BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan gedung dan perumahan menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan meningkat. Hal ini karena dalam pembangunan tersebut membutuhkan
bahan bangunan seperti batu, pasir, tanah lempung, kapur, semen, dan lain-lain. Seperti tanah lempung untuk bata merah, kapur atau semen untuk batako dan beton
Vlack,V.,1981.
Adapun salah satu permasalahan utama dalam menyediakan rumah di Indonesia adalah tingginya biaya konstruksi bangunan dan lahan. Selama ini berbagai
penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik konstruksi yang effisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis.
Hal tersebut dapat memberikan suatu alternatif untuk memanfaatkan limbah-limbah industri yang dibiarkan begitu saja. Limbah industri untuk bahan campuran batako
ternyata mampu meningkatkan daya kuat tekan. Bahan tambah tersebut dapat berupa abu terbang fly ash, pozolan, abu sekam padi rice husk ash, abu ampas tebu
bagase furnace, dan jerami padi batang padi pasca panen.
Salah satu alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan batako dengan bahan tambah jerami padi batang padi setelah pasca
panen. Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian yang berupa jerami padi ini diharapkan akan mengurangi limbah yang mencemari lingkungan dan dapat
mengurangi kerusakan lahan pertanian. Kerusakan lahan pertanian yang disebabkan oleh pembuatan batu bata dan kebutuhan yang semakin meningkat menjadikan
permintaan akan bahan bangunan juga semakin meningkat. Batako sebagai alternatif pengganti bata merah untuk bangunan dinding diharapkan mampu mengatasi
permasalahan tersebut. Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak
Universitas Sumatera Utara
alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland dan air.
Pertanaman padi tidak hanya menghasilkan padi gabah tetapi juga jerami. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan
belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton setiap hektar pada masa panen, atau 4-5 ton bahan kering
tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Bila produksi padi dilakukan tiga kali setiap tahun, berarti jumlah gabah maupun jerami yang dihasilkan
menjadi tiga kali lipat. Ketersediaan jerami sebanyak ini biasanya digunakan untuk pakan ternak. Jerami padi juga diolah untuk pupuk fermentasi, tetapi hal ini jarang
sekali dilakukan di jaman modern ini. Biasanya tumpukan padi yang melimpah jumlahnya oleh para petani hanya dibakar saja, karena mengingat lokasi persawahan
harus segera dipersiapkan untuk segera diolah kembali.
Jerami juga merupakan salah satu tanaman yang mengandung serat dan telah digunakan produksi pulp dan kertas. Begitu juga pemanfaatan jerami sebagai bahan
bangunan, semisal digunakan sebagai bahan penutup atap pada tempat peristirahatan atau cottage. Pemanfaatan jerami sebagai bahan bangunan dapat mengurangi dua
pertiga jumlah batu bata yang dipakai dalam membangun dinding eksterior.
Alasan lain penggunaan bahan jerami untuk bahan campuran beton ringan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan Eco-Architecture dengan
sentuhan teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan penambahan jerami padi ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan,
sehingga dapat digunakan pada daerah rawan gempa. Perlu diingat fakta menunjukkan bahwa bangunan adalah pengguna energi terbesar mulai dari konstruksi, bahan
bangunan, saat bangunan beroperasi, perawatan hingga bangunan dihancurkan. Sehingga dengan meyakini Eco-Architecture ini akan menghemat biaya dalam jangka
panjang Wisnuwijanarko, 2008.
Dengan melihat permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini diharapkan ada peningkatan kualitas dengan penambahan abu jerami padi pada batako yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan sebagai konstruksi dinding. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Karakterisasi Fisis Batako dengan Pemanfaatan Abu Jerami Padi”.
1.2 Permasalahan