Pengertian dan Bentuk-Bentuk BUMN

BAB III KEDUDUKAN BANK BUMN DALAM MENYELESAIKAN KREDIT MACET

A. Pengertian dan Bentuk-Bentuk BUMN

1. Pengertian BUMN Pasal 1 angka 1 UU BUMN. Pasal tersebut mendefinisikan BUMN sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Modal BUMN berasal dari harta kekayaan negara yang dipisahkan dan dipergunakan untuk pengelolaan dan pengembangan BUMN. Perbedaan antara BUMN dengan badan hukum lainnya berdasarkan definisi tersebut di atas adalah: 47 a. Seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara b. Melalui penyertaan secara langsung c. Berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh negara memiliki arti bahwa perusahaan tersebut secara keseluruhan atau ataupun sebagian dari modalnya dimiliki oleh negara. Pada Umumnya jumlah modal yang dimiliki oleh negara lebih besar dari pada pemilik modal lainnya. Penyertaan secara langsung memiliki pengertian bahwa penyetoran modal pada perusahaan berupa uang danatau barang yang dapat dinilai dengan uang yang disetorkan untuk menambah 47 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2006, hal. 61. Universitas Sumatera Utara dan memperkuat permodalan perusahaan guna meningkatkan kegiatan usaha. Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan memiliki arti bahwa pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai model BUMN danatau Perseroan Terbatas lainnya dan pembinaan, pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 2. Bentuk-bentuk BUMN a. Persero Perusahaan Perseroan atau yang disebut dengan Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan Pasal 1 angka 2 UU BUMN. Maksud dan tujuan pendirian Persero berdasarkan Pasal 12 UU BUMN adalah: 1 Menyediakan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat 2 Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Dalam hal pendirian Persero, Menteri Keuangan bertindak mewakili Negara, atau dapat memberi kuasa kepada Menteri lain yang sesuai dengan sektor usaha Persero untuk menghadap notaris sebagai pendiri mewakili negara. Sebelum Universitas Sumatera Utara menghadap notaris, rancangan anggaran dasar Persero yang akan dituangkan dalam anggaran dasar pendirian harus mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari menteri keuangan. 48 Berdasarkan Pasal 4 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN, pendirian Persero selanjutnya tunduk kepada peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas Peraturan Pemerintah No.45 Tentang Pendirian, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN selanjutnya akan disingkat dengan PP 452005. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk perseroan terbatas pada saat ini menggantikan Undang-undang yang lama yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Terhadap pendirian BUMN, berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.45 Tentang Pendirian, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN, didirikan berdasarkan ketentuan undang-undang Perseroan Terbatas yaitu Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Selanjutnya, pendirian BUMN meliputi pembentukan Perum atau Persero baru, perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN, perubahan bentuk badan hukum BUMN atau pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum. 49 Selanjutnya berdasarkan Pasal 5 a Pendirian BUMN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. b Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, sekurang- kurangnya memuat: 1 Penetapan pendirian BUMN 48 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hal.115 49 Pasal 4 Peraturan Pemerintah No.45 Tentang Pendirian, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN Universitas Sumatera Utara 2 Maksud dan tujuan pendirian BUMN dan 3 Penetapan besarnya penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam rangka pendirian BUMN. c Dalam hal pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit instansi pemerintah menjadi BUMN, maka dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dimuat ketentuan bahwa seluruh atau sebagian kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut beralih menjadi kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan. d Khusus untuk pendirian Perum, peraturan pemerintah memuat pula anggaran dasar Perum bersangkutan dan penunjukan Menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal. Salah satu perbedaan antara perkumpulan yang berbadan hukum dengan perkumpulan yang tidak berbadan hukum tampak pada prosedur pendiriannya. 50 Untuk mendirikan suatu badan hukum, mutlak diperlukan pengesahan pemerintah. Persero sebagai perseroan terbatas akan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan Pasal 7 ayat 4 UUPT. BUMN dalam bentuk Persero meskipun didirikan oleh pemerintah tetapi persero ini bukan badan hukum publik, melainkan badan hukum perdata karena badan hukum publik dapat mendirikan badan hukum perdata yang lingkungan kerjannya bertugas dalam bidang keperdataan dan sebagaimana diatur dalam Pasal Pasal 12 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN jo. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Apalagi modal BUMN berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dengan demikian dapat dipahami bahwa BUMN adalah suatu bentuk badan hukum perdataprivat sesuai dengan konsep badan hukum yaitu kekayaan pribadi pendiri atau pemegang 50 M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2 Bentuk-Bentuk Perusahaan, Jakarta: Penerbit Djambatan,2007, hal. 14. Universitas Sumatera Utara saham dipisahkan dengan kekayaanmodal perusahaan. 51 Badan hukum publik dapat mendirikan badan hukum perdata yang lingkungan kerjanya bertugas dalam bidang keperdataan dan sebagaimana yang diatur dalam UU No 19 Tahun 2003 Tentang BUMN dan juga tunduk pada semua prinsip dan ketentuan dalam UUPT sesuai pada Pasal 11 UU No 19 Tahun 2003 Tentang BUMN. Sebagai contoh adalah berkenaan dengan organ persero. Organ Persero sama dengan organ Perseroan Terbatas, yaitu terdiri atas RUPS, Direksi dan Komisaris. Berikut organ-organ persero: 1 Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Dalam Perusahaan Perseroan Persero berlaku ketentuan bahwa bila seluruh saham Persero dimiliki oleh negara 100 maka yang bertindak selaku RUPS adalah Menteri 52 . RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS didasari pada kepentingan usaha Perseroan dalam jangka panjang. 2 Direksi persero Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas kepengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Masa jabatan anggota direksi ditetapkan 51 Andriani Nurdin, Kepailitan BUMN Persero Berdasarkan Asas Kepastian Hukum, Bandung: PT. Alumni, 2012, hal. 73 52 Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010, hal. 169. Universitas Sumatera Utara lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan, dimana pengangkatannya dapat dipertimbangkan untuk diangkat kemabali berdasarkan penilaian kinerja periode sebelumnya 53 . 3 Komisaris persero Komisaris persero adalah organ Persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepaa Direksi dalam menjalankan kegiatan persero 54 . Komisaris bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan yang dijalankan direksi, jalannya pengurusan tersebut pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasehat kepada direksi Adapun Ciri-ciri persero adalah sebagai berikut: 1 Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden 2 Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh Menteri dengan memperhatikan perundang-undangan 3 Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-undang 4 Modalnya berbentuk saham 5 Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan 6 Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris 7 Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah 53 Ibid., hal. 171. 54 Ibid., hal.174. Universitas Sumatera Utara 8 Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas 9 RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan 10 Dipimpin oleh direksi 11 Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan 12 Tidak mendapat fasilitas negara 13 Tujuan utama memperoleh keuntungan 14 Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata 15 Pegawainya berstatus pegawai swasta RUPS dalam Persero ialah memiliki wewenang yang ada dalam perusahaan yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas danatau anggaran dasar. 55 . RUPS juga berwenang untuk mengganti komisaris dan direksi. Direksi persero adalah wajib menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan dan mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan okeh RUPS. Komisaris adalah organ persero yang bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha, dan memberi nasihat 55 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara kepada Direksi dalam pengawasan kinerja persero itu, dan melaporkannya pada RUPS. b. Perum Perusahaan Umum atau yang disebut dengan Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. Maksud dan tujuan pendirian Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Untuk mencapai maksud dan tujuannya pendiriannya, Perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain. Penyertaan modal yang dimaksud adalah penyertaan langsung Perum dalam kepemilikan saham pada badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas, baik yang sudah berdiri maupun yang akan didirikan. Perum memperoleh status badan hukum sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya Pasal 35 ayat 2 UU BUMN dan Pasal 5 ayat 1 PP 452005. Berbeda dengan pendirian Persero, dalam Peraturan Pemerintah tentang pendirian suatu Perum diharuskan memuat anggaran dasar Perum dan penunjukan menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal. Peraturan Pemerintah tersebut memuat antara lain: 1 