f. COD
Chemical Oxygen Demand
COD Chemical Oxygen Demand yang didapat pada ketiga stasiun rata-rata berkisar 41,4-57,4 mgl. Nilai COD yang diperoleh mencapai nilai yang sangat
tinggi bagi kehidupan makrozoobenthos dan dibandingkan dengan baku mutu air golongan 1 yaitu 10 mgl. Kadar COD yang sangat tinggi ini diduga dari buangan
limbah penduduk, sisa buangan pupuk dan kegitan pelayaran disekitar perairan tersebut, sehingga menyebabkan kondisi perairan Estuari Percut Sei Tuan tampak
coklat pekat dan kotor. Hasil ini sesuai literatur Sembel 2012 yang menyatakan bahwa sumber beban pencemar COD berasal dari pemukiman penduduk atau dari
limbah rumah tangga ada banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan bahan pencemar seperti pencampuran, penyebaran, konsentrasi bahan pencemar dan laju
penguraian. Parameter yang sangat berbahaya yang masuk ke perairan adalah logam berat, karena logam berat sulit terdegradasi dalam air dan bersifat toksik,
sedangkan untuk parameter organik dapat terdegradasi atau terurai.
g. DO Dissolved Oxygen
Nilai DO Dissolved Oxygen yang didapat pada ketiga stasiun berkisar 2,7 – 4,3 mgl. Hasil ini menunjukan bahwa hasil sampel DO Dissolved Oxygen
berada pada kelas II dan III dan air tersebut cocok untuk budidaya atau tambak prikanan, tersebut dikarenakan perairan yang keruh dan aktivitas mikroorganisme
untuk mengurai zat organik semakin bertambah. Sesuai literatur Patty 2013 yang menyatakan bahwa rendahnya kardar oksigen di daerah pantai dekat muara sungai
estuari, erat kaitannya dengan kekeruhan air laut dan juga diduga disebabkan semakin bertambahnya aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan zat organik
menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen terlarut bioproses di perairan
Universitas Sumatera Utara
ini. Sedangkan tingginya kadar oksigen terlarut di perairan lepas pantai, dikarenakan airnya jernih sehingga dengan lancarnya oksigen yang masuk
kedalam air tanpa ham-batan melalui proses difusi dan proses fotosintesi.
g. Tekstur Substrat
Berdasarkan hasil substrat yang didapat dilihat pada Tabel 8 terdapat perbedaan tekstur substrat pada beberapa stasiun penelitian. Pada stasiun 1 dan
stasiun 3 memiliki jenis substrat yang sama yaitu liat serta pada stasiun 2 memiliki jenis substrat yaitu lempung liat berpasir. Tekstur jenis ini halus
kurang begitu baik untuk kehidupan makrozoobenthos. Hal ini sesuai literatur Koesoebiono 1979 yang menyatakan bahwa dasar perairan yang berupa pasir
dan sedimen halus merupakan lingkungan hidup yang kurang baik untuk hewan benthos.
Sifat Fisika dan Kimia Perairan Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Metode Storet
Sifat fisikan dan kimia perairan Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang berdasarkan metode Storet dapat dilihat pada Tabel 9. Jumlah skor yang
didapat pada ketiga stasiun memiliki kesamaan yaitu dengan skor-20. Hal ini dikarenakan hasil dari setiap parameter yang didapat dalam setiap pengambilan
sampel air pada kondisi pasang, surut dan normal tidak terdapat perbedaan yang cukup besar, sehingga data yang didapat pada ketiga stasiun hampir memiliki
kualitas air yang sama. Penentuan status mutu air berdasarkan metode Storet menurut Matahelumual 2007 menyatakan bahwa kreteria perairan yang tercemar
sedang yaitu pengukuran kualitas air yang memiliki jumlah skor -11 sd -30 digolongkan kedalam kelas C. Dari jumlah skor yang didapat pada kelima stasiun
Universitas Sumatera Utara
tersebut maka perairan Estuari Percut Sei Tuan termasuk kedalam kelas C dengan kondisi perairan tercemar sedang.
Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika dan Kimia Perairan dengan Indeks Keanekaragaman Makrozoobenthos
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis krelasi Pearson antara beberapa faktor fisika dan kimia perairan terdapat perbedaan antara tingkat
korelasi dan arah korelasinya dengan indeks keanekaragaman makrozoobenthos. Nilai indeks suhu, salinitas dan pH dengan nilai masing-masing adalah 0,997,
0,961 dan 0,979 dengan tingkat hubungan sangat kuat. hal ini menunjukan bahwa suhu, salinitas dan pH memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap indeks
keanekaragaman makrozbenthos sehingga peningkatan suhu, salinitas dan pH dapat mengakibatkan semakin tingginya nilai indeks keanekaragaman
makrozoobenthos. Nilai indeks korelasi antara penetrasi cahaya dan DO dengan nilai
masing-masing adalah -0,291 dan -0,373 dengan tingkat hubungan rendah. Hal ini menunjukan bahwa penetrasi cahaya dan DO memiliki hubungan korelasi rendah
terhadap indeks keanekaragaman makrozoobenthos sehingga peningkatan penetrasi cahaya dan DO akan mengakibatkan semakin rendahnya
keanekaragaman makrozoobenthos. Nilai indeks korelasi antara BOD
5
dengan nilai adalah 0,566 dengan tingkat hubungan sedang. Hal ini menunjukan bahwa BOD
5
memiliki hubungan korelasi sedang terhadap makrozoobenthos sehingga peningkatan BOD
5
akan mengakibatkan penurunan keanekaragaman makrozoobenthos.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
berdasarkan penilitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara faktor fisika kimia perairan Estuari Percut Sei Tuan dengan
baku mutu kualitas air berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 dan metode Storet diperoleh hasil -20 yang menyatakan bahwa perairan Percut Sei Tuan
termasuk kedalam golongan kelas C dengan kondisi tercemar sedang. 2.
Nilai indeks keanekaragaman H’ makrozoobenthos yang didapat pada setiap stasiun penelitian yaitu berkisar 1,375-2,050. Hal ini menunjukan bahwa
kondisi perairan Estuari Percut Sei Tuan memiliki tingkat keanekragaman makrozoobenthos sedang.
3. Nilai korelasi Pearson suhu, salinitas dan pH dengan nilai masing-masing
adalah 0,997, 0,961 dan 0,979 dengan tingkat hubungan sangat kuat. Nilai indeks korelasi Pearson penetrasi cahaya dan DO dengan nilai masing-masing
adalah -0,291 dan -0,373 dengan tingkat hubungan rendah. Nilai indeks korelasi Person antara BOD
5
dengan dengan nilai masing-masing adalah 0,566 dengan tingkat hubungan sedang.
Saran
1. Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan untuk selanjutnya dapat dilakukan
pengamatan mengenai makrozoobenthos dan kualitas air dibagian hulu, agar dapat dibandingkan tingkat keanekaragaman antara hulu dan hilir.
Universitas Sumatera Utara
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi masyarakat dan
pemerintah setempat agar lebih menjaga dan menjaga keasrian lingkungan perairan Estuari Percut Sei Tuan dan salah satunya adalah tempat wisata.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Estuari
Estuari merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari
daratan. Sebagian besar estuari didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Daerah perairan yang
termasuk dalam estuari ini adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang surut. Perairan estuari mempunyai beberapa sifat fisik yang penting yaitu salinitas,
substrat, sirkulasi air, pasang surut dan penyimpanan zat hara. Estuari memiliki gradien salinitas yang bervariasi terutama bergantung pada masukan air tawar dari
sungai dan air laut melalui pasang surut. Sebagian besar estuari didominasi oleh substrat lumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar dan air
laut. Sebagian besar partikel lumpur estuari bersifat organik sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini manjadi cadangan makanan yang
penting bagi organisme estuari Kamal dan Suardi, 2004. Estuari merupakan daerah pantai semi tertutup yang penting bagi
kehidupan ikan. Berbagai fungsinya bagi kehidupan ikan seperti sebagai daerah pemijahan, daerah pengasuhan, dan lumbung makanan serta jalur migrasi
menjadikan estuari kaya dengan keanekaragaman hayati ikan pada berbagai tahapan dalam stadia hidupnya larva, juwana, dewasa. Estuari oleh sejumlah
peneliti disebutkan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda tawar dan laut yang
memberikan karakteristik khusus pada habitat yang terbentuk. Estuari merupakan
Universitas Sumatera Utara
ekosistem yang khas dan kompleks dengan keberadaan berbagai tipe habitat. Heterogenitas habitat menyebabkan area ini kaya sumber daya perairan dengan
kom-ponen terbesarnya adalah fauna ikan Zahid, dkk., 2007.
