Agregat Karakterisasi Fisis Batako Dengan Pemanfaatan Abu Jerami Padi

4. Jenis P-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.

2.3 Agregat

Agregat yang tidak bereaksi adalah bahan-bahan campuran batako yang saling diikat oleh perekat semen. Agregat yang banyak digunakan karena sifatnya yang ekonomis adalah pasir dan kerikil. Pasir dan kerikil alamiah timbul pada tempat yang dangkal mengapung atau terletak di dasar sungai-sungai maupun sebagai peninggalan ketika es mencair. Sifat-sifat agregat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku dari batako yang sudah mengeras, karena agregat biasanya menempati sekitar 60-80 dari isi total batako. Karena agregat merupakan bahan yang terbanyak di dalam batako, maka semakin banyak persen agregat dalam campuran akan semakin murah harga batako, dengan syarat campurannya masih cukup mudah dikerjakan untuk elemen struktur yang memakai batako tersebut. Sifat yang paling penting dari suatu agregat batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-lain ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan Murdock,L.J.,1991. Kekuatan batako tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari batako yang akan dibuat maka agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran batako. Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antara butir satu dengan lainnya. Butir-butir yang lemah lebih rendah dari pasta semen tidak dapat menghasilkan kekuatan batako yang dapat diandalkan. Universitas Sumatera Utara Butir-butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal : 1. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan interlocking. 2. Porositas yang besar. Porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan terhadap beban kejut Mulyono,T.,2004. Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun mesin pemecah batu dan teknik yang digunakan. Jika dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan pasta semennyapun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat ini lebih banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar fresh concrete. Agregat yang digunakan pada campuran batako dapat berupa agregat alam atau agregat buatan. Contoh agregat alam adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregat yang berasal dari hasil residu terak tanur tinggi, pecahan genteng, pecahan beton, fly ash dari residu PLTU, extended shale, expended slag dan lainnya. Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu : 1. agregat kasar kerikil, batu pecah, atau pecahan-pecahan dari blast-furnace dan 2. agregat halus pasir alami dan buatan. Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm 4,75 mm dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm 4,75 mm. Agregat yang digunakan dalam beton sama halnya pada batako. Biasanya agregat yang digunakan pada batako adalah agregat halus berupa pasir. Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No. 100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Nawy,G.E.,1990. Terdapat 4 jenis utama pasir, yaitu: 1. Pasir galian 2. Pasir laut Universitas Sumatera Utara 3. Pasir sungai 4. Pasir yang dihancurkan Umumnya pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk pembuatan batako. Dalam penelitian ini digunakan pasir sungai. Pasir ini terbentuk ketika batu-batu dibawa arus sungai dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat juga digali dari laut asalkan pengotoran serta garam-garamnya khlorida dibersihkan dan kulit kerang disisihkan. Produksi penggalian pasir dan kerikil akan dipisah-pisahkan dengan ayakan dalam 3 kelompok yaitu : 1. kerikil kasar lebih besar dari 30 mm 2. kerikil beton dari 5 mm sampai 30 mm 3. pasir beton lebih kecil dari 5 mm Sagel,R.,1997. Agregat merupakan komponen penyusun beton yang digunakan untuk membuat volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah:  Menghasilkan beton yang murah  Menimbulkan volume beton yang stabil  Mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut  Penyusun serta pengisi volume yang terbesar. Menurut Persyaratan Bangunan Indonesia 1982: 23 agregat halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang harus memenuhi syarat–syarat sebagai berikut: 1 Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras. 2 Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama. 3 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 , apabila lebih dari 5 maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm. Universitas Sumatera Utara 4 Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak. Karena bahan organik dapat menghambat proses hidrasi semen, sehingga memperlama pengerasan dan mengurangi kekuatan. 5 Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca. 6 Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton.

2.4 Air