Teori Etika PENGARUH MORAL REASONING DAN ETHICAL SENSITIVITY TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI
oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari 3 faktor yaitu : faktor pemersepsi, faktor situasi dan faktor objek. Faktor
pemersepsi adalah sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapan. Faktor situasi meliputi waktu, keadaan kerja, dan keadaan sosial. Faktor objek
meliputi sesuatu yang yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang,
kedekatan, dan kemiripan.
Selain itu, Al-Fithrie 2015 mengemukakan bahwa Persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan pandangan individu-individu terhadap peristiwa yang
diterima oleh panca indera sehingga individu-individu dapat memahami kejadian yang diterima sesuai dengan peristiwa yang terjadi Pasek dkk,
2014.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa seorang akuntan dituntut untuk memiliki etika. Etika akuntan di Indonesia diatur dalam
Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode Etik Akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika yang terdiri dari tanggung jawab profesi, kepentingan
publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis Al-Fithrie, 2015.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia tersebut dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota dalam pemenuhan tanggung
jawab profesionalnya.
Pentingnya etika dalam profesi akuntan mendorong perhatian pada penanaman nila-nilai etika sejak masa pendidikan calon akuntan.
Pendidikan mengenai pentingnya etika dalam profesi tersebut perlu diberikan pada mahasiswa akuntansi sejak dini sebagai tindakan antisipatif
dan sebagai langkah awal menciptakan bibit-bibit akuntan masa depan
yang berperilaku etis.
Dalam memasuki dunia kerja nantinya, mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan tidak menutup kemungkinan akan mengalami dilema
ketika melakukan atau membuat suatu keputusan. Pada tahap tersebut, mahasiswa akuntansi akan membuat keputusan sesuai dengan persepsi
etisnya. Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi terbentuk oleh pemahaman tentang akuntansi khusunya terkait dengan perilaku akuntan, sehingga
mahasiswa dapat menilai etis atau tidak etis dari perilaku tersebut. Kode etik akuntan diharapkan dapat menjadi acuan dalam memberikan tanggapan
atas skandal etis yang terjadi pada profesi akuntan Al-Fithrie, 2015.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi merupakan pandangan atau penilaian dari seorang
mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan mengenai etis atau tidaknya suatu tindakan yang dilakukan oleh para akuntan. Dimana pandangan atau
penilaian tersebut didapat melalui suatu proses pengalaman dan
pembelajaran terkait dengan etika profesi seorang akuntan.