10. mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.
Selain tugas koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal antarinstansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan Bank Indonesia,
antara instansi pemerintah dengan daerah, maupun antarpemerintah daerah, Badan Koordinasi Penanaman Modal juga melaksanakan tugas pelayanan penanaman
modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
C. Peran Pemerintah Daerah
Bila dilihat dari sisi ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat terdiri atas aspek: tersedianya lapangan pekerjaan yang mencukupi sebagai
sumber nafkah bagi anak bangsa, serta tersedianya pilihan barang dan jasa yang cukup berupa barang atau jasa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumsi
dengan harga yang wajar dan terjangkau. Pemerintah sebagai penyelenggara negara, perlu dan harus berperan aktif mengembangkan kegiatan penanaman
modal. Peran itu tidak boleh hilang, dibatasi atau dihalangi globalisasi, perdagangan bebas,ataupun alasan lainnya.
Pada dasarnya, sudah menjadi kewajiban pemerintah danatau pemerintah daerah untuk menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan
penanaman modal.
137
Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan penanaman modal yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan penanaman
modal yang menjadi urusan Pemerintah.
138
137
Ibid., Pasal 30 ayat 1.
138
Ibid., Pasal 30 ayat 2.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
di bidang penanaman modal yang merupakan urusan wajib pemerintah daerah didasarkan pada kriteria:
139
1. Eksternalitas, yaitu pembagian urusan pemerintahan yang ditentukan
berdasarkan dampak akibat yang ditimbulkan. Dalam arti jika urusan pemerintahan tersebut dalam penyelenggaraannya berdampak nasional
maka itu menjadi urusan pemerintah, berdampak regional menjadi urusan provinsi dan lokal menjadi urusan kabupatenkota.
2. Akuntabilitas, yaitu penanggung jawab suatu urusan pemerintahan
ditentukan berdasarkan kedekatannya atau yang menerima langsung dampakakibat yang ditimbulkan. Hal ini untuk menghindari klaim atas
dampakakibat tersebut, dan ini sejalan dengan semangat demokrasi yaitu pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyatnya.
3. Efisiensi, yaitu daya guna dan hasil guna yang diperoleh dalam arti jika
urusan pemerintahan tersebut akan berhasil guna jika ditanganidiurus pemerintah maka itu menjadi urusan pemerintah, demikian pula
sebaliknya. Mengenai penyelenggaraan kegiatan penanaman modal yang ruang
lingkupnya berada di lintas kabupatenkota menjadi urusan pemerintah daerah provinsi.
140
139
Ade Suerani, Otonomi Daerah Menuntut Komitmen dan Konsistensi Pemerintah,
Sedangkan penyelenggaraan kegiatan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada di dalam satu kabupatenkota menjadi urusan pemerintah
https:adetentangotda.wordpress.com20110518otonomi-daerah-menuntut-komitmen-dan- konsistensi-pemerintah,diakses pada tanggal 26 Juni 2016.
140
Undang-Undang Penanaman Modal, Op.cit., Pasal 30 ayat 5.
Universitas Sumatera Utara
daerah kabupatenkota.
141
Pemerintah daerah memiliki peran yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan kegiatan penanaman modal, mengingat daerah kabupatenkota
mempunyai potensi yang besar dalam rangka penanaman modal. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom dalam bidang penanaman modal adalah:
Penyelenggaraan kegiataan penanaman modal di daerah Provinsi yang pada hakikatnya adalah kewenangan dari pemerintah pusat dapat
dilimpahkan kepada pemerintah daerah provinsi danatau kabupatenkota.
142
1. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
KabupatenKota; dan 2.
melakukan kerja sama dengan KabupatenKota. Dalam hal penyelenggaraan kegiatan penanaman modal yang ruang
lingkupnya berada di dalam satu kabupatenkota menjadi urusan pemerintah daerah kabupatenkota, dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67
Tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota di Bidang Penanaman Modal telah ditentukan lima macam kebijakan. Yakni:
143
1. Kebijakan dan perencanaan pengembangan penanaman modal, meliputi:
a. Identifikasi potensi sumber daya daerah kabupatenkota yang
hasilnya disajikan dalam bentuk peta investasi tentang daerah kabupatenkota dan petunjuk direktori tentang potensi Sumber
Daya Alam SDA, Sumber Daya Manusia SDM, serta kelembagaan;
141
Ibid., Pasal 30 ayat 6.
142
Salim H.S., Budi Sutrisno, Op.cit., hlm 91.
