Kesimpulan Saran Tinjauan Penelitian Terdahulu.

69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneltiian dan pembahasan di bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa: 1 Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal memiliki pengaruh secara simultan terhadap Persistensi Laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. Secara parsial, Perbedaan Besar Positif dan Negatif Laba Akuntansi dan Laba Fiskal berpengaruh negatif terhadap Persistensi Laba sedangkan Perbedaan Kecil Laba Akuntansi dan Laba Fiskal berpengaruh positif terhadap Persistensi Laba. 2 Pretax Accrual mampu memoderasi hubungan antara Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal dengan Persistensi Laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Peneliti selanjutnya disarankan menambah waktu penelitian dan luas penelitian serta sampel yang digunakan tidak hanya perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Universitas Sumatera Utara 70 2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel perusahaan baik yang mengalami keuntungan maupun kerugian dalam usahanya. Penelitian ini hanya menggunakan perbedaan temporer dalam menentukan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal diharapkan penelliti selanjutnya menggunkan perbedaan permanen untuk menentukan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal. Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Persistensi Laba

Definisi persistensi laba menurut Penman 2001:340 adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang expected future earnings yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan current earnings. sedangkan menurut Meythi 2006:70, persistensi laba adalah properti laba yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan laba yang diperoleh saat ini sampai saat mendatang. Persistensi laba seing digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value. Selain itu, persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas yang terkandung dalam laba saat ini Penman, 2001:341. Bernstein 1993:87 dalam Sloan 1996:301 menyatakan bahwa komponen akrual dari current earnings cenderung kurang terulang lagi atau kurang persisten untuk menentukan laba masa depan karena mendasarkan pada akrual, defferred tangguhan, alokasi dan penilaian yang mempunyai distorsi subyektif. Beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten dibanding komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin Universitas Sumatera Utara 11 tinggi rasio aliran kas operasi terhadap laba bersih, maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut. SFAC No. 8 Bab 3 mengenai karakteristik kualitatif informasi akuntansi menyatakan bahwa kualitas primer informasi akuntansi adalah relevansi dan representasi. Untuk informasi akuntansi berupa laba, meskipun persistensi laba bukan merupakan komponen dari definisi kualitas primer laba, namun persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba. Karena dalam karakter relevansi terdapat komponen nilai prediktif laba, dimana salah satu unsur nilai prediktif laba adalah persistensi laba. Ohlson 1995:667 dalam Barth dan Hutton 2004:89 juga menggunakan persistensi laba sebagai karakteristik nilai relevan dalam model penilaiannya. Oleh karena persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan. Djamaluddin 2008:59 menyatakan bahwa masih terdapat beberapa pendapat yang mendukung dan menentang pernyataan mengenai apakah perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal dapat mencerminkan informasi tentang persistensi laba. Pendapat yang mendukung berasal dari beberapa literatur analisis keuangan yang menyatakan bahwa naiknya laba yang dilaporkan oleh manajemen yang disebabkan oleh pilihan metoda akuntansi dalam proses akrual akan menyebabkan adanya perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal. Djamaluddin 2008:58 menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara 12 kenaikan utang pajak tangguhan, yang mencerminkan laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal mengindikasikan kualitas laba semakin buruk. Karena berkurangnya saldo aktiva pajak tangguhan harus diinvestigasi lebih lanjut, karena perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk menaikkan laba secara semu. Sedangkan pendapat yang menentang bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal dapat mencerminkan informasi tentang persistensi laba sekarang adalah adanya suatu penjelasan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal dapat dihasilkan melalui strategi tax-planning. Namun ada asumsi implisit yang mendasari penelitian perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal untuk menilai kualitas laba, bahwa terdapat variasi cross sectional dalam kemampuan manajer untuk memanipulasi pelaporan laba akuntansi, tetapi tidak ada variasi cross sectional dalam kemampuan manajer untuk memanipulasi pelaporan laba kena pajak Djamaluddin, 2008: 90. Penelitian ini mendasarkan pendapat dalam literatur analisis keuangan yang fokus utamanya adalah pada perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal book-tax differences dimana laba akuntansi lebih besar dibanding laba kena pajak perbedaan positif, dan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal tersebut dapat digunakan untuk menilai kualitas laba akuntansi. Beberapa penelitian sebelumnya mengasumsikan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal mengindikasikan kualitas laba rendah karena subyektivitas dalam proses akrual untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding untuk tujuan Universitas Sumatera Utara 13 pajak. Jika perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal menunjukkan subjektivitas dalam proses akrual pelaporan keuangan, maka perusahaan dengan perbedaan besar positif atau negatif laba akuntansi dan laba fiskal akan menunjukkan komponen laba akrual yang kurang persisten dibanding perusahaan yang memiliki perbedaan kecil laba akuntansi dan laba fiskal.

