Perizinan Penanaman Modal Analisis Yuridis Pengalihan Status Perusahaan Terbuka Penanaman Modal Dalam Negeri Menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing

BAB III PEROLEHAN STATUS SEBAGAI PERUSAHAAN PENANAMAN

MODAL

A. Perizinan Penanaman Modal

Dalam mewujudkan suatu kegiatan penanaman modal perlu dilalui beberapa proses yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Salah satu proses tersebut adalah perizinan. Dimana perizinan itu sendiri adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan Penanaman Modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 108 Pada awalnya persetujuan dan perizinan penanaman modal dilimpahkan kepada daerah-daerah dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah jo. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN berdasarkan Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999 tentang Perubahan KeduaAtas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal, telah diserahkan kepada daerah, dimana untuk melaksanakan pelimpahan wewenang tersebut, Gubernur Kepala Daerah Propinsi dapat 108 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara izin prinsip Penanaman Modal, Pasal 1 ayat9. 67 Universitas Sumatera Utara menugaskan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD. Namun sejak tanggal 12 April 2004 persetujuan dan perizinan penanaman modal disentralisasikan kepada pemerintah pusat dengan ditetapkannya keputusan presiden No. 29 Tahun 2004tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap. Seiring berjalannya waktu sistem Pelayanan Satu Atap dianggap kurang efektif, dan diganti menjadi Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP. Dan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Permendagri 242006 pasal 1 ayat 11 mendefinisikan “Penyelenggaraan Terpadu Satu Pintu” sebagai kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non- perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. .109 Pasal 1 ayat 7 Perka BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal juga mendefinisikan “Pelayanan Terpadu Satu Pintu” adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non-perizinan berdasarkan pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. 110 109 David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013, hlm 43. 110 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 14 Tahun 2015, Op.cit., Pasal 1 ayat 7. Universitas Sumatera Utara Dari definisi Pelayanan Terpadu Satu Pintu tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan utama dari PTSP tersebut adalah untuk mempermudah proses perizinan penanaman modal agar dapat dilaksanakan di satu tempat saja. Sebab Implikasi ekonomis dari prosedur yang panjang dan berbelit-belit adalah semakin panjang jalur birokrasi atau prosedur yang harus dilalui, semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. 111 Berdasarkan Permendagri 242006 pasal 4 BupatiWali Kota “wajib” melakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu, yang mencakup: 112 1. Pelayanan atas permohonan perizinanan dan non-perizinan dilakukan oleh perangkat daerah penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu; 2. Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah; 3. Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah; 4. Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perizinan dan non-perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya; 5. Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan; 111 Andrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta : SinarGrafika,2010, hlm 49. 112 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Pasal 4. Universitas Sumatera Utara 6. Pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku; 7. Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan. Adapun ruang lingkup Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP adalah sebagai berikut: 1. Layanan Perizinan Penanaman Modal, terdiri atas: 113 a. Izin Prinsip Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip, merupakan izin untuk memulaikegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. 114 b. Izin Usaha, merupakan izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial baik produksi barang maupun jasa sebagai pelaksanaan atas pendaftaranizin prinsippersetujuan penanaman modalnya, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang- undangan. 115 c. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip perluasan, merupakan izin untuk memulai rencana perluasan, merupakan izin untuk memulai rencana perluasan penanaman modal di bidang usaha 113 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 15 Tahun 2015 tentangPedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal, Pasal 11 ayat 1 dan Pasal 12 ayat 3. 114 David Kairupan, Op.cit., hlm58. 115 Ibid. Universitas Sumatera Utara yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. 116 d. Izin Usaha Perluasan, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial atas penambahan kapasitas produksi melebihi kapasitas produksi yang telah diizinkan, sebagai pelaksanaan atas izin prinsip perluasanpersetujuan perluasan yang dimiliki oleh perusahaan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral. 117 e. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip perubahan, merupakan izin untuk melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam izin prinsipizin prinsip perluasan sebelumnya. 118 f. Izin Usaha Perubahan, adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam izin usahaizin usaha perluasan sebelumnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan penanaman modal. 119 g. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip penggabungan perusahaan, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan hasil penggabungan, untuk melaksanakan bidang usaha perusahaan hasil penggabungan. 