Lampiran 5. Lanjutan Pasang
Genus Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Total U1
U2 U3
U1 U2
U3 U1
U2 U3
Nassarius 1
1 Branchiura
B. Data sampling Ke – 3 Kamis, 14 Maret 2016 Surut
Genus Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Total U1
U2 U3
U1 U2
U3 U1
U2 U3
Tellina Geryon
Penaeus Pugilina
3 Bittium
1 1
1 3
Epitonium Hydrobia
1 1
1 1
3 6
Sinum Murex
2 2
Bursa 1
1 3
Turitella Spiratella
Crepidula 3
3
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Lanjutan Surut
Genus Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Total U1
U2 U3
U1 U2
U3 U1
U2 U3
Polinices 1
1 Nassarius
1 1
Branchiura
Normal Genus
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Total
U1 U2
U3 U1
U2 U3
U1 U2
U3
Tellina Geryon
Penaeus Pugilina
Bittium 1
1 2
2 6
Epitonium Hydrobia
1 1
3 5
Sinum Murex
7 7
Bursa 2
4 6
Turitella Spiratella
1 1
Crepidula 3
3 Polinices
Nassarius Branchiura
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Lanjutan Pasang
Genus Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Total U1
U2 U3
U1 U2
U3 U1
U2 U3
Tellina Geryon
Penaeus Pugilina
5 6
11
Pasang Genus
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Total
U1 U2
U3 U1
U2 U3
U1 U2
U3
Bittium 3
1 2
5 Epitonium
Hydrobia 1
1 2
1 1
4 1
11 Sinum
1 Murex
2 1
3 Bursa
6 6
Turitella Spiratella
1 2
3 Crepidula
1 1
Polinices 4
4 Nassarius
1 1
Branchiura
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Data Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Air di Perairan Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang A.
Data sampling ke-1 Kamis, 03 Maret 2016
No Parameter
Satuan Baku Mutu
Hasil Analisis Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
S N
P S
N P
S N
P A.
Fisiska
1 Suhu
o
C Deviasi 3
29 29
31 29
29 30
28 29
29 2
Salinitas ‰
- 4
4 5
4 4
4 3
3 3
3 Penetrasi cahaya
cm -
27 27
29 27
27 11
27 27
28 B.
Kimia
1 Ph
- 6-9
6.5 6.4
6.5 6.4
6.5 6.5
6.5 6.4
6.4 2
BOD
5
mgl 2
0.9 0.6
0.8 0.7
0.6 0.6
0.8 0.6
0.4 3
COD mgl
10 61.0
60.2 65
80.3 79.1
81 60.1
60 65.3
4 DO
mgl 6
3.4 3.0
3.1 3.2
4.1 4.0
3.3 3.0
3.2
B. Data sampling ke-2 Kamis, 24 Maret 2016
No Parameter
Satuan Baku Mutu
Hasil Analisis Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
S N
P S
N P
S N
P A.
Fisiska
1 Suhu
o
C Deviasi 3
29 29
30 29
29 29
28 28
29 2
Salinitas ‰
- 4
4 5
3 4
4 3
3 3
3 Penetrasi cahaya
cm -
26 26
28 27
29 28
28 28
28
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Lanjutan
No Parameter
Satuan Baku Mutu
Hasil Analisis Stasiu 1
Stasiun 2 Stasiun 3
S N
P S
N P
S N
P B.
Kimia
1 Ph
- 6-9
6.4 6.4
6.3 6.4
6.5 6.4
6.2 6.4
6.4 2
BOD
5
mgl 2
0.7 0.3
0.8 0.5
0.6 0.8
0.3 0.7
0.6 3
COD mgl
10 64.1
60.1 71
81.0 81.2
87.1 58.2
61.1 63.4
4 DO
mgl 6
3.3 2.9
3.1 4.2
3.9 4.4
2.9 2.7
3.0 C.
Data sampling ke-3 Kamis, 14 April 2016
No Parameter
Satuan Baku Mutu
Hasil Analisis Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
S N
P S
N P
S N
P A.
