Tenaga kerja Penggunaan benih

Umumnya responden melakukan pemupukan hanya dua kali dalam satu musim tanam. Sebaiknya pemupukan dasar dilakukan pada umur tanaman 7 - 14 HST, pemupukan susulan I umur 21 - 30 HST dan pemupukan susulan II pada umur 35 - 45 HST. Pupuk memegang peranan penting dalam keberhasilan usahatani padi sawah. Pemupukkan yang tidak berimbangseperti yang dilakukan petani sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut BPTP Bengkulu 2009, pupuk N diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sepanjang musim, pupuk P diperlukan pada stadia awal pertumbuhan yaitu meningkatkan perkembangan akar, pembentukan anakan, dan mempercepat tanaman berbungan. Sedangkan pupuk K diperlukan untuk memperkuat dinding sel tanaman, memperluas kanopi daun untuk proses fotosintesis, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah bernas. Ketiga pupuk ini merupakan jenis pupuk makro. Kekurangan dosis pupuk N yang sumber utamanya berasal dari pupuk Urea dapat menurunkan produksi tanaman padi. Menurut Gani dan Sembiring 2007, Nitrogen adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman padi terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat mengurangi jumlah anakan tanaman padi.

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usahatani padi sawah, oleh karena tenaga kerja yang bekerja di sawah terdiri atas pria dan wanita. Maka dibuat standar jumlah tenaga kerja menjadi Hari Kerja Setara Pria HKSP dimana 1 HKSP meliputi 8 jam kerja dengan upah kerja Rp. 50.000HKSP. Tenaga kerja dalam usahatani padi berasal dari dalam dan luar keluarga tani, di Desa Bukit Peninjauan II deskripsi penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Deskripsi penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dalam usahatani padi sawah per hektar. No Uraian Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja dalam HKSP Pria Wanita Jumlah 1. Pengolahan lahan 16,00 - 16,00 11,91 2. Penanaman 9,11 22,43 31,54 23,48 3. Penyiangan dan penyulaman 8,75 5,11 13,86 10,32 4. Pemupukan 5,39 - 5,39 4,01 5. Penyemprotan PHT 9,36 - 9,36 6,97 6. Pengairan 4,32 - 4,32 3,22 7. 8. Panen diluar bawon Pengangkutan hasil 12,79 10,57 30,50 - 43,29 10,57 32,23 7,87 Jumlah 65,07 42,68 134,33 100,00 Keterangan : Analisis data primer Tahun 2012. HKSP : Hari Kerja Setara Pria Dari tabel 3 terlihat bahwa dalam usahatani padi curahan tenaga kerja untuk kegiatan pemanenan yaitu 43,29 HKSP 32,23 dan penanaman yaitu 31,54 HKSP 23,48 adalah dominan. Kedua kegiatan tersebut menyumbang 74,83 HKSP 55,71 dari total curahan tenaga kerja dalam usahatani padi.

4. Penggunaan benih

Benih padi yang digunakan petani di Desa Bukit Peninjauan II pada umumnya berlabel mencapi 80 dan tidak berlabel 20, sebagian besar sudah menggunakan varietas Ciherang dan rata-rata penggunaan benih sebanyak 31,07 kgha. Tabel 4. Tabel 4. Penggunaan benih padi petani di Desa Riak Siabun II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma. No. Penggunaan Benih Padi Jumlah Orang 1. Varietas selain IR yang pernah ditanam 30 100  Ciherang 2. Jenis benih  Berlabel  Tidak berlabel 24 80 6 20 Sumber : Analisis data primer Tahun 2012. Banyaknya petani yang menggunkan benih berlabel disebabkan oleh adanya bantuan pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seluma. Hal ini didukung oleh hasil survei bahwa hanya terdapat 5 orang petani yang membeli benih berlabel untuk kebutuhan usahatani mereka. Tabel 5. Sistem tanam responden dalam berusahatani padi. No. Sistem tanam Jumlah Pengguna Orang Persentase 1. Tegel 27 90,00 2. Jalur 2 6,67 3. Tidak beraturan 1 3,33 Jumlah 20 100,00 Sumber : Analisis data primer Tahun 2012. Tabel 5 memperlihatkan hasil kajian sistem tanam yang digunakan petani di lokasi pengkajian umumnya sistem tegel 90. Sistem tanam merupakan salah satu komponen teknologi yang mempengaruhi indeks pertanaman, maka dianjurkan untuk menerapkan sistem tanam legowo 4:1 atau 2:1. Dimana pada sistem legowo jumlah tanaman perhektar lebih banyak dbandingkan sistem tegel, jumlah benih yang digunakan juga lebih banyak dibandingkan sistem tegel. Pada sistem tegel dengan jarak tanam 20x20 cm dalam 1 ha terdapat 250.000 tanaman, sedangkan pada sistem tanam legowo 4:1 dengan jarak tanam 20x20 cm dan jarak sisipan antar legowo 10 cm terdapat 300.000 tanamanha Daliani dan Taufik, 2011.

5. Penggunaan pestisida