan bevel 45
o
pada tepi cavosurface
serta internal line angle yang membulat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 24. A. Seluruh sampel di preparasi dengan pear bur B. Preparasi
bevel pada tepi cavosurface kavitas dengan fissure bur.
2. Restorasi Sampel Permukaan oklusal yang telah dipreparasi, dicuci dan dikeringkan. Pada kedua
kelompok dilakukan aplikasi dengan sistem adhesif Self-etch Primer Silorane, menggunakan kuas selama 15 detik, semprot udara dengan tekanan hingga primer
menyebar membentuk lapisan tipis yang merata sekaligus mengevaporasi ethanol. Kemudian disinar selama 10 detik, selanjutnya aplikasikan bahan bonding
menggunakan kuas, semprot udara dengan tekanan ringan hingga menyebar membentuk lapisan tipis yang merata lalu disinar selama 10 detik. Aplikasikan resin
komposit berbasis Silorane ke dalam kavitas dengan teknik bulk. Kemudian disinar selama 40 detik.
3. Polishing Pemolisan restorasi dilakukan menggunakan fine finishing bur untuk
membuang resin komposit yang berlebih kemudian polis dengan enhance bur pada seluruh permukaan restorasi kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Sof-Lex
Discs 3M ESPE, USA, St.Paul pada tepi
– tepi restorasi dimulai dari tingkat Coarse, Medium, Fine dan Superfine
Disc. Pemolisan akhir menggunakan Silicon brush bur pada seluruh permukaan restorasi.
A B
Universitas Sumatera Utara
Gambar 25. A. Aplikasi Self-etch primer selama 15 detik, B. Semprot dengan udara, C. Sinar selama 10 detik, D. Aplikasi bonding, E. Semprot
dengan udara, F. Sinar 10 detik, G. Aplikasi resin komposit Silorane dengan bulk system, H. Sinar selama 40 detik.
A B
E D
C
G F
H
Gambar 26. A. Pemolisan restorasi dengan A. fine finishing bur, B. enhance bur
, C. Sof-Lex Discs, D. Silicon Brush bur, E. Restorasi tanpa bevel, F. Restorasi dengan bevel
A B
E D
C
F
Universitas Sumatera Utara
Gambar 27. A. Sampel direndam dalam air suhu 5
o
C, B. Waktu transfer 10 detik, C. Sampel direndam dalam waterbath bersuhu 55
o
C dilakukan sebanyak 200 putaran.
4. Proses thermocycling Seluruh sampel yang telah direstorasi direndam dalam larutan saline selama
24 jam. Kemudian dilakukan thermocycling menggunakan waterbath untuk suhu 55
C dan baker glass berisi air es untuk suhu 5 C. Seluruh sampel dimasukkan ke
dalam baker glass berisi air es bersuhu 5 C diamkan selama 30 detik kemudian
dipindahkan dengan waktu transfer 10 detik ke dalam waterbath bersuhu 55 C
diamkan selama 30 detik. Hal ini dilakukan sebanyak 200 putaran.
5. Perendaman dalam larutan Methylene blue 2 Bagian apeks seluruh sampel ditutupi dengan sticky wax sampai 2 mm dari
bagian koronal dan seluruh permukaan gigi dilapisi dengan 2 lapis cat kuku kecuali pada bagian tepi restorasi dan 1 mm disekitarnya. Kemudian dibiarkan mengering
diudara terbuka hingga tidak terasa lengket. Setelah itu, dilakukan perendaman dalam larutan methylene blue 2 selama 24 jam pada suhu kamar. Selanjutnya, seluruh gigi
dibersihkan dari zat warna pada air mengalir dan dikeringkan.
A B
C
Universitas Sumatera Utara
6. Pengukuran celah mikro Semua sampel dibelah secara mesiodistal melalui bagian tengah restorasi
menggunakan disc bur. Pengamatan celah mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna methylene blue 2 pada tepi restorasi melalui stereomikroskop pembesaran
20x. Pengamatan dilakukan oleh dua orang yang untuk menghindari subjektivitas.
Gambar 28.
A. Pengamatan
dilakukan menggunakan
stereomikroskop, B. Stereomikroskop dengan pembesaran 20x.
Derajat celah mikro ditentukan dengan mengamati perluasan methylene blue 2 dari sisi gigi yang perluasannya paling panjang dan dinilai dengan sistem
penilaian standar dengan skor 0-4 seperti pada penelitian oleh Al-Boni dan Raja 2010:
Tabel 2. SKOR PENETRASI ZAT WARNA Skor
Definisi Tidak ada penetrasi
1 Penetrasi vertikal hingga kedalaman 13 dinding kavitas
2 Penetrasi vertikal hingga kedalaman 23 dinding kavitas
3 Penetrasi hingga dasar kavitas
4 Penetrasi disepanjang dasar kavitas
Universitas Sumatera Utara
3.5 Pengolahan dan Analisis Data