tahun 2002 dan World Health Assembly WHA tahun 2003 untuk menurunkan kematian akibat campak menjadi 50 pada akhir tahun 2005 dibandingkan keadaan pada tahun
1999; dan mencapai target The United Millenium Development Goals untuk mereduksi kematian campak pada anak usia kurang dari 5 tahun menjadi 23 pada tahun 2015 serta
mendukung The WHOUNICEF Global Strategic Plan for Measles Mortality Reduction and Regional Elimination 2001-2005;
10. Pertemuan The Ninth Technical Consultative Group on Polio Eradication and Polio
Eradication and Vaccine Preventable Diseases in South-East Asia Region tahun 2003 untuk menyempurnakan proses sertifikasi eradikasi polio, reduksi kematian akibat
campak menjadi 50 dan eliminasi tetanus neonatal, cakupan DPT3 80 di semua negara dan semua kabupaten, mengembangkan strategi untuk Safe Injections and Waste
Disposal di semua negara serta memasukkan vaksin hepatitis B di dalam Program Imunisasi di semua negara;
11. WHO-UNICEF tahun 2003 tentang Joint Statement on Effective Vaccine Store
Management Initiative Depkes RI, 2005
2.1.1 Sasaran Program Imunisasi
Program imunisasi secara keseluruhan memiliki sasaran pencegahan jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah
melalui pemberian imunisasi meliputi penyakit menular tertentu. Jenis-jenis penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud meliputi antara lain penyakit Tuberculosis, Difteri,
Pertusis, Campak, Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, Meningitis meningokokus, Haemophilus influenzae tipe b, Kolera, Rabies, Japanese encephalitis, Tifus abdominalis, Rubbella,
Varicella, Pneumoni pneumokokus, Yellow fever, Shigellosis, Parotitis epidemica. Jenis-
Universitas Sumatera Utara
jenis penyakit menular yang saat ini masuk kedalam program imunisasi adalah Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Polio, Campak, Tetanus dan Hepatitis Depkes RI, 2005.
Berdasarkan usia yang diimunisasi, sasaran yang ingin dicapai meliputi; Imunisasi rutin bayi dibawah satu tahun, wanita usia subur berusia 15 – 39 tahun, termasuk ibu hamil
dan calon pengantin serta anak usia sekolah dasar. Imunisasi tambahan bayi dan anak. Berdasarkan tingkat kekebalan yang ditimbulkan, sasaran yang ingin dicapai meliputi;
Imunisasi dasar bayi, Imunisasi lanjutan anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur.
2.1.2 Imunisasi Dasar
Program imunisasi dasar merupakan langkah penting bagi terbentuknya anak yang sehat dan terlindungi dari serangan penyakit menular. Imunisasi dasar lengkap adalah
pemberian lima vaksin imunisasi sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk bayi dibawah satu tahun, meliputi Hepatitis-B, BCG, DPT, Polio, Campak Puspitasari, 2009. Selanjutnya
terkait dengan cara dan waktu pemberian imunisasi dasar, Kementerian Kesehatan 2000 melalui Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia telah memberikan keterangan
cara dan waktu pemberian imunisasi dasar sebagai berikut dalam tabel.
Tabel 2.1. Cara Pemberian Imunisasi Dasar Vaksin
Dosis Cara Pemberian
BCG 0,05 cc
Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan DPT
0,5 cc Intramuskular
Polio 2 tetes
Diteteskan ke mulut Campak
0,5 cc Subkutan, biasanya di lengan kiri atas
Hepatitis B 0,5 cc
Intramuskular pada paha bagian luar Sumber : Depkes RI, 2005
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Waktu yang Tepat untuk Pemberian Imunisasi Dasar Vaksin
Pemberian Imunisasi
Selang Waktu Pemberian Umur Pemberian
BCG 1 kali
0-11 Bulan DPT
3 kali 4 Minggu
2-11 Bulan Polio
4 kali 4 Minggu
0-11 Bulan Campak
1 kali 9-11 Bulan
Hepatitis B 4 kali
4 Minggu 0-11 Bulan
Sumber : Depkes RI, 2005 Menurut Puspitasari 2009, dengan pemberian imunisasi dasar diharapkan dapat
dicegah beberapa penyakit menular, yaitu:
a. Tuberkulosis
Sampai saat ini di beberapa negara, tuberkulosis masih merupakan penyebab kematian. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang
masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah karena umumnya masyarakat ini mengalami gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah dan tinggal di pemukiman yang padat dan
tidak sehat sehingga mudah terjadi penularan penyakit. Apabila seorang anak terkena tuberkulosis, organ tubuh yang dapat terkena adalah paru-paru, kelenjar, kulit, tulang, sendi,
dan selaput otak. Cara penularan adalah melalui droplet atau percikan air ludah, sedangkan reservoar adalah manusia. Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG. Ada
kesulitan untuk menilai dampak imunisasi BCG terhadap angka kejadian tuberkulosis karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti pemukiman yang padat dan tidak sehat dan
banyaknya sumber penularan di masyarakat yang tidak mendapat pengobatan dengan tepat. Walaupun demikian, dampak vaksinasi BCG paling tidak apabila terkena penyakit, akan
lebih ringan sehingga menurunkan angka kematian atau kecacatan.
