mengalir bebas, mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini tidak dapat dibentuk dengan teknik kompresi konvensional.
15,16
5 Tahap V : Penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bila dibiarkan selama
periode tertentu, adukan menjadi keras. Ini disebabkan karena penguapan monomer bebas. Secara klinis, adukan terlihat sangat kering dan tahan terhadap
deformasi mekanik.
15,16,19
c Mold lining
Setelah mastercast dikeluarkan dari mold, dinding mold harus diberi bahan separator could mold seal untuk mencegah merembesnya monomer ke bahan mold
dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan mold dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.
16,19
d Packing
Mengisi resin basis protesa dalam rongga mold di kuvet dinamakan packing. Proses ini merupakan satu tahap yang paling penting dalam pembuatan basis gigi
tiruan. Mold dalam kuvet harus diisi dengan tepat pada saat polimerisasi. Memasukkan bahan terlalu berlebihan, dinamakan overpacking, menyebabkan basis
gigi tiruan dengan ketebalan berlebihan serta perubahan posisi elemen gigi tiruan. Sebaliknya, dengan memasukkan bahan terlalu sedikit, disebut underpacking,
menyebabkan porus yang dapat dilihat pada basis gigi tiruan.
16
Sewaktu pengisian resin akrilik ke dalam mold perlu diperhatikan agar mold terisi penuh dan sewaktu di-
press terdapat tekanan yang cukup pada mold, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan adonan akrilik sedikit lebih banyak kedalam mold.
19
2.1.3 Proses Polimerisasi Resin Akrilik Curing
Proses polimerisasi resin akrilik dilakukan dengan cara mengaplikasikan panas pada resin dengan merendam kuvet ke dalam waterbath. Pemanasan dimulai
pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 70
o
C selama 30 menit, lalu suhu 70
o
C dipertahankan selama 60 menit, kemudian suhu dinaikkan menjadi 100
o
C dan dipertahankan selama 60 menit, setelah itu suhu pelan-pelan diturunkan hingga sama
dengan suhu ruangan. Pengaplikasian panas harus teratur karena reaksi kimia antara
Universitas Sumatera Utara
monomer dan polimer bersifat eksotermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka suhu resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomer akan mendidih pada
temperatur 212
o
F atau 100
o
C, oleh karena itu pada tahap awal proses kuring, suhu air harus dijaga jangan terlalu tinggi.
20
Setelah proses polimerisasi selesai, kuvet harus didinginkan perlahan sampai mencapai temperatur ruang. Pendinginan secara cepat menyebabkan kerusakan basis
protesa karena perbedaan kontraksi termal dari resin dan stone penanam. Pendinginan secara perlahan dan merata dari bahan ini meminimalkan kesalahan yang dapat
terjadi. Ini berarti, kuvet harus diangkat dari rendaman air dan dibiarkan mendingin selama 30 menit.
14
Selanjutnya kuvet direndam dalam air mengalir selama 15 menit. Pada keadaan ini basis protesa boleh dikeluarkan dari dalam kuvet dan dilakukan
pemolesan resin akrilik untuk mendapatkan permukaan yang halus dan mengkilap.
16,19
2.1.4 Sifat-sifat
Sifat resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan basis protesa sangat penting untuk ketepatan dan fungsi gigi tiruan itu sendiri. Beberapa sifat-sifat resin
akrilik polimerisasi panas adalah: a
Berat molekul Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi
yaitu 500.000-1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul monomer yaitu 100. Berat molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai
angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan antar rantai molekul.
Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan polimer yang
memiliki berat molekul yang lebih rendah.
19
Dimana tingkat kekakuan yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah 2400 MPa.
15,21 .
Universitas Sumatera Utara
b Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa yang
lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin
akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menjadi menurun. Pada
akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0,2 sampai 0,5.
19
Kekuatan polimer pada umumnya sangat dapat dipengaruhi oleh massa molekul atau ekuivalen serta panjang rantai, di mana panjang kritis tertentu juga
diperlukan karena reaksi yang tidak lengkap akan melemahkan produk. Untuk menghindari efek merusak, tahap pemanasan kedua selalu digunakan, terutama bila
laju difusi monomer dalam resin yang meningkat, sehingga kemungkinan meningkatkan reaksi dengan radikal bebas yang tersisa.
22
c Porositas
Adanya gelembung permukaan dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika dan kebersihan basis protesa. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis protesa yang
lebih tebal. Porositas tersebut akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer berberat molekul rendah, bila temperatur resin mencapai atau melebihi
titik didih bahan tersebut.
16
Porositas dapat memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan resin akrilik. Ada 2 jenis porositas yang dapat kita
temukan pada basis gigi tiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk
diseluruh permukaan gigi tiruan sedangkan gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya terjadi terutama pada protesa yang
tebal dan di bagian yang lebih jaauh dari sumber panas.
19
d Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek
Universitas Sumatera Utara
yang nyata pada sifat mekanis dan dimensi polimer.
16,19
Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0,69 mgcm
2
.
14,21
Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan
beberapa lagi dapat menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik
sebesar 1 yang disebabkan oleh absorbs airmenyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0,23. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya
kontraksi.
16,18,19
e Crazing
Meskipun perubahan dimensi mungkin terjadi selama relaksasi tekanan, perubahan ini umumnya tidak menyebabkan kesulitan klinis. Sebaliknya, relaksasi
tekanan mungkin menimbulkan sedikit goresan permukaan yang dapat berdampak negatif terhadap estetika dan sifat fisik suatu protesa. Terbentuknya goresan atau
retakan mikro ini dinamakan crazing. Secara klinis, crazing terllihat sebagai retakan kecil yang terlihat timbul pada permukaan protesa. Crazing pada resin transparan
menimbulkan tampilan yang kabur dan tidak terang. Dari sudut pandang fisik, crazing dapat disebabkan oleh aplikasi tekanan atau resin yang larut sebagian. Tekanan tarik
tensile stress paling sering berperan pada pembentukan crazing di basis protesa. Dipercaya bahwa crazing disebabkan oleh pemisahan mekanik dari rantai-rantai
polimer individu pada saat ada tekanan tarik.
16,22,23
f Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik adalah ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin akrilik ,
kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.
19
g Kestabilan dimensional
Gigi tiruan resin akrilik memiliki stabilitas dimensi yang baik.
23
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik. Absorbs air dapat
menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik dapat terjadi hilangnya
Universitas Sumatera Utara
internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.
19
h Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah adalah baik. Penggunaan alkohol tidak dianjurkan untuk membersihkan gigi
tiruan karena dapat menyebabkan retaknya gigi tiruan. Etanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca.
15
i Kelarutan
Meskipun basis gigi tiruan resin akrilik larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah
kecil
monomer akan dilepaskan, namun bahan ini umumnya tidak larut dalam cairan rongga mulut.
24
2.2 Kekasaran Permukaan