Fisiska
1 Suhu
o
C Deviasi 3
29 29
27 26
27 29
27 26
28 2
Salinitas ‰
- 3
4 4
3 3
3 2
2 3
3 Penetrasi cahaya
cm -
8 8
9 7
9 8
9 9
10 B.
Kimia
1 Ph
- 6-9
6.8 6.7
6.8 6.5
6.6 6.5
6.5 6.5
6.6 2
BOD
5
mgl 2
0.8 0.3
0.1 0.9
0.7 0.4
0.2 0.9
0.5 3
COD mgl
10 3.1
8.4 8.4
1.8 2.3
4.1 4.5
3.1 6.2
4 DO
mgl 6
3.1 2.4
2.6 4.8
4.6 3.4
2.2 4.4
3.9
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Waktu dan kondisi lokasi penelitian pada saat sampling a. Data sampling ke – 1 kamis, 03 Maret 2016
b. Data sampling ke – 2 kamis, 24 Maret 2016 New moon
Stasiun waktu
Kondisi cuaca Kondisi perairan
surut 1
08:12 WIB Panas sejuk
Kotor 2
08:40 WIB Panas
Kotor 3
09:22 WIB Panas terik
Kotor normal
1 11:20 WIB
Panas terik Kotor
2 11:37 WIB
Panas terik Kotor
3 12:00 WIB
Panas terik Kotor
pasang 1
02:30 WIB Panas terik
Kotor 2
02:03 WIB Panas terik
Kotor 3
03:59 WIB Panas terik
Kotor
c. Data sampling ke – 3 kamis, 14 maret 2016
New moon Stasiun
waktu Kondisi cuaca
Kondisi perairan Surut
1 07:58 WIB
sejuk Kotor
2 08:36 WIB
Panas sejuk Kotor
3 09:31 WIB
Panas terik Kotor
Normal 1
10:51 WIB Panas terik
Kotor 2
11:28 WIB Panas terik
Kotor 3
11:00 WIB Panas terik
Kotor Pasang
1 01:00 WIB
Panas terik Kotor
2 01:48 WIB
Panas terik Kotor
3 02:49 WIB
Panas terik Kotor
New moon Stasiun
waktu Kondisi cuaca
Kondisi perairan
surut 1
08:00 WIB panas
Kotor 2
08:36 WIB Panas
Kotor 3
09:24 WIB Panas terik
Kotor normal
1 11:02 WIB
Panas terik Kotor
2 11:45 WIB
Panas terik Kotor
3 12:57 WIB
Panas terik Kotor
pasang 1
02:00 WIB Panas terik
Kotor 2
02:48 WIB Panas terik
Kotor 3
03:27 WIB Panas terik
Kotor
Universitas Sumatera Utara
kotor : Banyak sampah penduduk - Buangan kulit kelapa
- Limbah plastik - Batang dan ranting tumbuhan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Foto Kegiatan yang digunakan dalam Penelitian
a. Pengambilan benthos b. Pengukuran suhu
c. Pengukuran salinitas d. Pengukuran salinitas
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Foto Alat dan Bahan
a. Pengukuran salinitas b Pengukuran salinitas
c. Kertas label d. Timba
e. Erlenmeyer f. GPS
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Lanjutan
g. Tali rafia h. Botol sampel
i. Kamera j. Sterofoam
k. Lakban l. pH meter
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Lanjutan
m. Pipet tetes n. Plastik 5 kg
o. Alat tulis p. Termometer
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. M. P. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Asriani, W,O., Emiarti dan E. Ishak. 2013. Studi Kualitas Lingkungan Disekitar Pelabuhan Bongkar Muat Nikel Ni dan Hubungannya Dengan Struktur
Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Desa Motui Kabupaten Konawe Utara. Jurnal Mina Laut Indonesia. Universitas Halu Oleo, Kendari. Vol, 3
12 : 22-35 ISSN 2303-3959.
