13
negara di dunia sedang berjuang untuk memasuki era eknomi pengetahuan global globalized knowledge economy. Oleh sebab itu, Karl M. Wiig 2007
menegaskan bahwa “every nation needs to manage knowledge effectively” untuk bisa bertahan dan bersaing secara ekonomi, sosial, dan politik. p. 142.
Ulasan di atas memberikan pemahaman bahwa pengelolaan ilmu pengetahun di le
vel ‘state’ atau negara sangat diperlukan sebagai salah satu kerangka dasar ketahanan. Wiig 2007 dalam conceptual paper-nya menyatakan bahwa dampak
paling nyata dari SKM yang komprehensif adalah peningkatan daya saing dan kualitas hidup masyarakat. Lebih lanjut mengenai SKM, Joanna Käpylä 2012
mengidentifikasi bahwa framework SKM yang baik akan memungkinkan masyarakat untuk mengelola pengetahuan mereka untuk kepentingan ekonomi,
sosial, dan budaya. Hal yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Yulong Li et al. 2012. Li menggarisbawahi bahwa engagement dalam SKM dapat
meingkatkan kualitas pengetahuan organsasi melalui kolaborasi. Dengan kata lain, pengetahuan dapat dijadikan modal untuk kemajuan masyarakat dengan
dukungan kolaboratif lembaga atau institusi terkait; pemerintah, perguruan tinggi, dan pelaku usahaindustri.
2.4 KOLABORASI: PENATAAN JARINGAN SIDa
Salah satu unsur penguatan SIDa, seperti penjabaran pada poin 2.2 di atas, penataan jaringan SIDa merupakan hal vital yang harus mendapat perhatian penuh
Pemerintah Daerah. Kajian empiris mengenai penataan jaringan SIDa secara khusus dapat diaktualisasikan ke dalam skema kolaborasi yang dapat
mensinergikan unsur sumber daya dan unsur kelembagaan SIDa.
A. Penataan Jaringan SIDa
Jaringan SIDa memungkinkan adanya interaksi antar lembaga atau organisasi yang terlibat di dalam penguatan SIDa. Konsep interaksi tersebut membuka
14
kahzanah kerjasama kolaboratif yang dapat dilakukan sesuai amanat Peraturan Menteri terkait SIDa, yaitu:
1 Komunikasi intensif antara lembaga SIDa. Kegiatan komunikasi intensif yang dimaksud adalah terselenggaranya
kelompok diskusi terfokus, seminar, lokakarya, symposium, dan kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi intensif juga mencakup kegiatan kerjasama
kelitbangan yang didukung oleh forum komunikasi penelitian dan pengembangan daerah.
2 Mobilisasi sumber daya manusia. Empat kegiatan utama dalam hal mobilisasi sumber daya manusia terkait
dengan kerjasama kepakaran, keahlian, komptensi, dan keterampilan antara pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan
lembaha non-pemerintahan. 3 Optimalisas pendayagunaan HKI, informasi, sarana, dan prasarana ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kegiatan optimalisasi yang dimaksud pada poin ke tiga di atas lebih pada
pemanfaatan HKI, informasi terkait SIDa, dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana SIDa.
Berdasarkan ketiga elemen terkait penataan jaringan SIDa di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur ini memiliki dimensi yang lebih luas untuk
diimplementasikan ke dalam sebuah kerangka roadmap penguatan SIDa Gambar 2.2. Elaborasi kelembagaan SIDa ke dalam jaringan membutuhkan kerangka
kolaboratif yang dapat mengakomodir lanksap sosial kemasyarakatan. Oleh sebab itu, framework SKM di atas akan digunakan oleh peneliti sebagai dasar
penyusunan model kolaborasi penguatan SIDa di Kabupaten Pamekasan.
15
Gambar 2.2 Penataan Jaringan kolaboratif SIDa
B. Kolaborasi Kelembagaan SIDa: Perguruan Tinggi, Institusi Pemerintah, dan Organisasi Kemasyarakatan.
Studi empiris mengenai kolaborasi antara universitas, industri, dan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh beberapa akademisi, misalnya; Salleh Omar
2013, Bektaş Tayauova 2014, dan Fiaz 2013. Hasil studi-studi tersebut
mengungkap kompleksitas fenomena kolaborasi antara ketiga entitas tersebut. Kompleksitas tersebut dapat dikaji berdasarkanruang lingkup organisasi mulai
dari level korporasi hingga level nasional.
