Tabel 2.2. Perbedaan migren tanpa aura dengan migren aura Migren tanpa aura
Migren aura
prevalensi 14.7
7.9 Rasio laki-laki : perempuan
1:2,2 1:1,5
Usia saat onset Sesuai kurva normal
unimodal Kurva dengan dua
puncak bimodal
Sensitivitas terhadap hormon wanita
-migren menstruasi -onset migren dan menarche
sama -migren ovulasi
24,8 64,3
3,6 8,1
6,6
Sensitifitas terhadap
sinar terang
-
Pola keluarga Frekuensi serangan
Sering Jarang
Lama serangan Panjang
Pendek Penurunan CBF
- +
dikutip dari : Harsono, 2011. 2.8
Diagnosis Migren
Diagnosis migren ditegakkan berdasarkan anamnesis, karena nyeri kepala merupakan keluhan yang sangat subjektif, jarang sekali didapatkan kelainan
neurologis dan bila ada biasanya terjadi saat serangan.
2.8.1 Anamnesis
Dalam anamnesis perlu digali lokasi, penjalaran, intensitas, kualitas, gejala premonitory, aura, gejala penyerta, faktor pencetus, faktor peringanperberat dan
riwayat keluarga. Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti ketepatan diagnosis migren mencapai 95. Apabila didapatkan kelainan neurologis saat
serangan migren, untuk membedakan dengan kelainan neurologis lain perlu dilakukan pemeriksaan ulang saat bebas serangan, sebelum dilakukan
pemeriksaan penunjang lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
Disamping pemeriksaan fisik secara umum, dilakukan pemeriksaan neurologis yang meliputi: Nervus kranialis, pupil, lapangan pandang, gerakan
bola mata, funduskopi untuk evaluasi keadaan n. II, retina dan pembuluh darah retina, kekuatan otot, tonus dan koordinasi,reflex fisiologis dan patologis, sensorik
terutama sensorik kortikal stereognosis, gait, bising orbita, palpasi arteri superfisialis temporalis.
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang diperlukan bila dicurigai adanya kelainan
struktural yang mempunyai gejala seperti migren Sprenger, 2012. a. EEG. Gambaran abnormal yang sering dijumpai adalah perlambatan
aktifitas listrik, peningkatan gelombang teta dan delta di daerah kepala belakang, pada sisi nyeri kepala kadang-kadang didapatkan gelombang
tajam yang tidak spesifik. b. MRI Magnetic Resonance Imaging. Pemeriksaan MRI pada 91
penderita migren dan 98 kontrol, didapatkan lesi kecil di substansia alba pada 15 dari 51 penderita 29,4, sedangkan pada kontrol 11 dari 98
orang 11,2 dan ini mempunyai perbedaan bermakna. c. PET Positron Emission Tomography. Sachs membangkitkan serangan
migren pada 5 penderita dengan injeksi reserpin subkutan, kemudian dilakukan pemeriksaan PET 1,5 jam setelah pemberian, terjadi penurunan
yang bermakna pada metabolisme glukosa pada penderita migren.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Penatalaksanaan Migren