b. Salinitas
Estuari adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut yang bersalinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar yang
bersalinitas rendah. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang
bervariasi. Interaksi antara air laut dan air tawar ini akan berpengaruh pada perairan mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan terutama suhu
dan salinitasnya. Suatu ciri dari interaksi antara daratan dan lautan di perairan estuari adalah adanya percampuran dan penyebaran air tawar dari sungai ke arah
laut dan sebaliknya. Air dari sungai yang bercampur dengan air laut yang asin akan mengakibatkan peningkatan salinitas dimana nilai salinitas akan bertambah
ke laut.
Salinitas dapat mempengaruhi penyebaran organisme benthos baik secara horizintal, maupun vertikal. Secara tidak langsung mengakibatkan adanya
perubahan komposisi organisme dalam suatu ekosistem. Gastropoda yang bersifat mobile
mempunyai kemampuan untuk bergerak guna menghindari salinitas yang terlalu rendah, namun bivalvia yang bersifat sessile 16 akan mengalami kematian
jika pengaruh air tawar berlangsung lama. Kisaran salinitas yang masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan, khususnya fauna makrobenthos adalah
15 - 35‰ Taqwa, 2010.
c. Kecerahan
Kecerahan perairan dipengaruhi langsung oleh partikel yang tersuspensi didalamnya, semakin kurang partikel yang tersuspensi maka kecerahan air akan
Universitas Sumatera Utara
semakin tinggi. Selanjutnya dijelaskan bahwa penetrasi cahaya semakin rendah, karena meningkatnya kedalaman, sehingga cahaya yang dibutuhkan untuk proses
fotosintesis oleh tumbuhan air berkurang. Oleh karena itu, secara tidak langsung kedalaman akan mempengaruhi pertumbuhan fauna benthos yang hidup
didalamnya. Disamping itu kedalaman suatu perairan akan membatasi kelarutan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi Nybakken, 1988.
d. Potentian of Hydrogen pH
pH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup di suatu perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi
ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai kisaran pH sekitar 7 – 8,5 Asriani,
dkk., 2014. Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peran penting
sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota air. Lebih lanjut dinyatakan bahwa daya larut oksigen dapat berkurang dengan meningkatnya suhu
air dan salinitas. Secara ekologis, konsentrasi oksigen terlarut juga menurun dengan adanya penambahan bahan organik, karena bahan organik tersebut akan
diuraikan oleh mikroorganisme yang mengkonsumsi oksigen yang tersedia. Pada tingkatan jenis, masing-masing biota mempunyai respon yang berbeda terhadap
penurunan oksigen terlarut Syamsurisal, 2011. e.
Biochemical Oxygen Demand BOD
Nilai BOD Biochemical Oxygen Demand menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobi dalam peroses penguraian senyawa
Universitas Sumatera Utara
organik, yang diukur pada tempratur 20 ᴼC. Untuk menguraikan senyawa organik
yang terdapat didalam limbah rumah tangga secara sempurna, mikroorganisme membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20
hari dianggap terlalu lama dalam proses pengukuran, sementara dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa pengukuran 5 hari jumlah senyawa organik yang
diuuraikan sudah mencapai kurang lebih 70 maka pengukuran yang umum dilakukan adalah setelah 5 hari BOD
5
. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran BOD adalah jumlah senyawa organik yang akan diuraikan,
tersedianya mikroorganisme anaerob yang mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses
penguraian itu Barus,2004.
f. Chemical Oxygen Demand