Keanekaragaman Makrozoobenthos
Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan atau tinggal dalam sedimen dasar perairan. Benthos mencakup organisme nabati yang disebut
fitobenthos dan organisme hewani yang disebut zoobenthos. Ketika air surut, organisme akan kembali ke dasar perairan untuk mencari makan. Beberapa
makrozoobenthos yang umum ditemui di kawasan mangrove Indonesia adalah makrozoobenthos dari kelas Gastropoda, Bivalvia, Crustacea, dan Polychaeta
Arief, 2003. Makrozoobenthos berdasarkan cara makannya kedalam lima kelompok
yaitu hewan pemangsa, hewan penggali, hewan pemakan detritus yang mengendap dipermukaan, hewan yang menelan makanan pada dasar, hewan yang
sumber bahan makannya dari atas permukaan. Kelompok pertama dan kedua sangat khusus tidak umum dan jumlahnya hanya sebahagian kecil dari
makrozoobentos yang ada. Jenis yang jumlahnya banyak pada daerah estuarimangrove adalah hewan yang makanannya dari atas permukaan.
Organisme penyaring makanan menyaring partikel kedalam air yang ada di permukaan tanah contohnya bivalvia, polychaeta, sponge dan ascidians yang
terdiri dari organisme epifauna seperti amphioda, isopoda dan gastropoda yang bergerak bebas dipermukaan memakan bahan organik yang kaya dengan partikel
detritalnya pada permukaan tanah. Jenis lain dari organisme seperti diatas adalah organisme yang hidup didalam tanah tetapi makanannya berasal dari permukaan
Universitas Sumatera Utara
tanah yang diantarannya beberapa jenis bivalvia telinida amphipoda, kepiting dan beberapa jenis polychaeta Syamsurisal, 2011.
Komunitas benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan. Selanjutnya dinyatakan bahwa epifauna adalah yang hidup di atas dasar,
sedangkan infauna hidup diantara partikel sedimen. Berdasarkan ukurannya fauna benthos dibagi menjadi makrofauna 0,5 mm, meiofauna 10-
500 μm dan mikro-
organisme 10 μm. Kelompok organisme dominan yang menyusun makrofauna di dasar lunak terbagi dalam empat kelompok, yaitu Polychaeta,
Crustacea, Echinodermata dan Mollusca. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasarkan pola makannya, fauna benthos dibedakan menjadi tiga macam.
Pertama, pemakan suspensi suspension feeder yang memperoleh makanannya dengan cara menyaring partikel-partikel melayang di perairan. Kedua, pemakan
deposit deposit feeder yang mencari makanan pada sedimen dan mengasimilasikan bahan organik yang dapat dicerna dari sedimen. Ketiga,
pemakan detritus detritus feeder yang hanya makan detritus Taqwa, 2010. Nybakken 1988 menjelaskan bahwa substrat dasar merupakan salah satu
faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur komunitas makrobenthos. Penyebaran makrobenthos dapat dengan jelas berkorelasi dengan tipe substrat.
Makrobenthos yang mempunyai sifat penggali pemakan deposit cenderung melimpah pada sedimen lumpur dan sedimen lunak yang merupakan daerah yang
mengandung bahan organik yang tinggi. Substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme. Substrat di
dasar perairan akan menentukan kelimpahan dan komposisi jenis dari hewan benthos. Komposisi dan kelimpahan fauna invertebrata yang berasosiasi dengan
Universitas Sumatera Utara
mangrove berhubungan dengan variasi salinitas dan kompleksitas substrat Taqwa, 2010.
