BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-
gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair memiliki gaya adsorpsi Sukardjo, 2002. Salah satu jenis adsorben yang banyak di gunakan baik dalam proses
industri maupun di laboratorium adalah karbon atau arang aktif.
Karbon aktif adalah salah satu golongan karbon berbentuk amorph yang diproduksi dari bahan dasar senyawa yang mengandung karbon. Salah satu
kegunaan karbon atau arang aktif ini dapat digunakan sebagai pengadsorpsi bahan yang berasal dari cairan maupun fasa gas. Daya adsorpsinya dipengaruhi oleh
luas permukaan dan besar porinya. Kalensun pada tahun 2012 memanfaatkan strobilus pinus sebagai arang aktif yang dapat menyerap toluena dalam bentuk gas
sehingga diperoleh kapasitas adsorpsi 0,1027 cm
3
g Kalensun,G.A., 2012. Dewasa ini arang aktif sangat luas digunakan sebagai bahan penyaring,
pengolahan limbah, pengolahan air dan penyerap gas. Karena Aplikasinya yang luas dalam bidang industri maka kebutuhan arang aktif pun meningkat.
Kebutuhan arang aktif ini tiap tahun diperkirakan meningkat 5 Prasetyo,A., 2011.
Perbedaan antara arang dengan arang aktif adalah pada bagian permukaannya. Bagian permukaan arang masih ditutupi oleh deposit hidrokarbon
yang menghalangi keaktifannya, sementara bagian permukaan arang aktif relatif bebas dari deposit dan permukaannya lebih luas serta pori-pori yang terbuka,
sehingga dapat melakukan penyerapan. Bahan kimia yang dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai bahan pengaktif diantaranya adalah H
3
PO
4
, CaCl
2
, KOH, H
2
SO
4
, Na
2
CO
3
, NaCl, K
2
S, HCl, dan ZnCl
2.
Prasetyo 2011 melakukan variasi konsentrasi NaCl sebagai aktifator arang aktif dari ban bekas dengan daya adsorpsi maksimum pada
konsentrasi NaCl 30 Prasetyo,A., 2011.
Minyak goreng memang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam proses penggorengan, minyak goreng berperan sebagai media untuk
perpindahan panas yang cepat dan merata pada permukaan bahan yang digoreng. Penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang pada suhu tinggi 160-180
o
C disertai adanya kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan dapat
mengakibatkan reaksi degradasi yang komplek dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Peneliti sebelumnya Maskan 2003 melakukan
penelitian pemurnian minyak goreng bekas dari biji bunga matahari dengan adsorben CaO, MgO, MgCO
3,
activated charcoal, bentonit, dan magnesium silikat. Lin 2001 menggunakan kombinasi adsorben untuk pemurnian minyak
goreng bekas dari kedelai. Wannahari. R dari University Malaysia Kelantan memanfaatkan ampas tebu sebagai adsorben untuk mereduksi bilangan peroksida
pada minyak kelapa, hasil penelitian diperoleh adsorpsi maksimum pada variasi waktu 10 menit dan massa adsorben 7,5 g wannahari. R.,2012. Minyak goreng
juga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi warna gelap. Proses ini mengakibatkan penurunan kualitas minyak goreng dan menimbulkan pengaruh
buruk bagi kesehatan. Walaupun menimbulkan dampak yang negatif, penggunaan minyak bekas adalah hal yang biasa dalam masyarakat, apalagi masa-masa krisis
seperti sekarang ini.
Kemiri pada umumnya digunakan sebagai bumbu masak. Tanaman kemiri memiliki berbagai macam manfaat. Buahnya dapat digunakan sebagai obat,
bumbu masak, bahan kosmetik serta kegunaan lainnya. Bagian tempurung kemiri merupakan bahan pembuatan arang yang baik, sedangkan bagian kayunya banyak
dipakai sebagai bahan bangunan dan cetakan beton Bukasa,D.A., 2012. Djeni dan Saptadi 2007 memvariasikan konsentrasi asam fosfat sebagai aktifator pada
proses karakterisasi arang tempurung kemiri, hasilnya diperoleh kondisi optimum
Universitas Sumatera Utara
pada suhu 750
o
C. Yustinah 2011 memanfaatkan sabut kelapa sebagai adsorben minyak bekas dapat menurunkan bilangan peroksida minyak bekas dari 12,87
meqkg menjadi 1,99 meqkg Yustinah, 2011. Mugugan 2012 mempelajari kinetika dan model isotherm Freundlich pada proses penyaringan limbah dengan
abu dari pohon arasu dengan mengganggap bahwa proses adsorpsi terjadi pada lapisan multilayer. Pada penelitian ini, peneliti akan memanfaatkan tempurung
kemiri yang merupakan limbah sebagai adsorben yang diaplikasikan untuk memurnikan kembali minyak goreng bekas jelantah. Penelitian ini akan
mempelajari kemampuan arang aktif dari tempurung kemiri untuk menurunkan bilangan peroksida, serta kapasitas adsorpsi dengan mempelajari bentuk isotherm
adsorpsi Langmuir dan Freundlich dari minyak goreng bekas jelantah.
1.2. Permasalahan