Penetapan pendirian Perum 2 Penetapan besarnya kekayaan negara yang dipisahkan 3 Anggaran dasar 4 Penunjukan Menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal Universitas Sumatera Utara Organ Perum adalah Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas. Kedudukan Menteri adalah sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perum yang mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Pengawas dalam batas yang ditentukan dalam UU BUMN dan Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya. Menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal Perum menetapkan kebijakan pengembangan Perum yang bertujuan menetapkan arah dalam mencapai tujuan perusahaan baik yang menyangkut kebijakan investasi, pembiayaan perusahaan, sumber pembiayaannya, penggunaan hasil usaha perusahaan, dan kebijakan pengembangan lainnya. Mengingat dewan pengawas akan mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut, usulan Direksi kepada Menteri harus didahului dengan persetujuan dari Dewan Pengawas. Dalam rangka memberikan persetujuan atas usul Direksi, Menteri dapat mengadakan pembicaraan sewaktu-waktu dengan Menteri Teknis untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan sektoral. Secara umum, fungsi dan wewenang direksi pada Perum tidak jauh berbeda sesuai yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu: 1 Melaksanakan pengurusan Perusahaan untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan dan bertindak selaku pimpinan dalam pengurusan tersebut 2 Memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan 3 Direksi berhak mewakili Perusahaan di dalam maupun di luar Pengadilan serta melakukan segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun Universitas Sumatera Utara mengenai kepemilikan kekayaan Perusahaan serta mengikat Perusahaan dengan pihak lain danatau pihak lain dengan Perusahaan Selain melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi, dewan pengawas dapat menjalankan pekerjaan anggota direksi yang kosong tersebut dengan tugas dan wewenang yang sama seperti hal seorang direksi. 56 Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik perbedaan antara persero dengan perum, yaitu 1 Perum melayani kepentingan masyarakat umum walaupun di satu sisi Perum juga bertujuan untuk mencari keuntungan 2 Perum dikelola dengan modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan negara. 3 Perum organ perseroan adalah Menteri, Direksi dan Dewan Pengawas 4 Perum modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public 5 Perum dapat menghimpun dana dari pihak manapun Sedangkan untuk perseroan: 1 Perseroan bertujuan untuk mencari keuntungan semata 2 Perseroan sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan 3 Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris 4 Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah 56 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Umum PERUM Lembaga Kantor Nasional Antara Universitas Sumatera Utara 5 Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas 6 RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan 7 Dipimpin oleh direksi c. Perseroan terbuka tbk Perseroan terbuka adalah suatu perseroan terbatas yang modal dan sahamnya sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah, dimana saham-sahamnya dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 tiga ratus pemegang saham, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada publik masyarakat sehingga jual beli sahamnya dilakukan melalui pasar modal. Salah satu ciri dari perusahaan terbuka adalah perlunya keterbukaan atau informasi perusahaan kepada publik, sehingga hukum pun mengatur masalah perusahaan terbuka, termasuk tentang keterbukaan tentang informasi secara sangat detail 57 . Lain dari itu perusahaan terbuka PT Tbk juga diartikan sebagai suatu perseroan terbatas yang telah melakukan penawaran umum atas sahamnya atau telah memenuhi syarat dan telah memproses dirinya menjadi perusahaan publik, sehingga telah memiliki pemegang saham publik, di mana perdagangan saham sudah dapat dilakukan di bursa-bursa efek. Terhadap perusahaan terbuka ini, berlaku baik Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas maupun Undang- Undang tentang Pasar Modal. Jadi sahamnya ditawarkan kepada umum, diperjualbelikan melalui bursa saham dan setiap orang berhak untuk membeli 57 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, bandung: PT. Citra Aditya Bakti: 2008, hal.51. Universitas Sumatera Utara saham perusahaan tersebut. Pada umumnya saham PT terbuka kepemilikannya atas unjuk, bukan atas nama sehingga tak sulit menjual maupun membeli saham PT terbuka tersebut. Yang dimaksud dengan perseroan terbuka yang pertama disebut di atas dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan Perusahaan Publik. Yaitu adalah perseroan terbatas yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 tiga