2.1.2 Kualitas Laba Akuntansi

Laba dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor dan kreditor sehingga laba tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tersebut. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi asimetri antara manajemen dan pihak di luar perusahaan. Pihak internal perusahaan secara umum mempunyai lebih banyak informasi mengenai kondisi nyata perusahaan saat ini dan prospeknya dimasa depan dibanding pihak eksternal. Oleh karena itu, kualitas laba akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen menjadi pusat perhatian pihak eksternal perusahaan. Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian perceived noise, dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya Chandrarin, 2001:117. Hayn 1995:98 menjelaskan bahwa gangguan persepsian dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori transitory events atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi. Peristiwa Universitas Sumatera Utara 14 transitori adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu dan hanya berpengaruh pada perioda terjadinya peristiwa tersebut. Chandrarin 2001:103 juga menjelaskan bahwa komponen transitori merupakan komponen yang hanya berpengaruh pada perioda tertentu, terjadinya tidak persisten atau tidak terus-menerus, dan mengakibatkan angka laba rugi yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi berfluktuasi. Semakin besar gangguan persepsian yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin rendah kualitas laba akuntansi. Biaya manfaat pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan temporer antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat dianggap sebagai gangguan persepsian dalam laba akuntansi, karena dua hal: 1 biaya manfaat pajak tangguhan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi merupakan hasil dari penerapan konsep akuntansi akrual dalam pengakuan pendapatan dan biaya serta memiliki konsekuensi pajak; 2 biaya manfaat pajak tangguhan yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi merupakan komponen transitori, yang berarti bahwa biaya manfaat pajak tangguhan tersebut tidak terjadi secara terus-menerus dan hanya terjadi dalam perioda tertentu, yaitu selama perusahaan menerapkan metoda dan kebijakan akuntansi yang berbeda dengan peraturan pajak. 2.1.3 Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Book-tax Difference Perbedaan antara standar akuntansi dengan ketentuan pajak mengharuskan manajemen untuk menyusun dua macam laporan laba rugi pada setiap akhir periode, yaitu laporan laba rugi komersial dan laporan laba Universitas Sumatera Utara 15 rugi fiskal. Laporan laba rugi komersial merupakan pelaporan laba yang dibuat berdasarkan standar akuntansi keuangan dan menghasilkan laba bersih sebelum pajak laba akuntansi, sedangkan laporan laba rugi fiskal dibuat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak taxable income atau laba fiskal. Menurut Lestari 2011: 43 perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, tahun pajak atau tahun buku, metode akuntansi yang digunakan dan konsep yang menjadi acuannya, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu kepada standar akuntansi keuangan. Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba rugi suatu entitas yang pada akhirnya akan menimbulkan jumlah laba yang berbeda antara laba akuntansi dengan laba fiskal atau yang dikenal dengan istilah perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal book-tax differences. Peraturan pajak yang berlaku di Indonesia mengharuskan laporan laba rugi fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang digunakan perusahaan dalam menghitung laba akuntansi, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut. Untuk menentukan besarnya laba rugi fiskal, perusahaan Universitas Sumatera Utara 16 melakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal melalui perbedaan permanen dan perbedaan temporer atau koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif Lestari, 2011:47. Penyesuaian yang dilakukan terhadap penghasilan atau biaya yang termasuk koreksi fiskal positif adalah penghasilan yang menurut fiskal akan bertambah dan atau biaya yang berkurang menurut fiskal atau dengan kata lain koreksi fiskal positif adalah koreksi yang akan menyebabkan laba fiskal bertambah. Di sisi lain, penyesuaian yang dilakukan terhadap penghasilan atau biaya yang termasuk koreksi fiskal negatif adalah penghasilan yang menurut fiskal akan berkurang dan atau biaya yang bertambah menurut fiskal atau dengan kata lain koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang akan menyebabkan laba fiskal berkurang.