120 116 Ibid. 117 Ibid.,hlm 59. 118 Ibid.,hlm 58. 119 Ibid.,hlm 59. 120 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 14 Tahun 2015, Op.cit., Pasal 1 ayat 13. Universitas Sumatera Utara h. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha surviving company setelah terjadinya merger, untuk melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial perusahaan merger. 121 i. Izin Pembukaan Kantor Cabang, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan yang ingin membuka kantor perusahaan baru sebagai cabang dari kantor perusahaan inti yang sudah melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial. j. Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan yang ingin mendaftarkan suatu perusahaan asing sebagai perwakilan dari perusahaan inti yang sudah melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial. k. Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing SIUP3A, merupakan izin yang wajib dimiliki bagi perusahaan yang sudah memiliki kantor perwakilan perusahaan asing yang menginginkan kantor perwakilan perusahaan perdagangan asing tersebut untuk melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial di bidang yang sama dengan perusahaan inti. l. Izin lokasi, merupakan izin yang diberikan kepada perusahaanuntuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya. 122 121 David Kairupan, Op.cit., hlm59. 122 Ibid. Universitas Sumatera Utara 2. Layanan Non-Perizinan Penanaman Modal, terdiri atas: 123 a. Fasilitas bea masuk atas impor mesin; b. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan; c. Usulan fasilitas Pajak Penghasilan Pph Badan untuk Penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu danatau di daerah-daerah tertentu; d. Angka Pengenal Importir Produsen API-P, merupakan tanda pengenal yang harus dimiliki oleh importir mengenai produsen barang yang diimpornya dalam melakukan kegiatan importasi barang, yang digunakan oleh pemerintah sebagai instrumen penataan tertib impor dalam rangka pelaksanaan kebijakan perdagangan luar negeri di bidang impor; e. Angka Pengenal Importir Umum API-U, merupakan tanda pengenal yang harus dimiliki oleh importir dalam melakukan kegiatan importasi barang, yang digunakan oleh pemerintah sebagai instrumen penataan tertib impor dalam rangka pelaksanaan kebijakan perdagangan luar negeri di bidang impor 124 f. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA, adalah pengesahan rencana jumlah, jabatan dan lama penggungaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing dan penerbitan izin mempekerjakan Tenaga Kerja Asing RPTKA ; 125 123 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 15 Tahun 2015, Op.cit.,Pasal 11 ayat 2. 124 Sudaryanto, Moezahar, Loc.Cit. 125 Ibid. ; Universitas Sumatera Utara g. Rekomendasi Visa untuk Bekerja TA.01, merupakan rekomendasi yang diperlukan guna memperoleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga negara asing 126 h. Izin Mempekerjakan Tenaga Asing IMTA, merupakan pemberian izin bagi perusahaan penanaman modal untuk mempekerjakan tenaga kerja asing dalam jumlah jabatan dan periode tertentu ; dan 127 Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang penanaman modal dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat PTSP BKPM, Pemerintah Provinsi PTSP PDPPM dan Pemerintah KabupatenKota PTSP PDKPM, PTSP Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas KPBPB, PTSP Kawasan Ekonomi Khusus KEK. . 128 1. Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal yang menjadi kewenangan pemerintah pusat diselenggarakan pada PTSP Pusat di BKPM dan terdiri atas: Kewenangannya adalah: 129 a. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi; b. urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang meliputi: 126 Ibid. 127 Ibid. 128 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 15 Tahun 2015, Op.cit., Pasal 4 ayat 1 129 Ibid., pasal 5 ayat 1. Universitas Sumatera Utara 1 Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi; 2 penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada skala nasional; 3 Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi; 4 penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan keamanan nasional; 5 penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh pemerintah pusat dan pemerintah negara lain. 2. Penyelenggaraan PTSP yang menjadi kewenangan Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal PDPPM yang diselenggarakan oleh BPMPTSP Provinsi terdiri atas: 130 a. Urusan pemerintah provinsi yang diatur dalam perundang- undangan; b. Urusan pemerintahan provinsi yang ruang lingkupnya lintas kabupatenkota; dan 130 Ibid., pasal 6 ayat 1. Universitas Sumatera Utara c. Urusan pemerintah yang diberikan pelimpahan wewenang kepada Gubernur. 3. Penyelenggaraan PTSP yang menjadi kewenangan Perangkat Daerah KabupatenKota bidang Penanaman Modal PDKPM diselenggarakan oleh BPMPTSP kabupatenkota terdiri atas: a. Urusan pemerintah kabupatenkota di bidangpenanaman modal yang ruang lingkupnya dalam satu kabupatenkota; dan b. Urusan pemerintah pusat yang diberi pelimpahan wewenang kepada bupatiwalikota. 4. Menurut pasal 8 Perka BKPM No. 15 Tahun 2015, penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal yang berlokasi di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan BebasKPBPB dilakukan berdasarkan pelimpahan atau pendelegasian kewenangan dari MenteriKepala Lembaga Non-Kementrian LPNK, Gubernur, danatau BupatiWalikota kepada Badan Pengusahaan KPBPB. 5. Menurut pasal 9 Perka BKPM No. 15 Tahun 2015, penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus KEK dilakukan berdasarkan pelimpahan atau pendelegasian kewenangan dari MenteriKepala LPNK, Gubernur, danatau BupatiWalikota kepada Administrator KEK.

B. Peran Badan Koordinasi Penanaman Modal