meletalkan bakteri Mycobacterium tuberculosis bakteri penyebab penyakit TBC Mardiah, 2009. Dapat juga sebagai antioksidan, meredakan kejang, mengobati
cacingan antelmintik, mengatasi batuk dan sebagai antibakteri Widyanto, 2009.
Dalam pengobatan tradisional, rosela sering dipakai untuk mengatasi radang, kanker, jantung, hipertensi, gangguan pencernaan. Beberapa khasiat
tersebut telah didukung oleh penelitian ilmiah, sebagai antihipertensi: dosis pemakaian 10 g rosela kering dicampur 0,5 liter air atau berisi 9,6 mg antosianin
diminum sehari sekali sebelum sarapan. Penurun kolesterol: 1 g ekstrak rosela di minum setiap hari selama sebulan. Mengatasi batuk: 3 g rosela kering dalam 200
ml air panas, air seduhan diminum setiap hari selama 3 hari Widyanto, 2009. Berdasarkan uraian di atas
,
maka perlu dilakukan karakterisasi simplisia rosela, pemeriksaan skrining fitokimia terhadap simplisia rosela dan menguji
aktivitas antibakteri ekstrak etanol rosela terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang
terdapat pada kulit, luka, mulut, selaput lendir dan saluran cerna dan Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif sebagai indikator pencemaran air, dapat
menyebabkan diare Lay, 1994.
1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah karakteristik serbuk simplisia rosela dapat diketahui ?
b. Apakah golongan senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk simplisia
rosela ?
Universitas Sumatera Utara
c. Apakah ekstrak etanol rosela mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ?
1.3 Hipotesis
a. Diduga karakteristik serbuk simplisia rosela dapat diketahui.
b. Diduga bahwa golongan senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk
simplisia rosela adalah flavonoid, saponin dan tanin.
c. Diduga bahwa ekstrak etanol rosela mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui karakteristik simplisia rosela.
b. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk
simplisia rosela. c.
Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol rosela terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Mengetahui karakteristik simplisia rosela.
b. Mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk
simplisia rosela. c.
Mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol rosela terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan rosela meliputi morfologi tumbuhan, sistematika tumbuhan, nama daerah, kandungan kimia dan khasiat tumbuhan.
2.1.1 Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan rosela berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 0,5-3 m. Ketika masih muda, batang dan daunnya berwarna hijau, ketika beranjak
dewasa dan sudah berbunga, batangnya berwarna merah. Batang berbentuk bulat, tegak dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat
daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari dan tepi beringgit. Ujung daun ada yang runcing atau
bercangap, pangkal berlekuk, panjang 5-15 cm, lebar 5-8 cm. Tulang daunnya berwarna merah. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang, putih.
Bunga tunggal muncul pada ketiak daun. Mahkota bunganya berbentuk corong yang tersusun dari 5 helai daun mahkota, panjang 3-5 cm. Kelopak bunga
sangat menarik dengan bentuk yang menguncup indah dan dibentuk dari 5 helai daun kelopak. Selain mahkota dan kelopak, bunga juga dilengkapi 8-12 kelopak
tambahan epikaliks. Bunga muncul saat tumbuhan berumur 2,5-3 bulan setelah ditanam.
Awalnya bunga berwarna merah muda dan belum menyerupai bunga yang sudah matang. Dua minggu kemudian bunga rosela muda berbentuk bulat kecil berwarna
hijau dengan jari-jari tipis berwarna merah. Selama pertumbuhan tanaman,
Universitas Sumatera Utara
kelopak ini akan semakin besar, kaku dan menebal serta berubah warna menjadi merah cerah. Pada bunga terdapat putik dan benang sari sekaligus berumah satu.
Bunga yang dibuahi akan menjadi buah. Buah rosela berbentuk kerucut, berambut yang menempel di permukaan kulit buah, terbagi menjadi lima ruang
dan berwana merah. Disetiap ruang terdapat 3-4 biji yang juga berbulu, menyerupai bentuk ginjal, panjang ± 5 mm dan lebar ± 4 mm. Biji yang masih
muda berwarna putih, sedangkan jika sudah tua berwarna coklat Depkes, 2001.
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Tumbuhan rosela mempunyai sistematika Depkes, 2001 sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus sabdariffa L.