2.1.4 Perbedaan Permanen Permanent Differences

Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Jadi dapat dikatakan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan. Begitu juga sebaliknya, ada beberapa biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan termasuk biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan, sedangkan menurut komersial biaya tersebut Universitas Sumatera Utara 17 diperhitungkan sebagai biaya. Pada umumnya perbedaan permanen yang terjadi akibat perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya terdapat pada: 1 Jenis Penghasilan Bukan Objek Pajak Perbedaan yang tercantum dalam pasal 4 ayat 3 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 berkenaan dengan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Jadi, setiap penghasilan yang termasuk dalam pasal ini harus dikeluarkan dari laporan laba rugi komersial untuk memperoleh laba fiskal. Berikut ini adalah beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak menurut Pasal 4 ayat 3 UU No. 36 Tahun 2008 yang relevan dengan objek penelitian: a. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; b. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negei, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dua puluh lima persen dari jumlah modal yang disetor; Universitas Sumatera Utara 18 c. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai; d. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan; e. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha kegiatan di Indonesia; f. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan danatau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama empat tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut; g. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan sosial kepada wajib pajak tertentu. 2 Biaya-biaya yang tidak diperkenankan dikurang dari Penghasilan Kena Pajak Non Deductible Expenses Perbedaan yang tercantum dalam pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang Pajak Penghasilan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Seperti halnya dengan perlakuan terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, jika terdapat Universitas Sumatera Utara 19 pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dalam sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial maka harus dikeluarkan untuk memperoleh laba fiskal. Berikut beberapa contoh pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya: a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan; e. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan; f. Pajak penghasilan; g. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; h. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan. Universitas Sumatera Utara 20 Menurut waluyo 2008:103 perbedaan permanen terdiri dari: a. Penghasilan yang telah dipotong PPh final Sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 UU PPh atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial. b. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tercantum dalam Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Pajak penghasilan. Penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial. c. Pengeluaran yang termasuk dalam non deductible expense dan tidak termasuk dalam deductible expense. Perbedaan permanen dapat memengaruhi salah satu dari laporan keuangan tersebut, baik laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi keuangan, maupun laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan, tetapi tidak kedua-duanya Lestari, 2011: 102. Universitas Sumatera Utara 21

2.1.5 Perbedaan Temporer Temporary Differences

Perbedaan temporer atau beda waktu merupakan perbedaan waktu pengakuan penghasilan atau biaya antara pajak dan akuntansi sehingga mengakibatkan besarnya laba akuntansi lebih tinggi daripada laba pajak atau sebaliknya dalam suatu periode Lestari, 2011: 98. Perbedaan temporer muncul karena adanya perbedaan tujuan antara akuntansi dengan aturan pajak. Untuk tujuan pelaporan keuangan, pendapatan diakui ketika diperoleh dan biaya diakui pada saat terjadinya, atau accrual basic. Dan Prinsip Akuntansi Berterima Umum PABU memberikan kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akutansinya. Manajer dapat memilih salah satu diantara beberapa metode akuntansi yang berbeda, misalnya dalam penentuan metode depresiasi dan pengestimasian periode depresiasi dan amortisasi, serta manajer bebas menggunakan pertimbangannya untuk menentukan besarnya cadangan dana yang dapat mengurangi laba, misalnya penentuan cadangan piutang tidak tertagih, cadangan kompensasi, cadangan garansi, dan lain-lain Mills dan Newberry 2001:11 dalam Wijayanti, 2006:71. Sedangkan untuk tujuan pajak, perusahaan hanya mengakui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan. Dengan kata lain, pendapatan dicatat ketika kas diterima, penangguhan pendapatan unearned tidak dimasukkan dalam laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas dikeluarkan, atau cash basic. Hal ini Universitas Sumatera Utara 22 dikarenakan peraturan pajak tidak memperkenankan adanya pengestimasian dan pencadangan biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak serta peraturan perpajakan tidak memberikan banyak keleluasaan bagi manajemen dalam menggunakan estimasi atau metode akuntansi dalam pelaporan pajak perusahaan Wijayanti, 2006:73. Berdasarkan dua kelompok penyebab perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, penelitian ini hanya memfokuskan pada perbedaan temporer sesuai dengan model penelitian Hanlon 2005:141. Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen dalam analisis utama karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi perioda terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dimasa depan future taxable and future deductible amounts, yang berhubungan dengan proses akrual sehingga dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan. Pengakuan pajak penghasilan dalam PSAK No. 46, telah menerapkan metoda akuntansi pajak penghasilan secara komprehensif dengan pendekatan aktiva-kewajiban atau balance-sheet approach Harnanto, 110:176. Metoda akuntansi pajak penghasilan yang berorientasi pada neraca mengakui kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan yang disebabkan oleh adanya perbedaan Universitas Sumatera Utara 23 temporer dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan. Untuk itu, perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan deferred tax expense, yang berarti bahwa kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak. Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya keuntungan atau manfaat pajak tangguhan deferred tax benefit, yang berarti bahwa kenaikan aktiva pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak Phillips, dkk, 2003: 507.

