2.1.1 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:
4,15,16,18
1. Bubuk mengandung : a
Polimer : polimetilmetakrilat sebagai unsur utama b
Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5 c
Reduces Translucency : Titanium dioksida d
Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan mulut: 1
e Fiber : serat nilon atau serat akrilik
f Plasticizer : dibutil pthalat
g Partikel inorganik, seperti serat kaca, zirconium silikat.
2. Cairan mengandung : a
Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap.
b Stabilisator : 0,006 inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang
polimerisasi selama penyimpanan. c
Cross linking agent : 2 ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi
panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik. d
Plasticizer : dibutil pthalat
2.1.2 Manipulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan manipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu:
a Perbandingan polimer dan monomer
Perbandingan polimer dan monomer yang tepat adalah penting dalam membuat protesa yang sangat cocok dengan sifat-sifat fisik seperti yang diharapkan.
Bila komponen bubuk dan cairan diaduk dalam perbandingan yang sesuai, dihasilkan massa menyerupai adonan.
16
Perbandingan polimer dan monomer yang umumnya digunakan adalah 3:1 satuan volume atau 2,5:1 satuan berat.
Bila monomer terlalu
Universitas Sumatera Utara
sedikit, maka tidak semua polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranula, tetapi monomer juga tidak boleh
terlalu banyak karena akan menyebabkan terjadinya kontraksi yang lebih besar 21 satuan volume dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada adonan resin akrilik
yang seharusnya 7 volume, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai fase dough konsistensi dan akhirnya menyebabkan timbulnya porositas
pada resin akrilik.
15,16,19
b Pencampuran
Ketika polimer dan monomer dicampur dengan perbandingan yang sesuai, dihasilkan massa yang dapat diproses.
16
Sebenarnya, massa yang dihasilkan melalui 5 tahap yang berbeda:
1 Tahap I : Polimer meresap ke dalam monomer membentuk suatu fluid yang tidak
bersatu sandigranular.
15,19
Selama tahap ini, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat molekuler. Butir-butir polimer tetap tidak berubah, dan konsistensi
adukan dapat digambarkan sebagai ‘kasar’ atau ‘berbutir’.
16
2 Tahap II : Selama tahap ini monomer masuk ke permukaan masing-masing
butiran polimer. Beberapa rantai polimer terdispersi dalam monomer cair. Rantai- rantai polimer ini melepaskan jalinan ikatan, sehingga meningkatkan kekentalan
adukan.
15,16
Tahap ini mempunyai ciri ‘berbenang’ atau ‘lengket’ bila bahan disentuh atau ditarik.
16,19
3 Tahap III : Tahap dough atau gel. Polimer telah jenuh didalam monomer. Massa
menjadi lebih halus dan dough like seperti adonan.
15,16,19
Pada tingkat molekul, jumlah rantai polimer yang memasuki larutan meningkat. Jadi, dibentuk suatu
larutan monomer dan polimer terlarut. Sejumlah besar polimer tidak larut juga ada. Adukan tersebut tidak lagi seperti benang dan tidak melekat pada permukaan
cawan atau spatula pengaduk.
16
4 Tahap IV : Tahap karet atau elastic. Monomer dihabiskan dengan penguapan dan
dengan penembusan lebih jauh ke dalam butir-butir polimer yang tersisa. Secara klinis, massa memantul bila ditekan atau diregangkan. Karena massa tidak lagi
Universitas Sumatera Utara
mengalir bebas, mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini tidak dapat dibentuk dengan teknik kompresi konvensional.
15,16
5 Tahap V : Penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bila dibiarkan selama
periode tertentu, adukan menjadi keras. Ini disebabkan karena penguapan monomer bebas. Secara klinis, adukan terlihat sangat kering dan tahan terhadap
deformasi mekanik.
15,16,19
c Mold lining
Setelah mastercast dikeluarkan dari mold, dinding mold harus diberi bahan separator could mold seal untuk mencegah merembesnya monomer ke bahan mold
dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan mold dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.
16,19
d Packing
Mengisi resin basis protesa dalam rongga mold di kuvet dinamakan packing. Proses ini merupakan satu tahap yang paling penting dalam pembuatan basis gigi
tiruan. Mold dalam kuvet harus diisi dengan tepat pada saat polimerisasi. Memasukkan bahan terlalu berlebihan, dinamakan overpacking, menyebabkan basis
gigi tiruan dengan ketebalan berlebihan serta perubahan posisi elemen gigi tiruan. Sebaliknya, dengan memasukkan bahan terlalu sedikit, disebut underpacking,
menyebabkan porus yang dapat dilihat pada basis gigi tiruan.
16
Sewaktu pengisian resin akrilik ke dalam mold perlu diperhatikan agar mold terisi penuh dan sewaktu di-
press terdapat tekanan yang cukup pada mold, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan adonan akrilik sedikit lebih banyak kedalam mold.
19
2.1.3 Proses Polimerisasi Resin Akrilik Curing