Aziz, M. F. 2007. Tipe Estuari Binuangeun Banten Berdasarkan Distribusi Suhu dan Salinitas Perairan. Jurnal Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Vol, 33 :
97-110, ISSN 0125-9830. Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Universitas Sumatera Utara, Press, Medan. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekotognologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Fadli, N., I, Setiawan dan N. Fadhila. 2012. Keanegaragaman Makrozoobenthos di Perairan Kuala Gigieng Kabupaten Aceh Besar.Jurnal Kelautan dan
Perikanan. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Vol, 1 1 : 45-52 ISSN 2089-7790.
Fikri, N. 2014. Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobenthos di Pantai Kartika Jaya Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Program Studi
Pendidikan Biologi. Universitas Muhammadiya Surakarta, Surakarta. Gosner, K. L. 1971. Guide to Identification of Marine and Estuarine Invertebrates.
Jhon Wiley and Sons, Inc.New York. Kamal, E dan M. L. Suardi. 2004. Potensi Estuari Kabupaten Pasaman Barat
Sumatera Barat. Jurnal Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir. Universitas Bung Hatta, Padang.
Koesoebiono. 1987. Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Matahelemual, B. 2007. Penentuan Status Mutu Air dengan Sistem Storet di Kecamatan Bantar Gebang. Jurnal Geologi Indonesi, Vol. 2 2 :113 -118.
Monoarfa, W. 2002. Dampak Pembangunan Bagi Kualitas Air Dikawasan Dipesisir Pantai Losari, Makasar. Staf Pengajar Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hassanuddin. Vol 3 3 : 37- 44. ISSN 1411-4674. Nybaken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Pt. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Patty, S. I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen terlarut di Perairan Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Universitas Sam Ratulangi, Sulawesi
Utara. Vol 1 3 ISSN 2302 – 3589. Sastrawijaya, A. T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Edisi Kedua. Rineka Cipta.
Jakarta. Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Penerbit Alfabet. Bandung.
Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas, Padang. Sudaryanto, A. 2007. Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Kondisi Fisika
Kimiawi Sedeimen di Perairan Donan, Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol 2 2 : 119-123.
Surbakti, H. 2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains. Universitas Sriwijaya.
Sumatera Selatan Indonesia. Vol. 15 1 : 15108-35. Suryanti, N. K dan Eko, P. 2012. Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Estuari
Sungai Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Widyariset. Vol 15 2. Syamsurisal. 2011.
Studi Beberapa Indeks Komunitas Makrozoobenthos di Hutan Mangrove Kelurahan Coppo Kabupaten Baru. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hassanuddin. Makasar. Sembel, L. 2012. Analisis Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi di Estuari
Sungai Belau Teluk Lampung. Jurnal Maspari. Universitas Negeri Papua, Papua. Vol, 4 2 : 178-183, ISSN: 2087-0558.
Taqwa, A. 2010. Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton dan Struktur Komunitas Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Mangrove di
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan Timur. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Trihendradi, C. 2005. SPSS 13 Step by Step Analisis Data Statistik. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Wargadinata, E. L.1995. Makrozoobenthos Sebagai Indikator Ekologi di Sungai Percut. Tesis. Program Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan USU. Medan. Zahid. A., C. P. H Simanjuntak., M. F. Rahardjo dan Sulistiono. 2011. Iktiofauna
Ekosistem Estuari Mayang, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi. Institut Pertanian Bogor, Bandung. Vol, 111 : 77- 85
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai April 2016 di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan sampel akan
dilakukan sebanyak 3 tiga kali dengan memperhatikan kondisi perairan pada saat normal, pasang dan surut. Analisis laboraturium dilaksanakan Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit BTKLPP Kelas I Medan dan Laboraturium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember kapasitas 5 liter, surber net,
botol film, keping Secchi, tali plastik, lakban, kertas label, botol sampel, Global Positioning System GPS, kamera digital, plastik 5 kg, pipet tetes,
cool box , spuit, alat tulis dan peralatan analisa kualitas air seperti termometer,
refraktometer, pH meter, seccidisk, labu Erlenmeyer 125 ml, Beaker glass dan gelas ukur.