ratus pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang- kurangnya Rp3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan yang dimaksud penawaran umum oleh emiten berarti kegiatan penawaran efek yang dilakukan untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Pada prinsipnya, pengertian penawaran efek yang demikian memperhatikan kondisi-kondisi sebagai berikut: 1 Setiap penawaran efek kepada lebih dari 100 pihak 2 Setiap penawaran efek yang menggunakan media massa dianggap sebagaisuatu penawaran kepada lebih dari 100 seratus Pihak; dan atau 3 Suatu Penawaran efek bukan merupakan suatu penawaran umum sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, jika nilai seluruh penawaran dari penawaran efek tersebut kurang dari Rp.1 Miliar. Suatu perusahaan pada awal terbentuknya bisa saja menjadi perusahaan terbuka, tergantung bagaimana isi dari ADRT suatu perusahaan atau kesepakatan awal terbentuknya perusahaan tersebut. Namun apabila terbentuknya perusahaan Universitas Sumatera Utara tersebut belum menjadi perusahaan terbuka, maka terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah Rapat Umum Pemeganga Saham RUPS. Ini dilakukan bertujuan untuk meminta persetujuan dari RUPS yang dilakukan oleh Direksi dalam rangka merubah bentuk perusahaan tersebut menjadi perusahaan terbuka. Itu semua tidak lepas dari Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseraon Terbatas bagaimana proses RUPS tersebut. B. Status Hukum Kekayaan BUMN 1. BUMN sebagai badan hukum Dalam ilmu hukum pendukung hak dan kewajiban disebut subyek hukum. Subyek hukum ada dua macam yaitu orang natural persoon dan badan hokum recht persoon. Badan hukum adalah sekumpulan orang yang terikat oleh suatu organisasi yang dapat bertindak seperti manusia pada umumnya. Badan hukum memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pribadi pendirinya maupun pengurusnya. Dalam melaksanakan kegiatannya badan hukum dapat bertindak berhubungan dengan pihak lain seperti mengadakan perjanjian atau membayar pajak dilakukan oleh pengurusnya. 58 Berikut pengertian badan hukum menurut beberapa ahli dalam keberadaannya sebagai badan hukum berada di lapangan hukum harta kekayaan: 59 a. Teori fictie dari von Savigny, badan hukum adalah semata-mata buatan negara saja. Sebetulnya menurut alam hanya manusia sajalah sebagai subjek hukum, 58 Agus Budiarto.Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas edisi kedua, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009, hal. 21. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara badan hukum itu hanya suatu fictie saja, yaitu sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang menciptakan dalam bayangannya suatu pelaku hukum badan hukum yang sebagai subjek hukum diperhitungkan sama dengan manusia b. Teori harta kekayaan bertujuan dari Brinz, menurutnya hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hukum. Namun, juga tidak dapat dibantah adanya hak-hak atas suatu kekayaan, sedangkan tiada manusia pun yang menjadi pendukung hak-hak itu. Apa yang kita namakan hak-hak dari suatu badan hukum sebenarnya adalah hak-hak yang tidak ada yang mempunyainya dan sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang terikat oleh tujuan atau kekayaan kepunyaan suatu tujuan c. Teori organ daro otto van Gierke, bahwa badan hukum adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan hukum. Tidak hanya suatu pribadi yang sesungguhnya, tetapi badan hukum ini juga mempunyai kehendak atau kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya pengurus, anggota-anggotanya. Apa yang mereka putuskan adalah kehendak atau kemauan dari badan hukum. Teori ini menggambarkan badan hukum sebagai suatu yang tidak berbeda dengan manusia. d. Teori propriete collective dari Planiol yaitu hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama. Disamping hak milik pribadi, hak milik serta kekayaan itu merupakan harta kekayaan itu merupakan harta kekayaan bersama. Anggota-anggota tidak hanya dapat memiliki masing-masing untuk bagian tidak dapat dibagi, tetapi Universitas Sumatera Utara juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhannya. Disini dapat dikatakan bahwa orang-orang yang berhimpun itu semuanya merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang dinamakan badan hukum. Maka dari itu, badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis saja. Ciri-ciri badan hukum, yaitu: a. Adanya pemisahan harta kekayaan antara badan usaha dengan pemilik badan usaha. Perbuatan pribadi anggota-anggotanya tidak mengikat hart kekayaan tersebut sebaliknya, perbuatan badan hukum yang diwakili pengurusnya tidak mengikat harta kekayaan anggota-anggotanya 60 b. mempunyai tujuan tertentu tujuan-tujuan tersebut haruslah merupakan tujuan badan hukum sebagai institusi yang terpisah dari tujuan-tujuan yang bersifat pribadi ataupun pengurusnya. Karena itu tujuan-tujuan institusi badan hukum ini sangat penting dirumuskan dengan jelassehingga upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapainya juga menjadi jelas. 