Makrozoobenthos Sebagai Indikator
Makrozoobenthos adalah organisme yang hidup pada dasar perairan, dan merupakan bagian dari rantai makanan yang keberadaannya bergantung pada
populasi organisme yang tingkatnya lebih rendah. Makrozoobenthos juga merupakan sumber makanan utama bagi organisme lainnya seperti ikan demersal.
Selanjutnya makrozoobenthos merupakan organisme yang hidup menetap sesile dan memiliki daya adaptasi yang bervariasi terhadap kondisi lingkungan. Selain
itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Mengingat peran penting makrozoobenthos di
perairan, dan belum adanya informasi serta data tentang jenis makrozoobenthos Fadli, dkk., 2012.
Makrozoobenthos mempunyai peranan penting dalam siklus nutrient didasar perairan. Makrozoobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai
penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. Peran penting lainnya adalah dalam proses dekomposisi dan
mineralisasi organik yang memasuki perairan, serta memasuki beberapa tingkat trofik dalam mata rantai makanan Koesobiono, 1987.
Makrozoobentos baik digunakan sebagai bioindikator disuatu perairan karena habitat hidupnya yang relatif tetap. Perubahan kualitas air, ketersediaan
serasah dan substrat hidupnya sangat mempengaruhikelimpahan dan keanekaragaman makrozoobentos. Kelimpahan dan keanekaragaman sangat
bergantung pada toleransi dan tingkat sensitivnya terhadap kondisi
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya. Kisaran toleransi dari makrozoobentos terhadap lingkungan berbeda-beda. Kompoonen lingkungan, baik yang hidup biotik maupun yang tak
hidup abiotik mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman biota air yang ada pada suatu perairan, sehingga tingginya kelimpahan individu tiap jenis dapat
dipakai untuk menilai kualitas suatu perairan Fikri, 2014. Organisme benthos telah dipertimbangkan sebagai bioindikator yang
bagus untuk memonitor dampak pencemaran terhadap kualitas lingkungan, khususnya makrozoobenthos dikarenakan secara taksonomi lebih mudah untuk
diidentifikasi. Pengkajian struktur komunitas makrozoobenthos sering digunakan untuk mengindikasikan kestabilan lingkungan, hal ini disebabkan oleh karena
sifatnya yang menetap, mempunyai masa hidup yang relatif lama, mampu beradaptasi pada berbagai tekanan lingkungan, mempunyai peranan penting dalam
peredaran nutrien dan berbagai bahan kimia diantara sedimen dan kolom air, serta secara ekonomi juga sangat penting Sudaryanto, 2001.
Dalam stuktur komunitas terdapat 5 karakteristik yang dapat diukur, yaitu keanekaragaman, keseragaman, dominansi, kelimpahan, relative dan pola
pertumbuhan. Keanekaragaman, keseragaman dan dominansi selain merupakan kekayaa jenis, juga keseimbangan pembagianjumlah individu tiap jenis.
Pengertian keanekaraman jenis bukan hanya sinonim dari banyaknya jenis, melainkan sifat komunitas yang ditentukan oleh banyaknya jenis serta kemerataan
hidup individu tiap jenis Syamsurisal, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Faktor – Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Makrozoobenthos a. Suhu
Parameter fisika-kimia perairan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme dalam suatu perairan.
Kualitas perairan baru dapat dikatakan baik apabila organisme tersebut dapat melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan dengan baik. Organisme perairan
dapat hidup dengan layak bila faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti fisika-kimia perairan berada dalam batas toleransi yang dikehendakinya. Suhu
merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalita. Suhu merupakan
parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalitas. Suhu juga akan
menyebabkan kenaikan metabolisme organisme perairan, sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat Nybakken, 1988.
Kisaran suhu di lingkunagn perairan lebih sempit dibandingkan dengan lingkungan daratan, karena itulah maka kisaran toleransi organisme akuatik
terhadap suhu juga relatif sempit dibandingkan dengan organisme daratan. Berubahnya suhu suatu badan air besar pengaruhnya terhadap komunitas akuatik.
Naiknya suhu perairan dari yang biasa, karena pembuangan pabrik misalnya dapat menyebabkan organisme akuatik terganggu sehingga dapat mengakibatkan
struktur komunitasnya berbeda Suin, 2012.
Universitas Sumatera Utara
b. Salinitas