Sedangkan bahan yang digunakan diantaranya adalah KOH-KI, MnSO
4
, H
2
SO
4
, amilum, dan Na
2
S
2
O
3
, alkohol 70, es dan akuades.
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel makrozobenthos dilakukan menggunakan Metode Purposive Random Sampling, yang merupakan teknik pengambilan sampel
dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat oleh peneliti
Universitas Sumatera Utara
dengan menentukan 3 stasiun. Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan 3 kali pengulangan pada setiap stasiun dengan penejelasan sebagai berikut, yaitu
stasiun 1 merupakan daerah muara dan terdapat mangrove di sekitar perairan, stasiun 2 merupakah daerah yang terdapat berbagai aktivitas masyarakat dan
aktivitas wisata, stasiun 3 merupakan daerah yang terdapat adanya perkebunan sawit. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber : Arcgis Versi 9,3 Gambar 2. Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel makrozoobenthos diambil dengan surber net, karena lokasi pengambilan sampel tidak cukup dalam. Pengambilan sampel dengan
surber net dilakukan dengan cara mengeruk tanah atau substrat sebanyak tiga kali
kemudian sampel yang didapat disortir menggunakan tangan untuk sampel yang berukuran besar dan metode penggaraman untuk sampel yang berukuran kecil
Universitas Sumatera Utara
yang tidak bisa disortir. Benthos yang sudah berada didalam botol sampel diawetkan dengan alkohol 70 dan diberi label berisi data tentang lokasi dan
waktu pengambilan kemudian didentifikasi dengan menggunakan buku acuan Gosner 1971.
Deskripsi Setiap Stasiun Pengamatan a. Stasiun 1
Lokasi stasiun 3 terletak di muara estuari didesa Bagan Percut Kabupaten Deli Serdang dengan posisi titik koordinat 3°4322.10 LU dan 98°4731.12 BT.
Lokasi ini merupakan daerah muara estuari yang langsung berhubungan dengan laut lepas. Bagian samping kiri dan kanan muara terdapat pohon mangrove dan
bagian kanan muara hanya terdapat lahan kosong. Daerah ini pula merupakan tempat warga mencari ikan dan kekerangan serta menjadi tempat alur kapal
menangkap ikan dan kapal wisatawan. Foto lokasi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Foto Lokasi Stasiun I
Universitas Sumatera Utara
b. Stasiun 2
Lokasi stasiun 2 terletak estuari di Desa Bagan Percut Kabupaten Deli Serdang dengan posisi titik koordinat 3°4258.80 LU dan 98°473.79 BT.
Lokasi tersebut merupakan satu aliran dengan stasiun 1. Stasiun 2 dipengaruhi oleh aktivitas wilayah yang padat pemukiman dan terdapat aktivitas jalur kapal,
perbaikan kapal, tempat singgahan kapal, tempat pelelangan ikan dan aktivitas wisatawan. Jarak antara stasiun 1 dan stasiun 2 adalah 1,70 kilometer. Foto lokasi
stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Foto Lokasi Stasiun II
c. Stasiun 3
Lokasi stasiun 1 terletak di Desa Bagan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan titik koordinat 3°4159.88 LU dan 98°4625.13 BT. Lokasi ini
merupakan pertengahan dari sungai Percut. Lokasi ini adalah alur pelayaran warga dan dipengaruhi ativitas aliran sawah dan perkebunan sawit. Jarak antara stasiun
2 dan stasiun 3 adalah 2,25 kilometer. Foto lokasi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Foto Lokasi Stasiun III
Pengambilan Data Parameter Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dilakukan sebanyak tiga
kali dengan interval waktu 2 minggu selama 2 bulan. Pengukuran dilakukan denagn menggunakan masing-masing peralatan yang telah dipersiapkan. Beberapa
parameter fisika dan kimia perairan dapat dilihat pada tabel berikut :
a. Suhu Air
o
C
Suhu air diukur menggunakan termometer air raksa yang dimasukan kedalam sampel air selama lebih kurang 10 menit. Kemudian dibaca skala pada
termometer tersebut. Pengukuran suhu air dilakukan setiap pengamatan dilapangan.
