49
mengenai komitmen organisasional yang dapat diukur berdasarkan sikap dan perilaku dari individu-individu
dalam suatu organisasi yaitu keterikatan, keterlibatan,
kebersamaan, kesetiaan dan pengidentiikasian diri yang mempunyai implikasi pada keputusan untuk
tetap sebagai anggota organisasi atau meninggalkan organisasi.
Berdasarkan konstruk pengertian komitmen organi
sasional di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasional seorang guru kepada
organisasi atau sekolahnya dapat dicirikan sebagai berikut: 1 keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota
organisasi sekolah dan akan berusaha sekuat tenaga melakukan pekerjaan dengan profesional untuk
memajukan sekolah, 2 keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi sekolah, dan 3 keyakinan
tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi sekolah.
B. Dimensi-dimensi Komitmen
Meyer, Allen Smith 2003:234 membedakan antara dua jenis komitmen yaitu: a Affective Commitment,
dan b Continuance Commitment. Affective Commitment menunjukkan rasa memiliki dan emosi rasa sayang
terhadap organisasi, sedangkan Continuance commitment menekankan biaya yang dirasakan jika meninggalkan
organisasi. Selanjutnya, Meyer, Allen Smith 2003:234 memperkenalkan komitmen ketiga dari komitmen yaitu
Normative Commitment
yang menunjukkan kewajiban yang dirasakan untuk tetap bertahan di dalam
50
organisasi. Kemudian Meyer, Allen Smith 2003:234 merevisi skala normative commitment untuk menjelaskan
perbedaan affective dan normative commitment.
Beberapa karyawan menunjukkan sebuah keya- kinan dan penerimaan yang kuat terhadap sasaran-
sasaran dan nilai-nilai organisasi yang baru. Kelompok karyawan juga mendesak usaha-usaha untuk organisasi
baru dan menunjukkan keinginan kuat untuk mempertahankan keanggotaan. Meyer, Allen Smith
2003:235 menamakan bentuk komitmen ini sebagai organizational affective commitment.
Meyer dan Allen dalam Luthan 2008:148 mengemukakan dimensi-dimensi komitmen organi-
sasional sebagai berikut: 1. Affective commitment
komitmen afektif. Komitmen afektif mengacu pada rasa sayang emosional
karyawan dalam mengindentiikasi keterlibatannya dalam organi
sasi. Menurut Robbins 2009:113 komitmen afektif merupakan perasaan emosional
untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya. Menurut Mowday, R. T., Steers, R. M., Porter, L. W.
dalam Yachouchi 2009:140 indikator dari komitmen afektif ini adalah bangga menjadi bagian perusahaan,
bangga terhadap perusahaan, usaha ekstra, peduli akan nasib perusahaan, senang memilih perusahaan
sebagai tempat bekerja.
2. Continuance commitment komitmen kontinuens.
Komitmen kontinuens mengacu pada penilaian karyawan mengenai apakah biaya untuk
51
meninggalkan organisasi lebih besar daripada biaya untuk tetap tinggal dalam organisasi. Menurut
Robbins 2009:114 komitmen berkelanjutan berkaitan dengan nilai ekonomi yang dirasa dari
bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut. Seorang
karyawan mungkin berkomitmen kepada seorang pemberi kerja karena ia dibayar tinggi dan merasa
bahwa pengunduran diri dari perusahaan akan menghancurkan keluarganya. Menurut Mowday,
R. T., Steers, R. M., Porter, L. W. dalam Yachouchi 2009:140 indikator komitmen kontinuens adalah
kesesuaian dengan kebijakan perusahaan mengenai karyawan, loyalitas pada perusahaan, alternatif
pekerjaan, manfaat yang diperoleh jika bekerja dalam jangka waktu lama, perubahan jika meninggalkan
perusahaan, keputusan bekerja pada perusahaan merupakan keputusan yang fatal.
3. Normative commitment Komitmen normatif. Komit-
men normatif mengacu pada perasaan berke- wajiban dari karyawan kepada organisasi. Karyawan
dengan level yang tinggi dari komitmen normatif akan tetap berada dalam organisasi karena merasa
mereka seharusnya melakukannya. Dengan kata lain komitmen normatif didasarkan pada kewajiban
moral untuk tetap setia. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Robbins 2009:114 bahwa
komitmen normatif merupakan kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral
atau etis. Menurut Mowday, R. T., Steers, R. M.,
52
Porter, L. W. dalam Yachouchi 2009:140 indikator komitmen normatif adalah kecocokan dengan norma-
norma perusahaan, perusahaan merupakan yang terbaik sebagai tempat kerja, penerimaan semua tipe
pekerjaan, perusahaan sebagai sumber inspirasi.
