Penyebab kematian dari 5 kasus kematian yang dirujuk oleh dokter specialist adalah 4 kasus PEB dan 1 kasus komplikasi non obstetrik.
Menurut Mochtar 1998, faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian maternal di Indonesia, salah satunya adalah faktor sistem rujukan,
dimana ahli kebidanan belum terdistribusi secara merata keseluruh kabupaten. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan tingginya kasus
rujukan dari seorang bidan, banyak pasien yang masih mempercayakan proses persalinan dan antenatalcare ke bidan mereka.
5.2.4. Jumlah Kehamilan
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil penelitian kejadian kematian maternal yang terbanyak berada pada kelompok ibu multigravida, yaitu sebanyak
15 kematian 62,5, dan sisanya 9 kematian 37,5 pada kelompok ibu primigravida.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Bukar et al 2013, yaitu multigravida merupakan penyebab kematian paling banyak. Hasil ini turut
didukung Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013, yang menyatakan salah satu faktor penyebab tingginya angka
kematian maternal adalah terlalu banyak anak. Menurut Mochtar 1998, salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya
angka kematian maternal di Indonesai adalah jumlah paritas.
5.2.5. Asal
Dari hasil penelitian, berdasarkan tabel 5.4 didapatkan kematian maternal yang paling banyak adalah pasien-pasien yang berasal dari daerah medan, dengan
16 kematian66,7 dari total 24 kematian, dan 8 kematian 33,3 adalah pasien yang berasal dari luar Medan dan dirujuk ke RSUD dr. Pirngadi Medan.
Dari 8 kematian dari luar Medan tersebut, 4 adalah pasien rujukan dari Deli Serdang, 2 dari Aceh, dan masing-masing 1 dari Batu Bara dan Toba Samosir.
Adanya kematian yang berasal dari daerah yang jauh mengambarkan suatu kejadian yang multifaktorial, mulai dari faktor sistem rujukan yang masih perlu
Universitas Sumatera Utara
dibenahi, faktor sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan, dan faktor 3 terlalu dan 4 terlambat yang harus lebih dicermati.
5.2.6. Jenis Persalinan
Berdasarkan tabel 5.5. didapatkan hasil penelitian untuk kejadian kematian maternal sebanyak 24 orang, 15 orang diantaranya 62,5 menjalani persalinan
secara Seksio Caecarean, 6 orang 25 menjalani partus spontan pervaginam, dan 3 orang 12,5 tidak menjalani persalinan dan meninggal.
Berdasarkan tabel 5.9, Penyebab kematian 6 pasien yang menjalin persalinan PSP adalah 3 kasus komplikasi non-obstetrik dan 3 kasus sepsis syok.
Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Kirana 2012, dimana 87,5 sampel yang mengalami kematian menjalani persalinan seksio caecarean.
Tingginya kematian pada pasien yang menjalani persalinan seksio caecaream sejalan dengan tingginya kematian akibat PEB, dimana hampir seluruh
pasien yang mengalami PEB, pada akhirnya harus menjalani persalinan seksio caecarean atas berbagai indikasi dan pertimbangan.
5.2.7. Waktu Kematian
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil penelitian, kematian terbanyak terjadi pada masa nifas yaitu sebanyak 19 orang 79,2, diikuti oleh kematian
pada masa kehamilan sebanyak 3 orang 12,5, dan terakhir kematian pada masa persalinan sebanyak 2 orang 8,3.
Kematian terbanyak terjadi pada masa nifas juga didapatkan pada penelitian Rana, Shohreh, dan Nouzar 2013, kematian paling banyak 87,5
terjadi pada saat postpartum.
5.2.8. Lama Rawatan