Analisa DTATG Setelah Mixing Hasil Pengukuran True Density

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan penambahan FeB terhadap magnet permanen Barium Heksaferit dengan konsentrasi FeB sebesar 3, 5, dan 7 berat. Pencampuran serbuk menggunakan Planetary Ball Mill PBM selama 1 jam dengan metode mechanical alloying dan dikalsinasi pada suhu 900°C. Kemudian serbuk BaFe 12 O 19 -FeB yang telah dikalsinasi dicampur dengan bahan polimer silicone rubber sebesar 20, 30, 40, dan 50 berat untuk membuat sebuah magnet komposit permanen berbentuk pelet. Efek yang diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisis dan magnetik dari Barium heksaferit setelah penambahan FeB serta sifat fisis, magnetik, dan mekanik magnet komposit BaFe 12 O 19 -FeB dengan silicone rubber sebagai filler. Beberapa karakterisasi yang dilakukan meliputi: analisa DTATG Differential Thermal Analysis Thermo Gravimetric, pengukuran densitas true density dan bulk density, analisa struktur mikro dengan menggunakan X-Ray Diffraction XRD sifat magnetik: kurva loop hysteresis menggunakan Vibrating Sample Magnetometer VSM, dan pengujian kekuatan tarik.

4.1 Analisa DTATG Setelah Mixing

Analisa Differential Thermal Analysis Thermo Gravimetric DTATG dilakukan setelah setelah proses mixing serbuk BaFe 12 O 19 dan FeB menggunakan Planetary Ball Mill PBM selama 1 jam. Hasil analisa DTATG dapat dilihat pada Gambar 4.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Kurva DTATG dari serbuk 97 BaFe 12 O 19 : 3 FeB Berdasarkan Gambar 4.1 diperoleh informasi kurva DTATG. Kurva TG menunjukkan jumlah perubahan massa yang hilang ∆m, dan kurva DTA menunjukkan proses eksotermis dan endotermis. Pada kurva TG perubahan massa yang hilang terbesar berada pada suhu 700°C dengan ∆m= 0,3450 mg. Pada kurva DTA antara suhu 700°C - 900°C terdapat proses endotermis yang terlihat kecil, dimana endotermis merupakan tanda perubahan fasa ataupun dekomposisi perubahan struktur kristal yang diikuti menurunnya massa pada grafik TG. Hal ini juga dapat terlihat pula dari hasil pola XRD Barium Heksaferit pada Gambar 4.4. Dengan suhu kalsinasi 900°C, BaFe 12 O 19 membentuk fasa baru yaitu Fe 2 O 3 . Oleh sebab itu brdasarkan hasil analisa DTATG suhu kalsinansi untuk sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah suhu 900°C.

4.2 Hasil Pengukuran True Density

Hasil pengukuran true density serbuk Barium Heksaferit tehadap penambahan FeB sebesar 0, 3, 5, dan 7 berat sebelum dan setelah kalsinasi diperlihatkan pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.1. 200 400 600 800 1000 -0,3 -0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 TG DTA Temperature C  m mg Heat flow m W -20 20 40 60 80 100 120 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Grafik hubungan penambahan FeB sebesar 0, 3, 5, dan 7 berat terhadap true density sebelum dan setelah kalsinasi Pada Gambar 4.2 dapat dilihat nilai true density serbuk Barium Heksaferit dengan penambahan FeB sebesar 0, 3, 5, dan 7 berat sebelum kalsinasi meningkat, sedangkan nilai true density setelah kalsinasi dengan suhu 900°C menurun. Nilai masing-masing true density sebelum dan setelah kalsinasi terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data hasil pengukuran densitas serbuk Barium Heksaferit dengan penambahan FeB sebesar 0, 3, 5, dan 7 berat sebelum dan setelah kalsinasi FeB wt True density sebelum kalsinasi ×10 -3 kgm 3 True density setelah kalsinasi ×10 -3 kgm 3 4,90 4,59 3 4,96 4,13 5 5,01 3,91 7 5,05 3,34 1 2 3 4 5 6 2 4 6 8 T rue D ens ity ×10 -3 k gm 3 FeB berat True density sebelum kalsinasi True density setelah kalsinasi Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 4.2 dan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai true density maksimum serbuk Barium Heksaferit sebelum kalsinasi diperoleh pada serbuk Barium Heksaferit dengan penambahan 7 berat FeB dengan nilai 5,05×10 -3 kgm 3 . Adanya penambahan FeB mempengaruhi nilai true density serbuk campuran setelah di milling semakin meningkat, hal ini disebabkan nilai densitas FeB 6,73×10 -3 kgm 3 yang lebih besar dibandingkan nilai densitas Barium Heksaferit 5,3×10 -3 kgm 3 . Berbanding terbalik dengan nilai true density serbuk sebelum kalsinasi, nilai true density serbuk Barium Heksaferit dengan penambahan FeB setelah kalsinasi cenderung menurun. Nilai true density maksimum serbuk Barium Heksaferit setelah kalsinasi diperoleh pada sampel tanpa penambahan FeB Barium Heksaferit murni dengan nilai 4,59×10 -3 kgm 3 . Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dengan penambahan FeB dan kalsinasi pada suhu 900°C menurunkan nilai densitas serbuk, hal ini disebabkan terbentuknya fasa baru setelah proses kalsinasi yang memiliki densitas yang lebih kecil dari nilai densitas Barium Heksaferit dan FeB hal ini dapat dilihat pula pada hasil analisa XRD serbuk pada Gambar 4.4, yaitu terbentuknya fasa hematit Fe 2 O 3 . Dimana nilai densitas serbuk hematit 4,5×10 -3 kgm 3 adalah lebih kecil dari densitas Barium Heksaferit 5,3×10 -3 kgm 3 .

4.3 Hasil Pengujian Struktur Kristal