61 c. mempunyai kepentingan sendiri. Badan hukum mempunyai kepentingan sendiri yang dilindungi hukum. kepentingan-kepentingan tersebut merupakan hak subyektif akibat dari peristiwa-peristiwa hukum. Oleh karena itu badan hukum mempunyai kepentingan sendiri dan menuntu serta mempertahankannya terhadap pihak 60 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 1985, hal. 61. 61 Jimly Asshidiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan MKRI, 2006, hal. 72. Universitas Sumatera Utara ketiga dalam pergaulan hukumnya. Kepentingan sendiri dari badan hukum ini harus stabil artinya tidak terikat pada waktu yang pendek tetapi untuk jangka waktu yang panjang. 62 d. Adanya organ yang jelas dalam badan usaha yang bersangkutan Yaitu memiliki RUPS, direksi dan dewan komisaris. BUMN sebagai badan hukum merupakan tunduk terhadap peraturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. BUMN merupakan subjek hukum yang dapat melakukan tindakan hukum sendiri secara independen kepada pihak lain, oleh karena itu pada kenyataannya BUMN memiliki organ-orang tertentu di dalamnya khususnya direksi sebagai pihak yang melakukan pengurusan BUMN. 2. Kekayaan negara yang dipisahkan dalam BUMN dan akibat hukumnya Setiap perusahaan didirikan untuk mencari keuntungan sehingga dipastikan memerlukan modal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Modal BUMN berasal dari negara dari kekayaan negara yang dipisahkan Pasal 4 ayat 1 UU BUMN. Arti dipisahkan tersebut sesuai dengan penjelasan Pasal 4 ayat 1, pemisahan kekayaan kekayaan dari APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Dari ketentuan Pasal 4 tersebut, tampak jelas dengan dipisahkannya dari APBN, maka modalkekayaan negara menjadi “putus” hubungannya dengan 62 Riduan Syahrani.. Op.Cit., hal. 62 Universitas Sumatera Utara APBN, sehingga ketika harta kekayaan itu dimasukkandisetor kepada BUMN membawa akibat, yaitu peralihan hak milik menjadi kekayaan BUMN. Hal ini sejalan dengan teori badan hukum di atas, bahwa badan hukum memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pendiri maupun pengurusnya. 63 Oleh karena pengelolaannya sudah tidak mengikuti APBN, di dalam BUMN tidak mengenal adanya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA. DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna AnggaranKuasa Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara. 64 DIPA berlaku untuk 1 satu tahun Anggaran dan Informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran. Akan tetapi ada beberapa Persero yang yang masih menggunakan DIPA yang kemudian ditetapkan menjadi Penyertaan Modal Negara PMN pada BUMN seperti PT. Askrindo dan Perum Jamkrindo, PT. Geo Dipa Energi dan PT. Perusahaan Pengelola Aset. BUMN di Indonesia beroperasi dengan landasan yuridis Undang-Undang Nomor Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dimana Pasal 1 angka 2 UUBUMN menentukan, bahwa perusahaan perseroan yang selanjutnya disebut persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 63 Andriani Nurdin. Op. Cit., hal 99. 64 Pengertian DIPA dan Revisi DIPA dalam www.kopertis12.or.idtagpengertian-dipa- dan-revisi-dipa. diakses pada tanggal 25 Oktober 2013 Universitas Sumatera Utara Organ Persero adalah RUPS, Direksi dan Komisaris. 65 Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi. 66 Pengawasan BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas. Pengawasan Persero dilakukan berdasarkan ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas. 67 Walaupun BUMN ditujukan untuk mengejeas keuntungan, namun pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha BUMN. 68 Implikasi hukum yang ditimbulkan terhadap kekayaan negara yang dipisahkan dalam bentuk Penyertaan Modal Pemerintah PMP pada suatu persero tidak dapat dikatakan sebagai keuangan publik lagi. 69 Status hukum keuangan publik tersebut pada saat menjadi saham pada persero, tidak lagi merupakan keuangan publik yang tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan publik seperti Keppres No. 17 Tahun 2000, UUKN, Undang- undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara UUPN dan sebagainya. Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN menjelaskan bahwa penyertaan modal negara dalam rangka pendirian BUMN atau perseroan terbatas yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan 65 Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara 66 Pasal 13 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara 67 Pasal 48 Ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara 68 Pasal 65 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara 69 Andriani Nurdin, Op.Cit. hal.106. Universitas Sumatera Utara dan Belanja Negara ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Berkaitan dengan ketentuan ini, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas PPPMN 2005 menetapkan sebagai berikut: a. Pasal 1 angka 7 menyatakan bahwa Penyertaan Modal Negara PMN adalah pemisahan kekayaan negara yang bersama dengan cadangan perusahaan atau sumber lain merupakan modal BUMN dan atau Perseroan Terbatas lainnya dan dikelola secara korporasi b. Pasal 4 menyatakan bahwa setiap penyertaan dari APBN dilaksanakan sesuai ketentuan keuangan negara c. Pasal 5 menyatakan bahwa penyertaan modal dapat dilakukan oleh negara terkait dengan pendirian BUMN atau Perseroan Terbatas, PMN pada Perseroan Terbatas yang di dalamnya belum terdapat saham milik negara atau PMN pada BUMN atau perseroaa terbatas yang di dalamnya telah terdapat saham milik negara. BUMN pendirinya ádalah negara, sebagai penyertapemasok modal BUMN, negara statusnya sebagai pemodal atau pemegang saham. Negara tidak dapat lagi campur tangan atau mengutak-utik modal yang telah dimasukkan BUMN karena sudah menjadi milik BUMN. Selaku pemegang saham mempunyai kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris BUMN. Dengan kedudukannya sebagai pemegang saham, negara berhak memperoleh pembagian keuntungan atau deviden dari BUMN setiap tahunnya. Sebaliknya apabila BUMN menderita kerugian, negara bertanggung jawab hanya Universitas Sumatera Utara terbatas sebesar modal yang dimasukkan ke dalam BUMN. Bagi persero, pemegang saham tidak bertanggung jawab atas kerugian PT yang melebihi saham yang dimiliki Pasal 3 ayat 1 UUPT. Untuk Perum Pasal 39 huruf a UU BUMN menyatakan, bahwa pemodal Menteri tidak bertanggung jawab atas kerugian Perum yang melebihi penyertaan modal yang dimasukkannya. Pasal 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberi pengertian Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan Negara dapat dilihat dari beberapa sisi yaitu sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, danatau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan NegaraDaerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh Universitas Sumatera Utara kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan danatau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. 70 Terkait dengan modal yang disetorkan oleh negara ke BUMN maka dapat dipahami berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa negara masih memiliki kepentingan atas modalnya. Negara sebagai pemegang saham memiliki legitimasi bahwa modal tersebut merupakan bagian dari keuangan negara yang tidak dapat dipisahkan walaupun pada prinsipnya modal tersebut telah terpisah dari keuangan negara sejak disetorkan ke BUMN sebagai modal. Kontradiksi Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dengan prinsip Badan Hukum pada akhirnya memberikan keragu-raguan terhadap direksi perusahaan yang berstatus BUMN karena apabila terjadi kerugian terjadi terhadap perusahaan yang dipimpinnya maka akan berakibat pada buruk terhadap dirinya. Pada tanggal 16 Agustus 2006, merujuk fatwa Mahkamah Agung Nomor WKMAYud20VIII2006 mengenai Permohonan Fatwa Hukum yang diajukan Menteri Keuangan bahwa berikut uraian hasil dari fatwa tersebut: a. Pembinaan dan Pengelolaan modal BUMN tidak didasarkan pada sistem APBN melainkan didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat b. Bahwa Pasal 1 angka 1 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara telah menjelaskan modal BUMN berasal 70 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Universitas Sumatera Utara dari negara yang telah dipisahkan dari APBN dan selanjutnya Pembinaan dan Pengelolaan modal BUMN tidak didasarkan pada sistem APBN melainkan didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat c. Piutang BUMN bukanlah piutang negara berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang- undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara d. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, BUMN bukan merupakan dari suatu kesatuan dari pemerintah akibat adanya pemisahan modal dari APBN tersebut sehingga piutang BUMN bukan merupakan piutang pemerintah e. Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tidak lagi mengikat secara hukum dengan adanya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara f. Bahwa Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tidak lagi mengikat secara hukum dengan adanya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dikarenakan undang-undang lex specialis dan lebih baru dari Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun1960 g. Bahwa dengan adannya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara maka Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka tidak berlaku lagi h. Bahwa berdasarkan alasan diatas maka dianggap perlu untuk dilakukan perubahan seperlunya atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang NegaraDaerah Universitas Sumatera Utara