b. Salinitas
Penentuan kadar salinitas air dapat dilakukan dengan menggunakan refrakto meter sehingga nilai salinitas air dapat diukur dengan mudah dan cepat.
Pengukuran suhu air dilakukan setiap pengamatan dilapangan.
Universitas Sumatera Utara
c. Penetrasi Cahaya
Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan dengan menggunakan seccidisk sehingga hasil pengukuran dapat langsung ditentukan serta pengukuran ini
dilakukan setiap pengamatan dilapangan.
d. Potential Hydrogen pH
Niali pH diukur menggunakan pH meter dengan cara memasukan pH meter kedalam sampel air yang diambil dari perairan sampai pembacaan pada alat
konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut. Pengukuran pH dilakukan setiap pengamatan dilapangan.
e. Dissolved Oxygen DO
Dissolved Oxygen DO diukur dengan menggunakan metode winkler. Pengukuran DO dilakukan setiap pengamatan di lapangan. Sampel air diambil
dari permukaan perairan dan dimasukan kedalam botol winkler kemudian dilakukan pengukuran DO langsung dilapangan. Pengukuran Dissolved Oxygen
DO dapat dilihat pada Lampiran 1.
f. Biochemical Oxygen Demand BOD
5
Pengukuran BOD
5
dilakukan dengan menggunakan metode Winkler. Pengukuran BOD
5
dilakukan setiap pengamatan di lapangan. Sampel air yang diambil dari dasar perairan diamasukan kedalam botol winkler kemudian
dilakukan pengukuran BOD
5.
Pengukuran BOD
5
dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit BTKLPP Kelas I Medan.
Pengukuran Biochemical Oxygen Demand BOD
5
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Universitas Sumatera Utara
g. Tekstur Substrat
Sampel substrat di ambil dari dasar perairan dan dibawa ke Laboraturium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jenis substrat
dianalisis berdasarkan perbandingan pasir, liat dan debu pada segitiga USDA. Segitiga USDA dapat dilihat pada Lampiran 4.
h. Chemical Oxygen Demand COD
Pengukuran COD di lakukan dengan menggunakan metode Refluks. Sampel air di ambil dari estuari kemudian diberi perlakuan sesuai dengan metode
Refluks. COD di ukur di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit BTKLPP Kelas I Medan.
Pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung in situ dan secara tidak langsung ex situ. Secara
keseluruhan pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi beserta satuan dan alat yang digunakan. Pengukuran Chemical Oxygenn Demand COD dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Parameter Kualitas Air
Nilai fisika dan kimia perairan yang diperoleh serta dibandingkan dengan kreteria mutu air dalam peraturan pemerintah PP No. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Kreteria Mutu Air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001
Parameter Satuan
Kelas I
II III
IV
Fisika Suhu
ᴼC Deviasi 3
Deviasi 3 Deviasi 2
Deviasi 5 Kimia
pH 6-9
6-9 6-9
6-9 COD
mgl 10
25 50
100 DO
mgl 6
4 3
Fosfat mgl
0,2 0,2
1 5
Nitrat mgl
10 10
20 20
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet Storage and Retrieval
Secara perinsip metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu kualitas air berdasarkan PP 82 Tahun 2001 yang di
sesuaikan dengan perutukannya guna menentukan status mutu air. Penentua status mutu air dengan metode storet ini dimaksudkan sebagai acuan dalam
melakukan pemantauan kualitas air dengan tujuan untuk mengetahui mutu kualitas suatu sistem akuatik. Penentuan status mutu air ini berdasarkan pada
analisis parameter fisika dan kimia. Kualitas air yang baik akan sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintah tersebut dengan kadar konsentrasi
maksimum yang diperbolehkan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa jauh contoh air tersebut disebut baik atau tidak dinilai dengan metode Storet.
