Sistem Motorik Bagian yang Hemiplegia Usia Crosstabulation

menelan, gunakan sedotan untuk memudahkan. Jagalah jangan sampai pasien tersedak. Wirawan 2009, untuk rehabilitasi stroke fase kronis program latihannya tidak banyak berbeda dengan fase sebelumnya. Hanya dalam fase ini sirkuit-sirkuit gerakaktivitas sudah terbentuk, membuat pembentukan sirkuit baru menjadi lebih sulit dan lambat. Hasil latihan masih tetap dapat berkembang bila ditujukan untuk memperlancar sirkuit yang telah terbentuk sebelumnya, membuat gerakan semakin baik dan penggunaan tenaga semakin efisien. Latihan endurans dan penguatan otot secara bertahap terus ditingkatkan, sampai pasien dapat mencapai aktivitas aktif yang optimal. Tergantung pada beratnya stroke, hasil luaran rehabilitasi dapat mencapai berbagai tingkat seperti a Mandiri penuh dan kembali ke tempat kerja seperti sebelum sakit, b Mandiri penuh dan bekerja namun alih pekerjaan yang lebih ringan sesuai kondisi, c Mandiri penuh namun tidak bekerja, d Aktivitas sehari-hari perlu bantuan minimal dari orang lain atau e Aktivitas sehari-hari sebagian besar atau sepenuhnya dibantu orang lain.

2.2. Sistem Motorik

Sistem motorik bersifat kompleks dan fungsi motor menunjukkan integritas traktus kortikospinal, sistem ekstrapiramida dan fungsi otak. Sebuah impuls motor melintasi dua neuron. Beberapa traktus saraf motorik selain kortikospinal ada di dalam medula spianalis. Beberapa dari traktus itu mewakili jaras sistem Universitas Sumatera Utara ekstrapiramida membentuk hubungan antara sel-sel ujung anterior dan pusat kontrol otonom yang terdapat pada basal ganglia dan serebelum Smeltzer Bare, 2002. Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi sel-sel saraf, salah satunya terdapat pada korteks motorik, serabut-serabutnya berada tepat pada traktus piramida atau penyilangan traktus piramida dan serat lainnya berada pada ujung anterior medula spinalis, serat-seratnya berjalan menuju otot. Yang pertama disebut sebagai neuron motorik atas upper motor neuron dan yang terakhir disebut sebagai nuron motorik bawah lower motor neuron. Setiap saraf motorik yang menggerakkan setiap otot merupakan komposisi gabungan ribuan saraf-saraf motorik bawah. Jaras motorik dari otak ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke batang otak dibentuk oleh UMN upper motorik neuron. UMN mulai di dalam korteks pada sisi yang berlawanan di otak menurun melalui kapsul internal, menyilang ke sisi berlawanan di dalam batang otak, menurun melalui traktus kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN lower motor neuron. UMN seluruhnya berada dalam sistem saraf pusat SSP. LMN menerima impuls di bagian ujung posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural. Berbeda dengan UMN, LMN berakhir di dalam otot. Ciri-ciri klinik pada lesi di UMN adalah kehilangan kontrol volunter, peningkatan tonus otot spastisitas otot, tidak ada atrofi otot dan refleksi hiperaktif dan abnormal. Pada lesi LMN adalah kehilangan kontrol volunter, penurunan tonus otot, paralisis flaksid otot, atrofi otot dan tidak ada penurunan refleks. Universitas Sumatera Utara Lesi UMN dapat melibatkan korteks motor, kapsul internal, medula spinalis dan struktur-struktur lain pada otak dimana sistem kortikospinal menuruninya. Jika UMN rusak atau hancur sering menyebabkan stroke, paralisis kehilangan gerakan yang disadari. Karena pengaruh hambatan dari UMN utuh pada keadaan ini mengalami kerusakan, gerakan refleks tidak disadari tidak dihambat. Akibatnya otot tidak atrofi atau menjadi lumpuh, tetapi sebaliknya, tetap lebih tegang secara permanen daripada normal dan menunjukkan paralisis spastik. Paralisis dihubungkan dengan lesi-lesi UMN dan biasanya mempengaruhi seluruh ekstremitas atau separuh bagian tubuh. Spasme kaki hebat dapat terjadi pada pasien-pasien yang mengalami cedera komplit daerah medula spinalis. Adanya spasme disebabkan cedera pada sepanjang lengkung refleks di medula spinalis dan merupakan tanda dari penyakit UMN. Hemiplegia paralisis satu tangan dan kaki pada sisi tubuh yang sama adalah salah satu contoh paralisis UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau trombus dapat merusak serat-serat pada daerah motor di kapsula interna, tangan dan kaki pada sisi yang berlawanan menjadi kaku dan sangat lemah atau lumpuh dan refleks yang berlebihan. Jika kedua kaki lumpuh, kondisi ini disebut paraplegia, paralisis pada keempat ekstremitas disebut quadriplegia atau tetraplegia. Pada individu yang mengalami kerusakan LMN pada satu saraf motor antara otot dan medula spinalis berakibat rusak berat pada jaras ke otot. Akibat dari rusaknya LMN adalah otot menjadi lumpuh dan dan orang tersebut tidak mampu menggerakkan otot. Saraf tidak mengambil peran pada gerakan-gerakan refleks dan Universitas Sumatera Utara otot menjadi lemah dan atrofi karena otot tidak digunakan. Jika pasien mengalami cedera pada batang spinal dan dapat sembuh kembali, maka pasien menggunakan otot-otot penghubung ke bagian medula spinalis. Jika ujung sel-sel motor anterior mengalami kerusakan, sedangkan saraf-saraf pembaharuan kembali menyebabkan otot tidak pernah digunakan lagi. Rentetan kejadian seperti ini terjadi pada poliomielitis anterior. Paralisis flaksid kelumpuhan dan atrofi pada otot-otot adalah tanda spesifik pada penyakit LMN Smeltzer Bare, 2002.

2.3. Pemeriksaan Neurologis