2.1.3 Nama Daerah
Nama daerah dari tumbuhan rosela adalah mrambos Jawa Tengah, gamet balonda Sunda, kasturi roriha Ternate Depkes, 2001. Asam kesur
Meranjat, kesew jawe Pagar Alam, Sumatera Selatan, asam jarot Padang, asam rejang Muara Enim Widyanto, 2009.
2.1.4 Kandungan Kimia
Pada daun mengandung saponin, flavonoid dan polifenol Depkes, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Biji mengandung protein yang tinggi, “Rosela” mengandung flavonoid, polifenol, saponin, kalsium, fosfor, Daun mengandung saponin, flavonoida dan polifenol
Depkes, 2001 2.1.5 Khasiat Tumbuhan
”Rosela” dapat menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab penyakit kronis, seperti kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner dan kanker
darah. Antioksidan yang terkandung dalam rosela juga dapat mencegah penuaan dini. Antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang memberikan warna merah
pada bunga rosela dan berperan mencegah kerusakan sel akibat paparan sinar UV berlebih. Salah satu khasiatnya adalah dapat menghambat pertumbuhan sel
kanker, bahkan mematikan sel kanker tersebut. Zat aktif yang paling berperan dalam rosela meliputi gossypetin,
antosianin dan glukosida hibicin. Zat-zat itu terpercaya sebagai diuretik, menurunkan kekentalan darah, menurunkan tekanan darah dan menstimulasi
gerakan usus. Rosela memiliki kemampuan dalam memperlambat pertumbuhan jamur,
bakteri atau parasit penyebab demam tinggi dan dapat meletalkan bakteri Mycobakterium tubercolosis bakteri penyebabTBC Mardiah, 2009.
2.2 Kandungan Senyawa Kimia
Senyawa kimia yang terkandung pada tumbuhan rosella Hibiscus sabdariffa L. adalah saponin, flavonoid dan polifenol Depkes, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Saponin
Senyawa golongan ini banyak terdapat pada tumbuhan tinggi. Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air
yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Sapponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk, menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan
iritasi terhadap selaput lender Gunawan Mulyani, 1995 Saponin merupakan senyawa aktif permukaan, bersifat seperti sabun dan
dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis, sel darah. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau
pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin Harbone, 1987.
2.2.2 Flavonoida
Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar luas pada tumbuhan hijau dan mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang
tersusun dalam konfigurasi C
6
-C
3
-C
6
Yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga Markham, 1988.
Gambar 1. Struktur Flavonoida
Umumnya senyawa flavonoida dalam tumbuhan terikat dengan gula disebut sebagai glikosida dan aglikon flavonoida yang berbeda-beda mungkin saja
Universitas Sumatera Utara
terdapat pada satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Oleh karena itu dalam menganalisis flavonoida biasanya lebih baik memeriksa aglikon
yang telah dihidrolisis dibandingkan dalam bentuk glukosida dengan kerumitan strukturnya. Flavonoida berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan inflamasi
Harbone, 1987.
2.2.3 Steroida
Steroid adalah triterpenoid yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana perhidrofenantren. Uji yang biasa digunakan adalah reaksi
Lieberman Bourchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroid memberikan warna hijau biru Harbone, 1987.
Gambar 2. Sruktur Steroida
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alcohol, aldehid atau asam karboksilat. Berupa senyawa warna. Berbentuk Kristal. Sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optic Harbone, 1987.
2.2.4 Glikosida
Glikosida adalah suatu senyawa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan bagian gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula disebut aglikon. Gula
yang dihasilkan biasanya adalah glukosa, ramnosa, dan lain sebagainya. Jika
Universitas Sumatera Utara
bagian gulanya adalah glukosa maka disebut glukosida, sedangkan jika bagian gulanya selain glukosa disebut glikosida.
Menurut fransworth 1996, Pembagian glikosida berdasarkan atom yang menghubungkan bagian gula dan bagian bukan gula adalah sebagai berikut :
1. O-glikosida : Jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom O
2. S-glikosida : Jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom S
3. N-glikosida : Jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom N
4. C-glikosida : Jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom C
2.3 Ekstraksi
Estraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Ada beberapa metode ekstraksi, yaitu: 1. Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya Depkes, 2000. b.
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara dan tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan.
2. Cara Panas a.
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes, 2000.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan menggunakan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes, 2000.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontiniu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50 Depkes, 2000.
d. Infus
Infus adalah proses penyaringan yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infus
adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia menggunakan air pada temperatur 96-98 selama 15-20 menit Depkes, 2000.
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30
dan temperatur sampai titik didih air Depkes, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Uraian Bakteri