2.1.6 Perbedaan Besar Positif Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Large Positive Book-Tax Differences

Perbedaan besar positif laba akuntansi dan laba fiskal Large positive book-tax differences merupakan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih besar dari laba fiskal. Perbedaan besar positif laba akuntansi dan laba fiskal terjadi akibat adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan Harnanto, 2003:89. Menurut Waluyo 2008:106 perbedaan besar positif laba akuntansi dan laba fiskal timbul apabila perbedaan temporer atau perbedaan waktu Universitas Sumatera Utara 24 menyebabkan terjadinya koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial laba akuntansi sebelum pajak penghasilan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan undang-undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut. Dengan adanya koreksi tersebut beban pajak menurut akuntansi lebih besar dari pada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga perbedaan besar positif laba akuntansi dan laba fiskal large positive book-tax differences akan menimbulkan beban pajak tangguhan deffered tax exspenses di laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan deffered tax liabilities di neraca. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang payable untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Menurut Harnanto 2003:94 secara garis besar penyebab timbulnya perbedaan besar positif laba akuntansi dan laba fiskal ada dua, yaitu: a. Terdapatnya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui dalam laporan keuangan tahun berjalan. sebagai contoh, keuntungan yang belum direalisasikan atas investasi dalam efek yang diperdagangkan pada periode terjadinya. Kenaikan nilai tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Sedangkan dalam penghitungan pajak keuntungan tersebut belum diakui. Pajak baru mengakui keuntungan tersebut apabila keuntungan tersebut telah terealisasi yaitu pada saat efek tersebut dijual. Universitas Sumatera Utara 25 b. Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perhitungan pajak tahun berjalan, tetapi baru akan dikurangkan dalam tahun mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan. Sebagai contoh, beban penyusutan yang timbul akibat perbedaan masa manfaat aktiva menurut undang-undang pajak penghasilan, dimana masa manfaat aktiva lebih pendek dibandingkan estimasi masa manfaat aktiva yang dilakukan oleh manajemen, sehingga beban penyusutan menurut pajak lebih besar dari perhitungan dalam laporan keuangan komersil. Akibatnya laba komersil sebelum pajak lebih besar dari laba fiskal.

