Sedangkan  Bank  Dunia  World  Bank  mendefinisikan  GCG  sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi  jangka  panjang  yang  berkesinambungan  bagi  para  pemegang  saham
maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Defini  GCG  yang  dikemukakan  diatas  berbeda-beda,  namun  pada
dasarnya memiliki  maksud  yang sama.  Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa GCG adalah suatu sistem dan aturan yang mengatur hubungan
antara  pengelola  perusahaan  dengan  pihak  yang  berkepentingan  dengan perusahaan  stakeholder,  tujuannya  adalah  untuk  meningkatkan  nilai  tambah
value  added  perusahaan.  Pengimplementasian  GCG  juga  diharapkan  mampu mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan
untuk memastikan bahwa kesalahan tersebut dapat diperbaiki dengan segera. Lebih  jauh  lagi,  penerapan  GCG  yang  didukung  dengan  integritas  tinggi
dapat  menciptakan  iklim  bisnis  yang  positif  bagi  suatu  negara.  GCG  menjadi salah satu daya tarik bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya pada
organisasi-organisasi  dalam  negeri,  dan  hal  ini  tentu  akan  mampu  mendongkrak perekonomian nasional.
2.3 Sejarah Good Corporate Governance
Sejarah  lahirnya  GCG  berawal  ketika  terkuaknya  skandal  beberapa perusahaan  raksasa  di  Inggris  maupun  Amerika    Serikat  pada  tahun  1980-an.
Enron  Corp  dan  WorldCom  merupakan  contoh  perusahaan  Amerika  yang mendorong  lahirnya  GCG  sebagai  cara  untuk  penyehatan  perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Berkembangnya  budaya  serakah  dan  pengambilalihan  perusahaan  secara  agresif menyadarkan  orang  akan  pentingnya  sistem  tata  kelola  perusahaan  yang  baik,
jelas dan bertanggung jawab. Dalam perusahaan selalu terdapat berbagai potensi konflik, seperti konflik
antara  pemilik  saham  dan  pimpinan  perusahaan,  antara  pemilik  saham  majoritas dan  minoritas,  antara  pekerja  dan  pimpinan  perusahaan,  potensi  mengenai
pelanggaran  lindungan  lingkungan,  potensi  kerawanan  dalam  hubungan  antara perusahaan  dan  masyarakat  setempat,  antara  perusahaan  dan  pelanggan  ataupun
pemasok, dan sebagainya. Bahkan besarnya  gaji para eksekutif dapat  merupakan bahan  kritikan.  Disinilah  objek  sentral  dari  pengaturan  GCG,  yaitu  untuk
mengatur antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif. Krisis  ekonomi  yang  menghantam  kawasan  Asia  dan  Amerika  Latin  di
tahun  1990-an  juga  dianggap  sebagai  akibat  dari  kegagalan  pengimplementasian GCG.  Hal  inilah  yang  kemudian  mendorong  munculnya  tuntutan  agar  GCG
diimplementasikan  secara  konsisten  dan  komprehensif.  Tuntutan  ini  juga disuarakan oleh berbagai lembaga seperti IMF, World Bank, OECD, dan APEC.
Prinsip-prinsip  GCG  dianggap  mampu  menolong  perusahaan  dan membantu perekonomian negara yang sedang di hantam krisis agar dapat bangkit,
mampu bersaing
secara sehat,
dan dikelola
secara professional.
Pengimplementasian  prinsip-prinsip  GCG  dinilai  merupakan  kunci  sukses  bagi perusahaan  untuk  dapat  mengembalikan  kepercayaan  investor,  sehingga  mampu
bertumbuh, berkembang, dan memberi keuntungan dalam jangka panjang. Di  Indonesia  sendiri,  corporate  governance  mulai  diperkenalkan  pada
seluruh perusahaan publik pada tahun 1998. Bermula dari usulan penyempurnaan
Universitas Sumatera Utara
peraturan  pencatatan  pada  Bursa  Efek  Jakarta  sekarang  Bursa  Efek  Indonesia yang  mengatur  mengenai  peraturan  bagi  emiten  yang  tercatat  di  BEJ  yang
mewajibkan  untuk  mengangkat  komisaris  independen  dan  membentuk  komite audit.
Kemudian  Indonesia  menandatangi  Nota  Kesepakatan  Letter  of  Intent dengan  IMF  yang  mendorong  terciptanya  iklim  yang  lebih  kondusif  bagi
penerapan corporate governance. Pemerintah Indonesia mendirikan satu lembaga khusus  yang  bernama  Komite  Nasional  mengenai  Kebijakan  Corporate
Governance  KNKCG  melalui  Keputusan  Menteri  Negara  Koordinator  Bidang Ekonomi,  Keuangan  dan  Industri  Nomor:  KEP-31M.EKUIN062000.  Tugas
pokok  KNKCG  merumuskan  dan  menyusun  rekomendasi  kebijakan  nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate
governance di Indonesia. Pada  tahun  2006,  KNKCG  melakukan  penyempurnaan  pedoman
corporate governance  yang sebelumnya telah di terbitkan pada tahun 2001. Hal- hal yang disempurnakan pada Pedoman Umum GCG tahun 2006 adalah
:
1.  Memperjelas  peran  tiga  pilar  pendukung  negara,  dunia  usaha,  dan masyarakat  dalam  rangka  penciptaan  situasi  kondusif  untuk
melaksanakan GCG; 2. Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku;
3.  Kelengkapan  organ  Perusahaan  seperti  komite  penunjang  dewan komisaris komite audit, komite kebijakan risiko, komite nominasi dan
remunerasi, komite kebijakan corporate governance;
Universitas Sumatera Utara
4.  Fungsi  pengelolaan  perusahaan  oleh  Direksi  yang  mencakup  lima  hal dalam  kerangka  penerapan  GCG  yaitu  kepengurusan,  manajemen
risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial; 5.  Kewajiban  perusahaan  terhadap  pemangku  kepentingan  lain  selain
pemegang  saham  seperti  karyawan,  mitra  bisnis,  dan  masyarakat  serta pengguna produk dan jasa;
6. Pernyataan tentang penerapan GCG; 7. Pedoman praktis penerapan Pedoman GCG;
Sementara  itu,  inisiatif  dari  sektor  swasta  melalui  asosiasi-asosiasi  bisnis dan  profesi  telah  melahirkan  Forum  for  Corporate  Governance  in  Indonesia
FCGI  yang didirikan oleh 5 lima asosiasi  bisnis  dan profesi  yang hingga kini keanggotaanya  terus  bertambah,  sehingga  terdapat  10  sepuluh  asosiasi  bisnis
dan  profesi  tergabung  ke  dalam  forum  ini.  Selain  itu,  terbentuk  pula  institut- institut  yang  berkecimpung  di  bidang  corporate  governance,  misalnya  Institute
for  Corporate  Governance  dan  Institute  for  Corporate  Directorship  Adrian Sutedi, 2012.
2.4 Teori Good Corporate Governance