WIB Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Total 120 100 Dari tabel 5.7. didapati bahwa 77 orang 64,2 dari 120 orang memiliki jumlah waktu tidur malam yang “kurang” 7 jam sehari. Sedangkan, 43 orang 35,8 memiliki jumlah waktu tidur malam yang “cukup” ≥ 7 jam. 5.1.5 Hubungan Tidur Larut Malam dengan kejadian Akne Vulgaris Tabel 5.8 Ditribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Tidur Larut Malam Waktu Tidur Malam Total p value

23.00 WIB

≥ 23.00 WIB Akne Vulgaris 26 96.3 68 73.1 94 78.3 0,010 Non-Akne Vulgaris 1 3.7 25 26.9 26 21.7 Total 27 100 93 100 120 100 Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa, 26 orang 96,3 mengalami akne vulgaris yang memiliki kebiasaan tidur pukul 23.00 WIB, dan hanya 1 orang 3,7 tidak mengalami akne vulgaris yang memiliki kebiasaan tidur pukul 23.00 WIB. Sedangkan, 68 orang 73,1 mengalami akne vulgaris yang memiliki kebiasaan tidur ≥ pukul 23.00 WIB dan 25 orang 26,9 tidak mengalami akne vulgaris yang memiliki kebiasaan tidur ≥ pukul 23.00 WIB. Dengan perhitungan uji chi-square didapati bahwa terdapat hubungan antara tidur larut malam terhadap kejadian akne vulgaris, dimana p value 0,05. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9 Ditribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Waktu Tidur Malam Jumlah Waktu Tidur Malam Total p value ≥ 7 jam 7 jam Akne Vulgaris 29 67.4 65 84.4 94 78.3 0,030 Non-Akne Vulgaris 14 32.6 12 15.6 26 21.7 Total 43 100 77 100 120 100 Berdasarkan tabel diatas, terdapat 77 orang dengan kuantitas tidur “kurang” 7 jamhari, 65 orang 84,4 menderita akne dan 12 orang 15,6 tidak menderita akne vulgaris. Terdapat 43 orang dengan kuantitas tidur cukup ≥7 jamhari, 29 orang 67,4 menderita akne vulgaris dan 14 orang 32,6 tidak menderita akne vulgaris. Sedangkan, dengan perhitungan uji chi-square didapati bahwa terdapat hubungan antara jumlah waktu tidur malam terhadap kejadian akne vulgaris, dimana p value 0,05.

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian pada data tabel 5.8. dijumpai 120 orang, diketahui bahawa 26 orang 96,3 mengalami akne vulgaris yang memiliki kebiasaan tidur pukul 23.00 WIB, dan hanya 1 orang 3,7 tidak mengalami akne vulgaris yang memiliki kebiasaan tidur pukul 23.00 WIB. Sedangkan, 68 orang 73,1 mengalami akne vulgaris yang memiliki kebiasaan tidur ≥ pukul 23.00 WIB dan 25 orang 26,9 tidak mengalami akne vulgaris yang memiliki kebiasaan tidur ≥ pukul 23.00 WIB. Dari hasil penelitian pada data tabel 5.9. dijumpai 120 orang, terdapat 77 orang dengan kuantitas tidur “kurang” 7 jamhari, 65 orang 84,4 menderita akne dan 12 orang 15,6 tidak menderita akne vulgaris. Terdapat 43 orang responden dengan kuantitas tidur cukup ≥7 jamhar i, 29 orang 67,4 Universitas Sumatera Utara menderita akne vulgaris dan 14 orang 32,6 tidak menderita akne vulgaris. Kesimpulan dari hasil penelitian saya adalah terdapat hubungan antara tidur larut malam dan jumlah waktu tidur malam terhadap kejadian akne vulgaris dengan nilai p 0,05. Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kubota et al., dimana kurangnya tidur sebagai salah satu faktor yang memicu timbul dan eksaserbasi akne, begitu juga dengan hasil penelitian Pujiastuti dimana terdapat hubungan antara waktu tidur malam dengan terjadinya akne vulgaris. Akne vulgaris merupakan penyakit peradangan kronik pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista.Tidur larut malam dapat menyebabakan terjadinya pengurangan waktu tidur normal. Jika durasi tidur yang kurang mempengaruhi timbulnya akne vulgaris secara tidak langsung. Durasi tidur yang kurang menyebabakan seseorang akan rentan terhdap stres. Stres akan merangsang hipotalamus untuk memproduksi Corticotropin Releasing Factor CRF, CRF inilah yang akan menstimulasi hipofisis anterior, sehingga terjadi peningkatan kadar Adenocorticotropin Hormon ACTH. Terjadinya peningkatan kadar ACTH dalam darah akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal meningkat. Salah satu hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah hormon androgen, sehingga aktivitas korteks yang meningkat akan mengakibatkan peningkatan kadar hormon androgen. Jadi, peningakatan hormon androgen ini berperan penting dalam timbulnya akne Kurniawan, 2011. Selain itu,stress akibat kurang tidur juga dapat menyebabkan tubuh meningkatkan produksi mediator-mediator sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan TNF- α. Sitokin tersebut memiliki kandungan protein tinggi yang merupakan penyebab utama akne jika konsentrasinya terlalu banyak. Peran sitokin ini adalah meningkatkan sekresi lipid tubuh dari kelenjar sebasea dan membuat kulit lebih cenderung mengalami akne. Kurang tidur dapat menyebabakan resistensi insulin meningkat. Dengan demikian memaksa tubuh untuk memproduksi lebih banyak insulin. Hal ini juga menyebabakan produksi sebum meningkat dan peradangan yang menyebabkan Universitas Sumatera Utara potensi untuk pembentukan akne.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis statistik yang didapat, maka saya menyimpulkan: 1. Dari jumlah total 120 responden, dijumpai sebanyak 94 responden 78,3 menderita akne vulgaris. Dengan 35 orang berjenis kelamin laki- laki dan 59 orang lainnya berjenis kelamin perempuan. 2. Dari 120 responden, ditemukan bahwa sebanyak 27 responden 22,5 memiliki kebiasaan tidur pukul 23.00 WIB dan 93 responden 77,5 tidur