b. Difteri
Universitas Sumatera Utara
Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Coryneabacterium dyptheriae tipe gravis, milis, dan intermedius, yang menular melalui percikan ludah yang tercemar. Anak yang terkena difteri
akan menunjukkan gejala ringan sampai berat. Gejala ringan dapat berupa membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi obstruksi jalan napas karena mengenai laring,
saluran napas bagian atas, tonsil, dan kelenjar sekitar leher membengkak bull neck.
c. Pertusis
Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Bordetella pertusis dengan penularan melalui droplet. Masyarakat awam mengenalnya dengan istilah batuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari
pertusis adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal berupa batuk pilek, kemudian setelah hari ke-10 batuk bertambah berat dan seringkali disertai muntah.
Untuk itu, imunisasi DPT adalah salah satu cara pencegahan yang dapat dilakukan karena kekebalan dari ibu tidak bersifat protektif.
d. Poliomielitis
Sesuai dengan namanya, penyebab infeksi ini adalah virus polio tipe satu, dua dan tiga, yang menyerang mielin atau serabut otot. Gejala awal tidak jelas, dapat timbul gejala demam
ringan dan infeksi saluran pernapasan atas ISPA, kemudian timbul gejala paralisis yang bersifat flaksid yang mengenai sekelompok serabut otot sehingga timbul kelumpuhan.
Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran napas, dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah melalui droplet atau fekal, dan reservoarnya adalah manusia yang
menderita polio. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan vaksinasi polio, bahkan dapat eradikasi dengan cakupan polio 100 .
Universitas Sumatera Utara
e. Campak
Penyebab penyakit infeksi ini adalah virus morbili yang menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan pada kulit yang mulai timbul pada bagian belakang
telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan konjungtivitis. Setelah 3-4 hari, kemerahan pada kulit
mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi diberikan pada
anak usia sembilan bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia sembilan bulan. Komplikasi yang harus dicegah adalah
otitis media, konjungtivitis berat, enteritis, dan pneumonia, terlebih pada anak dengan status gizi buruk.
f. Hepatitis B
Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertikal, yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan
paramedis, pecandu narkotika, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur. Gejala yang dapat muncul tidak khas, seperti anoreksia, mual, dan
kadang-kadang ikterik. Sejak tahun 1992, vaksin Hepatitis B menjadi bagian dari program di Indonesia walaupun belum merata di semua provinsi dapat menjalankannya karena harga
vaksin yang cukup mahal sehingga dilakukan secara bertahap.
g. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh racun kuman yang dihasilkan oleh kuman Clostridium Tetani. Dibagi menjadi dua tetanus pada bayi Tetanus
neonatorum dan pada anak-anak. Adapun gejalanya adalah paling dini limap hari
Universitas Sumatera Utara
setelah lahir bayi mendadak tidak dapat menetek karena mulut sulit dibuka diikuti kaku seluruh tubuh dan kejang. Dan pada anak biasanya timbul melalui luka yang
tercemar Clostridium Tetani, mulut kaku dan sukar dibuka, punggung kaku dan melengkung mulai dari bahu sampai pimggul, kejang seluruh tubuh terutama bila ada
rangsangan cahaya atau bunyi.
2.1.3 Kebijakan dan Strategi Program Imunisasi