semua jaringan, termasuk folikel yang kemudian dapat menimbulkan akne. Insulin dan IGF-1 menstimulasi sintesis androgen pada jaringan testis dan
ovarium. Lebih lanjut, insulin dan IGF-1 menginhibisi sintesis sex hormone binding protein SHBP di hepar sehingga bioavailability androgen meningkat
Goklas, 2011. Tidur larut malam juga menyebabkan perubahan kerangka mental dan
emosional yang dapat menyebabkan depresi. Depresi menciptakan sikap negatif dalam pikiran seseorang yang menghambat keseluruhan kesejahteraan. Secara
keseluruhan, kesehatan yang buruk mengurangi kemampuan penyembuhan tubuh. Dengan demikian, mempengaruhi akne dengan cara yang negatif Wahyuningsih,
2011. Meskipun tidur larut malam tidak memberikan kontribusi terhadap
pembentukan akne secara langsung, namun faktor-faktor yang dihasilkan bertanggung jawab untuk pembentukan akne Sonkushre, 2011.
2.3 Tidur
2.3.1 Fisiologi Tidur
Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya
Guyton, 2007. Beberapa ahli berpendapat bahawa tidur diyakini dapat memulihkan tenaga kerana tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan
penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan berikutnya Potter, 2005. Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu
Reticular Activating System RAS dan Bulbar Synchronizing Region BSR. RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. RAS
melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR Hidayat, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Tahapan Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu fase Rapid Eye Movement REM dan fase Non Rapid Eye Movement NREM. Fase awal tidur didahului fase
NREM kemudian diikuti fase REM. 1.
Fase NREM Menurut Andayani 2009, tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
Stadium 1: saat transisi antara bangun penuh dan tidur, sekitar 30 detik sampai 7 menit dengan karakteristik gelombang otak low-voltage pada
pemeriksaan electroencephalografi EEG. Stadium 2 : Juga ditandai dengan gelombang otak low-voltage pada EEG.
Perbedaan dengan stadium 1 adalah adanya gelombang high voltage yang disebut “sleep spindles” dan K complexes.
Stadium 3 4 : sering disebut tidur yang dalam atau “delta sleep”. EEG menunjukkan gelombang yang lambat dengan amplitudo tinggi.
Fase tidur NREM biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit. Setelah itu akan masuk ke fase REM.
2. Fase REM Ditandai oleh periode autonom yang bervariasi, seperti perubahan detak
jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan berkeringat. Pada stadium inilah mimpi saat tidur terjadi Andayani, 2009.
Dua puluh lima persen waktu tidur dihabiskan pada status REM dan 75 pada status non REM. Pada orang muda yang sehat waktu yang dibutuhkan dari
stadium 1 sampai dengan 3 hanya 45 menit. Stadium 4 berlangsung sekitar 70-120 menit, berulang sampai 6 kali sebelum terbangun. Pada tidur yang normal terdapat
kecenderungan perpindahan stadium dari tidur yang dalam menuju tidur yang ringan. Empat jam pertama tidur terdiri atas pengulangan status non REM dan
kebanyakan berada pada stadium 3 dan 4, sedangkan 4 jam kedua lebih banyak
terjadi pengulangan pada stadium 1 dan 2 serta status REM Andayani, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Kebutuhan Tidur Menurut Usia