Dari Gambar 4.2 dan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai true density maksimum serbuk Barium Heksaferit sebelum kalsinasi diperoleh pada serbuk
Barium Heksaferit dengan penambahan 7 berat FeB dengan nilai 5,05×10
-3
kgm
3
. Adanya penambahan FeB mempengaruhi nilai true density serbuk campuran setelah di milling semakin meningkat, hal ini disebabkan nilai
densitas FeB 6,73×10
-3
kgm
3
yang lebih besar dibandingkan nilai densitas Barium Heksaferit 5,3×10
-3
kgm
3
. Berbanding terbalik dengan nilai true density serbuk sebelum kalsinasi, nilai true density serbuk Barium Heksaferit
dengan penambahan FeB setelah kalsinasi cenderung menurun. Nilai true density maksimum serbuk Barium Heksaferit setelah kalsinasi diperoleh pada
sampel tanpa penambahan FeB Barium Heksaferit murni dengan nilai 4,59×10
-3
kgm
3
. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dengan penambahan FeB dan kalsinasi pada suhu 900°C menurunkan nilai densitas
serbuk, hal ini disebabkan terbentuknya fasa baru setelah proses kalsinasi yang memiliki densitas yang lebih kecil dari nilai densitas Barium Heksaferit
dan FeB hal ini dapat dilihat pula pada hasil analisa XRD serbuk pada Gambar 4.4, yaitu terbentuknya fasa hematit Fe
2
O
3
. Dimana nilai densitas serbuk hematit 4,5×10
-3
kgm
3
adalah lebih kecil dari densitas Barium Heksaferit 5,3×10
-3
kgm
3
.
4.3 Hasil Pengujian Struktur Kristal
Analisa struktur kristal dan fasa pada sampel uji dengan menggunakan XRD X-Ray Diffraction dilakukan untuk mengetahui fasa yang terbentuk dari
serbuk Barium Heksaferit setelah dicampur dengan FeB sebanyak 3 berat dengan metode mechanical aloying setelah dikalsinasi pada suhu 900°C,
puncak peak tertinggi dari hasil Diffractometer XRD dan struktur kristal yang terbentuk dalam serbuk sampel uji. Sumber yang digunakan yang
digunakan untuk pengukuran XRD adalah CuKα dengan panjang gelombang 1,5406.
Berdasarkan hasil pengukuran true density setelah kalsinasi, nilai optimum berada pada penambahan FeB sebesar 3 berat. Oleh sebab itu sampel yang
Universitas Sumatera Utara
dianalisa XRD adalah serbuk Barium Heksaferit dengan penambahan FeB sebesar 3 berat.
Sebelum dilakukan pencampuran kedua serbuk barium Heksaferit dan FeB, untuk mengetahui fasa awal serbuk maka dilakukan pengamatan fasa-
fasa menggunakan X-Ray Diffractometer XRD untuk menganalisa struktur kristal pada masing-masing bahan serbuk Barium Heksaferit dan FeB. Hasil
XRD untuk ferro boron FeB, Barium Heksaferit murni, dan Barium Heksaferit dengan penambahan FeB diperlihatkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik pola difraksi XRD: a. Ferro Boron FeB b.Barium Heksaferit c. 97 BaFe
12
O
19
: 3 FeB
10 20
30 40
50 60
70 80
90
2
a.100 FeB
Intens itas
a.u
FeB
b. 100 BaFe
12
O
19
c. 97 BaFe
12
O
19
: 3 FeB
BaFe
12
O
19
Fe
2
O
3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 bagian a merupakan pola XRD ferro boron FeB yang memiliki fasa tunggal ferro boron FeB. Ferro Boron memiliki struktur
kristal orthorombic dan mempunyai parameter kisi a = b = c = 90°C dengan nilai a = 4,0641Å, b = 5,5240 Å, dan c = 2,9462 Å pada bidang hkl: 101,
111, 021, 210, 130, dan 320. Dari Gambar 4.3 b dapat dilihat pola XRD 100wt BaFe
12
O
19
terdapat dua fasa yaitu BaFe
12
O
19
Barium Heksaferit sebagai fasa mayoritas dan
Fe
2
O
3
hematit merupakan fasa minoritas yang terdapat pada sudut 35,64°. Dari tabel Hanawalt fasa BaFe
12
O
19
mempunyai strutur kristal heksagonal dengan parameter kisi a = b ≠ c dengan nilai a = 5,892 Å, c = 23,183 Å dan
volume sel 696,406 Å
3
. Fasa Fe
2
O
3
mempunyai struktur kristal trigonal- heksagonal rombohedral axes dengan parameter kisi a = b = 5.0356 Å, c =
13.7489 Å. Pada Gambar 4.3 c dapat dilihat hasil XRD sampel BaFe
12
O
19
dengan penambahan 3 berat FeB terdapat fasa Barium Heksaferit dan hematit. Pada
penambahan 3 berat FeB fasa hematit dan intensitas tiap – tiap puncak
kristal cenderung meningkat. Hal ini disebabkan penambahan FeB menyebabkan unsur Fe semakin banyak, dan teroksidasi ketika diberi
perlakuan suhu tinggi sehingga membentuk fasa baru yaitu Fe
2
O
3
. Dan boron
B yang hanya berkisar 17-20 pada paduan logam FeB berdifusi meningkatkan intensitas puncak-puncak fasa Barium Heksaferit.
Semakin banyaknya terbentuk fasa hematit pada pencampuran serbuk Barium Heksaferit dan FeB ini akan mempengaruhi sifat magnet dari sampel
yang dapat dilihat pada hasil VSM yang ditampilkan Gambar 4.5.
4.4 Hasil Pengujian Bulk Density