2.1.7 Perbedaan Besar Negatif Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Large Negative Book-Tax Differences

Menurut Harnanto 2003:97 perbedaan besar negatif laba akuntansi dan laba fiskal Large negative book-tax differences adalah selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil dari laba fiskal. Karena adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan jadi terbentuk perbedaan besar negatif laba akuntansi dan laba fiskal Large negative book-tax differences. Perbedaan besar negatif laba akuntansi dan laba fiskal Large negative book-tax differences timbul apabila perbedaan temporer atau perbedaan waktu menyebabkan terjadinya koreksi fiskal positif dalam laporan rekonsiliasi fiskal. Koreksi fiskal positif terjadi ketika penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial laba akuntansi sebelum pajak dalam rangka Universitas Sumatera Utara 26 menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan undang-undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi biaya -biaya komersial tersebut, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan deffered tax benefit di laba rugi dan aktiva pajak tangguhan deffered tax asset di neraca. Aktiva pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan recovable pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian Fatkhur, 2013:54. Menurut Fatkhur 2013:57 secara garis besar perbedaan besar negatif laba akuntansi dan laba fiskal timbul akibat dua hal, yaitu: a. Terdapatnya penghasilan atau keuntungan kena pajak belum diakui di laporan keuangan tetapi telah diakui di laporan perpajakan. Sebagai contoh, pendapatan sewa yang diterima dimuka diakui sebagai pendapatan untuk tujuan perpajakan namun diakui pada periode – periode di masa depan untuk tujuan laporan keuangan. b. Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perpajakan pada tahun mendatang, tetapi dikurangkan pada tahun berjalan untuk tujuan pelaporan keuangan. Sebagai contoh, beban garansi dan beban piutang tak tertagih boleh dikurangkan untuk tujuan perpajakan hanya ketika benar-benar terjadi atau kerugian benar-benar Universitas Sumatera Utara 27 terealisasi, tetapi biaya tersebut diperhitungkan dimuka untuk tujuan pelaporan keuangan.

2.1.8 Perbedaan Kecil Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Small Book- Tax Differences

Menurut Fatkhur 2013:58 perbedaan kecil laba akuntansi dan laba fiskal Small book-tax differences adalah merupakan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, dimana mempunyai nilai perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal yang relatif kecil, sehingga mengindikasikan kualitas laba yang dihasilkan baik. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok perbedaan kecil laba akuntansi dan laba fiskal small book-tax differences dan perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal large book- tax differences dapat ditentukan dengan melakukan sistem quantile. Sistem quantile dilakukan dengan cara mengurutkan perbedaan temporer perusahaan yang diwakili dengan akun beban pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan kemudian seperlima urutan tertinggi masuk dalam kelompok perbedaan besar positif laba akuntansi dan laba fiskal dan seperlima terendah masuk dalam kelompok perbedaan besar negatif laba akuntansi dan laba fiskal, sedangkan sisanya termasuk dalam kelompok perbedaan kecil laba akuntansi dan laba fiskal Hanlon, 2005: 143.

2.1.9 Komponen Akrual

Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan selama ini didasari pada akuntansi akrual accrual-based ccounting, karena masih relevan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Menurut Financial Universitas Sumatera Utara 28 Accounting Standars Board SFAC no.6, 1985:139 menyatakan bahwa akuntansi akrual umumnya menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan dan hasil operasi yang lebih akurat dan lebih baik lagi dibandingkan informasi yang hanya menampilkan penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam PSAK no. 1 paragraf 25 2007 juga menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan adanya dasar tersebut pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan akrual memberikan informasi pada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas saja, melainkan juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang diterima di masa datang. Sloan 1996:300 menguji sifat kandungan informasi komponen akrual dan komponen arus kas, informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja laba yang teratribut pada komponen akrual menggambarkan persistensi yang lebih rendah daripada kinerja laba yang teratribut pada komponen kas. Sloan 1996:305 juga menunjukkan bahwa harga saham bereaksi jika investor percaya pada laba, gagal membedakan antara properties komponen akrual dan komponen arus kas. Sloan 1996:306 berpendapat bahwa hasil penelitian ini konsisten Universitas Sumatera Utara 29 dengan fiksasi laba oleh sebagian kecil partisipan pasar terhadap jumlah total laba yang dilaporkan tanpa memperhatikan besarnya komponen akrual dan komponen arus kas.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu.