Pada level nasional, Salleh dan Omar 2013 mengambil contoh kasus di Malaysia untuk mengembangkan model kolaborasi universitas-industri. Mereka melakukan
review terhadap menejemen kolaborasi, formasi integrasi pengetahuan, dan
16
kegiatan penelitian. Hasil studi Salleh dan Omar 2013 menekankan pada pentingnya campur tangan pemerintah melalui unit kerja bidang pendidikan
misalnya; kementerian
pendidikan untuk
menjembatani proses
kolaborasi.Berbeda dengan Salleh dan Omar, studi yang dilakukan Bektas dan Tayaouva 2014 menitikberatkan pada aktifitas kooperatif universitas-industri.
Aktifitas kooperatif antara kedua institusi tersebut sangat berperan sebagai stimulus kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh
industri – dan juga masyarakat. Empat faktor utama kolaborasi dalam model yang
dikembangkan Bektas dan Tayaouva yaitu; universitas, industri, pemerintah, dan organisasi kemasyarakatan.
Selain implikasi signifikan pada level nasional, kolaborasi Universitas dan industri membuka ruang inovasi dan intensifikasi ilmu pengetahuan untuk
kepentingan kemasyarakatan. Fiaz 2013 mendemonstrasikan bagaimana penelitian yang dihasilkan universitas secara komulatif mempengaruhi kemajuan
teknologi dan perbaikan ekonomi di Cina. Fiaz menggunakan metode kuantitatif untuk mengkaji determinasi pusat penelitian dan pengembangan terhadap kinerja
industri. Sebagai determinant, pusat penelitian dan pengembangan – yang
disupport oleh universitas – memunculkan korelasi apik di tengah-tengah
masyarakat melalui kolaborasi ilmu pengetahuan tangible. Bolling Eriksson 2016 memaparkan beberapa hambatan kolaborasi universitas-masyarakat dalam
konteks akademik di Swedia. Hambatan dan tantangan tersebut diartikulasikan dalam sebuah sistem VINNOVA Swedish Governmental Agency for Innovation
System. Sistem yang diampu pemerintah Swedia tersebut berfungsi sebagai alat evaluasi kolaborasi universitas-masyarakat. Melalu sistem ini, Bolling
Erriksson mengidentifikasi tantangan kolaborasi yang terkait dengan kebijakan pemerintah. Mereka menyimpulkan bahwa kompleksitas tantangan kolaborasi
terletak pada bias indikator-indikator capaian untuk keperluan evaluasi. Kesulitan dalam menentukan penilaian dan keluasan aspek kolaborasi antara universitas-
masyarakat merupakan dua hal utama yang perlu ditekankan dalam konstruksi kolaborasi.
17
Gambar 2.3 Kolaborasi Universitas-Industri Salleh Omar, 2013, p.662
Beberapa studi tersebut seraca empiris dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengebangkan model kolaborasi dalam penelitian ini. Selain itu, studi tersebut
mengisyarakatkan peningkatan fungsi dan peranan universitas dalam masyarakat yang mulai digerakkan oleh informasi dan pengetahuan dalam segala aspek
kehidupannya. Oleh sebab itu, beberapa akademisi akhir-akhir ini mulai menggaungkan ‘revolusi’ peran universitas sebagai sebuah fenomena nyata di
masyarakat. Shankar et al. 2013 merekomendasikan framework kolaborasi yang dapat diguanakan masyarakat untuk menjaga keutuhan pengetahuan yang mereka
miliki dengan meningkatkan saluran informasi dan komunikasi Gambar 2.4.
18
Gambar 2.4 Collaborative Framework sebagai upaya menjaga
Pengetahuan di Organisasi Shanker et a., 2013, p. 2058
Fenomena tersebut secara eksplisit telah menggiring pemerintah untuk bertaruh dengan mengeluarkan kebijakan maupun anggaran guna menciptakan iklim
kolaboratif yang berorientasi pada pembangunan dan kemajuan. John Brennan 2012 menangkap fenomena tersebut dengan mempertanyakan eksistensi
universitas ketika masyarakat sudah berdampingan dengan informasi dan pengetahuan. Hal menarik yang diungkapkan Brennan berkaitan dengan posisi
universitas dalam masyarakat saat ini; apakah universitas terpisah atau menjadi suatu bagian integral dari agenda masyarakat di berbagai bidang? Pertanyaan ini
merupakan tantangan riil bagi universitas di masa depan. Di akhir tulisannya, Brennan menyatakan bahwa peran universitas masih akan diakui dalam validasi
dan akreditasi meskipun transfer pengetahuan dan inovasi mungkin sudah diambil alih oleh masyarakat dan korporasi.
19
Berdasarkan ulasan teoritis tersebut, penelitian ini mengambil porsi model kolaborasi antara universitas, perusahaan, dan masyarakat. Lebih lanjut penelitian
ini diharapkan dapat mengungkapan stimuli proposional terhadap peranan pergruan tinggi terhadap kemajuan daerah.
2.5 HUBUNGAN DOKUMEN PENGUATAN SIDa