Berdasarkan tiga jenis komitmen di atas tentu saja yang tertinggi tingkatannya adalah Affective Commitment.
Anggotakaryawan suatu organisasi dengan Affective Commitment
tinggi akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap
organisasi. Sedangkan tingkatan terendah adalah Continuance Commitment
. Anggotakaryawan suatu organisasi yang terpaksa menjadi anggotakaryawan
untuk menghindari kerugian inansial atau kerugian lain, akan kurangtidak dapat diharapkan berkontribusi
berarti bagi organisasi. Untuk Normative Commitment, tergantung seberapa jauh internalisasi norma agar
anggotakaryawan bertindak sesuai dengan tujuan dan keinginan organisasi. Komponen normatif akan
menimbulkan perasaan kewajiban atau tugas yang memang sudah sepantasnya dilakukan atas keuntungan-
keuntungan yang telah diberikan organisasi.
Meyer, Allen Smith 2003:258 mendeskripsikan indikator dari komitmen organisasi sebagai berikut:
Indikator affective commitment, Individu dengan affective commitment
yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi, hal ini berarti
bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap
53
organisasi dibandingkan individu dengan affective commitment
yang lebih rendah. Demikian pula seorang guru dengan affective commitment yang tinggi tentu
akan memiliki kedekatan emosional yang erat dengan sekolah. Implikasinya tentu seorang guru yang memiliki
komitmen seperti ini akan memiliki motivasi kerja dan komitmen yang tinggi untuk memajukan sekolahnya.
Berdasarkan beberapa penelitian affective commit ment
memiliki hubungan yang sangat erat dengan seberapa sering seorang anggota tidak hadir atau
absen dalam organisasisekolah. Dalam hal role-job
performance, atau hasil pekerjaan yang dilakukan,
individu dengan affective commitment akan bekerja lebih keras dan menunjukkan hasil pekerjaan yang lebih
baik dibandingkan yang komitmennya lebih rendah. Kim dan Mauborgne Meyer, Allen Smith, 2003:258
menyatakan individu dengan affective commitment tinggi akan lebih mendukung kebijakan sekolah
dibandingkan yang lebih rendah. Affective commitment memiliki hubungan yang erat dengan pengukuran self
reported
dari keseluruhan hasil pekerjaan individu e.g., Bycio, Hackett, Allen; Ingram, Lee, Skinner; Leong,
Randall, Cote; Randal, Fedor, Longenecker; Sager Johnston dalam Meyer, Allen Smith, 2003:258.
Berdasarkan penelitian yang didapat dari self report
tingkah laku Allen Meyer; Meyer et al.; Pearce dalam Meyer, Allen Smith, 2003:258 dan
assesment tingkah laku e.g., Gregersen; Moorman et al.;
Munene; Shore Wayne dalam Meyer, Allen Smith,
54
2003:258 karyawan dengan affective commitment yang tinggi memiliki tingkah laku organizational citizenship
yang lebih tinggi daripada yang rendah. Berdasarkan penelitian Ghirschman 1970 dan Farrell 1983, Meyer
et al. 2003 meneliti tiga respon ketidakpuasan, yaitu voice, loyalty, dan neglect.
Menurut Quest 2005:342 indikator-indikator perilaku komitmen yang dapat dilihat pada karyawan
adalah : 1. Melakukan upaya penyesuaian. Bagi seorang guru,
perilaku komitmen ini ditunjukan dengan cara selalu menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi
lingkungan organisasi sekolah dan melakukan hal- hal yang diharapkan, serta menghormati norma-
norma organisasi sekolah, menuruti peraturan dan ketentuan yang berlaku.
2. Meneladani kesetiaan. Perilaku komitmen jenis ini ditunjukan oleh seorang guru dengan cara mem-
bantu orang lain, baik dengan Kepala Sekolah, sesama guru, karyawan, atau bahkan dengan siswa.
Menghormati dan menerima hal-hal yang dianggap penting oleh Kepala Sekolah atau bahkan atasan
di atasnya, bangga menjadi bagian dari organisasi sekolah, serta peduli akan citra organisasi sekolah.
3. Mendukung secara aktif. Seorang guru yang mem- punyai komitmen jenis ini akan menunjukan perilaku
dengan cara bertindak mendukung misi sekolah, memenuhi kebutuhanmisi organisasi sekolah, dan
menyesuaikan diri dengan misi organisasi sekolah.
55
4. Melakukan pengorbanan pribadi. Guru dengan komitmen jenis ini akan berperilaku dengan cara
menempatkan kepentingan organisasi sekolah diatas kepentingan pribadi, pengorbanan dalam hal pilihan
pribadi, serta mendukung keputusan yang mengun- tungkan organisasi sekolah walaupun keputusan
tersebut tidak disenangi.
C. Membangun Komitmen Organisasional