C. Kedudukan Bank BUMN dalam Menyelesaikan Kredit Macet 1.

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. Bpr Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Dihubungkan Dengan Undang – Undang Perbankan

3 108 177

KEDUDUKAN MAHKAMAH PARTAI POLITIK DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011

1 9 104

ANALISIS PROSEDUR DAN KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK BUMN DI SEMARANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN.

0 3 11

SKRIPSI Penyelesaian Kredit Macet Pada Perjanjian Kredit Dengan Jaminan hak Tanggungan Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 (Studi Kasus di PT Bank Bukopin, Tbk Cabang Solo).

0 2 13

PENDAHULUAN Penyelesaian Kredit Macet Pada Perjanjian Kredit Dengan Jaminan hak Tanggungan Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 (Studi Kasus di PT Bank Bukopin, Tbk Cabang Solo).

0 3 15

Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. Bpr Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Dihubungkan Dengan Undang – Undang Perbankan

0 1 9

Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. Bpr Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Dihubungkan Dengan Undang – Undang Perbankan

0 0 1

Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. Bpr Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Dihubungkan Dengan Undang – Undang Perbankan

0 1 15

Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. Bpr Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Dihubungkan Dengan Undang – Undang Perbankan

0 0 73

Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. Bpr Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Dihubungkan Dengan Undang – Undang Perbankan

0 0 2