143
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
b. identifikasi dan penyusunan daftar pengusaha kecil, menengah dan
besar; c.
penyusunan program pengembangan penanaman modal daerah KabupatenKota dalam bentuk Rencana Strategis Daerah
Renstrada sesuai dengan Program Pembangunan Daerah Propeda kabupatenkota;
d. penetapan bidang usaha unggulanprioritas
e. penyiapan usulan bidang-bidang usaha yang tertutup mutlak untuk
penanaman modal, tertutup untuk PMA dan bidang-bidang usaha unggulanprioritas;
f. penyusunan profil-profil proyek penanaman modal bidang-bidang
usaha unggulanprioritas g.
penyusunan profil-profil investasi proyek kemitraan; h.
penetapan kebijakan pemberian insentif khusus sesuai dengan kewenangan daerah kabupatenkota;
i. pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan teknis dan bisnis bagi usaha
kecil dan menengah; j.
penyelenggaraan kewenangan lain di bidang kebijakan dan perencanaan pengembangan penanaman modal yang belum
ditetapkan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi.
2. Promosi dan kerja sama internasional penanaman modal;
Universitas Sumatera Utara
a. Penyelenggaraan promosi penanaman modal daerah baik di dalam
maupun di luar negeri, seperti seminar, pameran, temu usaha, dan lokakarya;
b. pembuatan bahan promosi penanaman modal daerah dalam bentuk
media cetak; c.
kerja sama dengan provinsi dan pemerintah pusat BKPM dalam penyelenggaraan promosi penanaman modal daerah;
d. pelaksanaan forum temu usaha dan penjodohan bagi usaha kecil
dan menengah dengan usaha besar dalam rangka kemitraan; e.
kerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka penyelenggaraan promosi penanaman modal daerah baik di dalam maupun di luar
negeri; f.
pengiriman misi penanaman modal ke daerah lain dan ke luar negeri;
g. penerimaan misi penanaman modal ke daerah lain dan ke luar
negeri; h.
pelaksanaan kerja sama luar negeri sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat;
i. penyiapan materi perjanjian dalam rangka kerja sama sub regional
di bidang penanaman modal; j.
pelaksanaan sosialisasi atas perjanjian kerja sama luar negeri di bidang penanaman modal kepada aparatur dunia usaha;
Universitas Sumatera Utara
k. penyelenggaraan kewenangan lain di bidang promosi dan kerja
sama internasional penanaman modal yang belum ditetapkan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat
dan provinsi. 3.
Pelayanan perizinan penanaman modal; a.
Pemberian persetujuan seluruh proyek baru dan perluasan PMDN atas bidang usahaproyek selain yang menjadi kewenangan
provinsi dan pusat; b.
Pemberian persetujuan perubahan rencana proyek PMDN atas persetujuan proyek;
c. Pemberian perizinan pelaksanaan persetujuan penanaman modal
dalam rangka PMDN; d.
Pemberian insentif khusus penanaman modal yang menjadi kewenangannya;
e. Penyelenggaraan kewenangan lain di bidang pelayanan perizinan
penanaman modal yang belum ditetapkan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi.
4. Pengendalian penanaman modal;
a. Pemantauan perkembangan pelaksanaan seluruh penanaman modal
yang berada di wilayahnya; b.
pembinaan terhadap pelaksanaan seluruh penanaman modal dalam rangka peningkatan realisasi penanaman modal yang berada di
wilayahnya;
Universitas Sumatera Utara
c. pengawasan terhadap pelaksanaan seluruh penanaman modal yang
berada di wilayahnya; d.
pemberian sanksi terhadap perusahaan yang melakukan pelanggaran atas ketentuan penanaman modal yang surat
persetujuannya dikeluarkan oleh pemerintah kabupatenkota; e.
penyelesaian permasalahan yang dialami oleh perusahaan penanaman modal yang berada di wilayahnya;
f. penyusunan laporan perkembangan seluruh persetujuan dan
realisasi penanaman modal di daerahnya secara berkala; g.
penyelenggaraan kewenangan lain di bidang pengendalian penanaman modal yang belum ditetapkan sepanjang tidak
bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat. 5.
Sistem informasi penanaman modal. a.
Pembangunan dan pengembangan sistem informasi penanaman modal yang terintegrasi dengan sistem informasi penanaman modal
provinsi dan pemerintah pusat BKPM; b.
pengumpulan dan pengolahan data persetujuan dan realisasi proyek PMDN dan PMA;
c. pemutakhiran data dan informasi promosi penanaman modal
daerah.
Universitas Sumatera Utara
Apabila dibandingkan antara kewenangan pemerintah daerah provinsi dan daerah kabupatenkota, dapat diketahui bahwa kewenangan yang lebih besar
diberikan kepada pemerintah kabupatenkota. Hal ini disebabkan:
144
1. Titik berat desentralisasi itu berada di tingkat kabupatenkota; dan
2. daerah kabupatenkota mempunyai potensi yang besar dalam rangka
penanaman modal. Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan agar kegiatan penanaman modal di
daerah dapat memberikan kesejahteraan yang optimal bagi masyarakat demi kepentingan nasional.
D. Akibat Hukum Perolehan Status sebagai Perusahaan Penanaman Modal