Hasil analisis kimia percontohan air kemudian dibandingkan dengan baku mutu yang sesuai dengan pemanfaatan air. Kualitas air di nilai berdasarkan
kreteria metode storet untuk mengklasifikasikan mutu air kedalam empat kelas yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Penentuan Status Mutu Air dari Indeks Pencemaran Kelas
Skor Kreteria
A Memenuhi Baku Mutu
B -1 sd -10
Tercemar Ringan C
-11 sd -30 Tercemar Sedang
D ≥ -31
Tercemar Berat Sumber : Center 1977 diacu oleh Matahelemual 2007
Cara penilaian : 1.
Nilai negatif - diberikan bila hasil analisis melampaui atau tidak memenuhi baku mutu.
2. Nilai nol 0 diberikan bila hasil analisis memehuhi syarat baku mutu.
3. Nilai parameter kimia = 2x nilai parameter fisika
4. Bila angka rata-rata parameter hasil analisis melampaui baku mutu, diberi nilai
= 3x nilai yang diberikan pada parameter maksimum atau minimum yang melampaui baku mutu.
5. Jumlah percontohan dari suatu stasiun yang
≥ 10 diberi nilai = ≥ 2x dari jumlah percontohan 10.
6. Jumlah nilai nigatif - seluruh parameternya dihitung dan ditentukan status
mutunya dengan melihat skor yang didapat Tabel 3. Tabel 3. Penetapan Sistem Nilai untuk menentukan Status Mutu Perairan
Jumlah percontohan
Nilai Parameter
Fisika Kimia
10 Maksimum
-1 -2
Minimum -1
-2 Rata-rata
-3 -6
≥ 10 Maksimum
-2 -4
Minimum -2
-4 Rata-rata
-6 -12
Sumber : Center 1977 diacu oleh Matahelemual 2007
Universitas Sumatera Utara
Analisis Data a. Kepadatan populasi K
Barus, 2004
Kepdatan populasi merupakan jumlah individu dari suatu spesies yang terdapat dalam satu satuan luas atu volume. Penghitungan kepadatan populasi
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
b. Kepadatan Relatif KR Barus, 2004
Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme, apabila nilai KR 10.
c. Frekuensi Kehadiran FK Barus, 2004
Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies dalam sampling plot yang ditentukan, yang dapat ditentukan
menghitung dengan menggunakan rumus berikut :
Keterangan :
FK 0-25 = Kehadiran sangat jarang
FK 26-50 = Kehadiran jarang
FK 51-75 = Kehadiran sedang
FK 76-100 = Kehadiran seringabsolut
Universitas Sumatera Utara
Suatu habitatdikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme apabila nilai FK 25.