Hanlon 2005 meneliti tentang “The Persistence and Pricing of Earning, Accrual, and Cash Flow When Firms Have Large Book-Tax Differences ”. Penelitian dilakukan di NYSE. Dengan menggunakan 4.048 sempel pada rentang periode 1994-2000, dan dengan menggunakan standar perpajakan yang berlaku di Amerika Serikat hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang besar baik postif maupun negatif akan cenderung mengalami persistensi laba yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang memiliki perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang kecil. Wijayanti 2006 meneliti “Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas ”. Dengan menggunakan 40 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ pada rentang periode 2000-2004, menghasilkan kesimpulan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap persistensi laba akuntansi satu periode kedepan, dan perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang tinggi signifikan secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang kecil. Universitas Sumatera Utara 30 Penelitian terhadap persistensi laba dilakukan oleh Meythi 2006 dengan judul “ Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening”. Dengan menggunakan 54 sampel perusahaan jasa non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ pada rentang periode 2000-2004. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Penelitian mengenai persistensi selanjutnya dilakukan oleh Margaretta dengan judul “ Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba “. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen ukuran perusahaan, persistensi laba, prediktabilitas laba dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persistensi laba berpengaruh signifikan terhadap koefisien respon laba. Djamaluddin 2008: 55 meneliti “Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas ”, dan hasilnya menunjukkan bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh secara negatif terhadap persistensi laba. Penelitian ini menggunakan 20 perusahaan perbankan sebagai sampelnya. Dan hasilnya menunjukkan bahwa perbedaan laba akuntansi dan fiskal berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Beberapa peneliti kualitas laba telah memusatkan perhatiannya pada selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal Manzon dan Plesko, 2002:206 dalam Djamaluddin, 2008:57. Mereka berpendapat bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal book-tax differences dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Universitas Sumatera Utara 31 Beberapa penelitian telah memberikan bukti peranan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal untuk menilai kualitas laba melalui praktik manajemen laba, namun belum ada bukti secara langsung bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal dapat mempengaruhi persistensi laba, karena menurut Jonas dan Blanchet dalam Djamluddin 2008:58, persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba, dan persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba. Tinjauan penelitian terdahulu dari penelitian ini dapat diringkaskan sebagai berikut: Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu NO. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Hanlon 2005 The Persistence and Pricing of Earnings, Accrual and Cash Flow when Firm Have Large Book- Tax Differences. Variabel Dependen: Earning Persistence Variabel Independen: accrual, cash flow, deffered tax perusahaan dengan positive book tax differences yang besar cenderung memiliki persistensi laba yang lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan small book tax differences yang kecil, dan perusahaan dengan negative book tax differences yang besar cenderung memiliki persistensi laba, akrual, dan arus kas yang lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan book tax differences yang kecil. 2. Margaretta 2006 Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba. Variabel Dependen: persistensi laba Variabel Independen: ukuran perusahaan, prediktabilitas, hasilnya menunjukkan bahwa persistensi laba berpengaruh secara signifikan terhadap koefisien respon laba. Universitas Sumatera Utara 32 karakteristik perusahaan 3. Wijayanti 2006 Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas Variabel Dependen: Laba sebelum pajak masa depan Variabel Independen: kumulatif return tidak normal masa depan, aliran kas operasi, laba akrual. Book-tax differences mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap persistensi laba akuntansi satu periode kedepan, dan perusahaan dengan book- tax differences yang tinggi signifikan secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan book- tax differences yang kecil. 4. Djamaluddin 2008 Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi laba, Akrual Dan Aliran Kas Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Variabel Dependen: Laba akuntansi sebelum pajak yang akan datang Variabel Independen: laba sebelum pajak saat ini, CAR perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, aliran kas operasi, dan laba akrual Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh negatif terhadap persistensi laba dan harga saham tidak dapat menjelaskan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi. 5. Meythi 2006 Pengaruh Arus Kas Terhadap Harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Variabel Dependen: persistensi laba Variabel Independen: Arus kas, harga saham, Hasilnya menunjukkan bahwa arus kas tidak berpengaruh terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening.

2.3. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

6 53 101

Pengaruh laba tahun berjalan, akrual, dan arus kas terhadap persistensi laba dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal sebagai veriabel moderating

3 16 99

Analisis Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal dan Komponen Laba Terhadap Persistensi Laba BAB 0

0 4 18

PENGARUH PERBEDAAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

3 9 14

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 5