d. Indeks diversitas Keanekaragaman shannon-Wiener H’ Suryati dan
Eko, 2012. Keanekaragaman jenis menunjukan jumlah jenis organisme yang terdapat
dalam suatu area untuk mengetahui keanekaragaman spesies yang ada dalam satu komunitas dan tingkat keanekaragaman dapat diketahui dengan modifikasi
Shannon-Wiener. Untuk itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : H
ꞌ : Indeks diversitas
pi : Jumlah individu masing-masing jenis i=1,2,3...n
s : Jumlah jenis
Ln : Logaritma natural
Pi : Σ niN perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan
jenis
Dengan nilai H’ H’ 3
= Keanekaragaman tinggi 1 H’ 3
= Keanekaragaman sedang H’ 1
= Keanekaragaman rendah
e. Indeks kemerataan jenisindeks evenness E Fachrul, 2007
Indeks kemerataan jenisindeks evenness E digunakan untuk menentukn suatu kondisi komunitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
E = H ꞌlog S
Keterangan : E
: Indeks kemerataan jenisindeks Evenness H’
: Jenis keanekaragaman shannon – wiener S
: Jumalah jenis Nilai indeks kemerataan jensi ini berkisar antara 0-1 dengan deskripsi kondisi
sebagai berikut : E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki
masing masing spesies sangat berbeda. E = 1, kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu masing-
masing spesies relatif sama.
f. Analisis Korelasi Person
Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mencari drajat keeratan hubungan dan arah antara keanekargamaan makrozoobenthos yang terdapat
diperairan Estuari Percut Sei Tuan dengan sifat fisika dan kimia airnya. Semakin tinggi nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Analisis
dilakukan dengan metode komputerisasi SPSS Versi 15.1 Trihendradi, 2005. Menurut Sugiyono 2005 interval korelasi dan tingkat hubungan antara
parameter yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Interval Korelasi dan Tingkat Hubungan antara Parameter
No Interval Koefesien
Tingkat Hubungan
1. 0,00-0,199
Sangat rendah 2.
0,20-0,399 Rendah
3. 0,40-0,599
Sedang 4.
0,60-0,799 Kuat
5. 0,80-1,000
Sangat Kuat
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Klasifikasi makrozoobenthos
Makrozobenthos yang berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini terdiri dari 4 kelas invertebrata yaitu : bivalvia terdiri atas 1 genus, gastropoda terdiri
dari 12 genus oligachaeta yang terdiri dari 1 genus, malacostrata 2 genus seperti tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Makrozoobnethos yang didapatkan pada setiap stasiun
Penelitian di Sungai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Kelas
Ordo Famili
Genus Bivalvia
Veneroida Tellinidae
Tellina Malacostraca
Decapoda Geryonidae
Geryon Penaidae
Penaeus Gastropoda
Neogastropoda Melongonidae
Pugilina Cerithioidae
Bittium Epitonidae
Epitonium Hydrobiidae
Hydrobia Sinumidae
Sinum Muricidae
Murex Mesogastropoda
Bursidae Bursa
Turitellidae Turitella
Spiratenidae Spiratella
Hypsogastropoda Calyptraeidae
Crepidula Niticidae
Polinices Nassariidae
Nassarius Oligochaeta
Haplotaxida Tubificidae
Branchiura
Universitas Sumatera Utara
Ciri Morfologi
Berdasarkan hasil identifikasi makrozoobenthos dengan menggunakan buku acuan Gosner 1971 maka dapat dijelaskan ciri morfologi berbagai
makrozoobenthos sebagai berikut :
A. Tellina
Genus ini memiliki warna cangkang kecoklatan, bagian bukaan mulut memiliki garis warna hitam. Cangkang atas sedikit lunak dibanding bagian bawah
dan terdapat bintik putih bagian bawah cangkang. Memiliki panjang mulai dari 2- 5 cm Gambar 6.
Gambar 6. Tellina
B. Geryon
Genus ini memilik tubuh berwarnah merah, memiliki sepasang capit yang berukuran besar dan 3 pasang kaki jalan, di bagian kaki jalan kepiting tersebut
terdapat bulu-bulu halus. Bagian perut berwarna putih kemerahanan serta terdapat garis hitam kecoklatan, kepiting ini memiliki panjang tubuh 3-28 cm. Kebanyakan
kepiting tersebut hidup dibagian mangrove yang berlumpur. Gambar 7.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Geryon
C. Panaeus