Menurut Effendi 2003, oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh proses dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik. Menurunnya
kandungan oksigen terlarut di Sungai Ngringo dari arah hulu ke arah hilir mengindikasikan terjadinya peningkatan proses dekomposisi bahan organik dan
oksidasi bahan anorganik akibat meningkatnya buangan limbah. Berdasarkan nilai kandungan oksigen terlarut, kualitas air Sungai Ngringo
dari arah hulu ke arah hilir mengalami penurunan atau terjadi pencemaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardhana 2004 yang mengatakan bahwa air
lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Sedangkan menurut Salmin 2005, perairan dapat dikategorikan sebagai perairan yang baik
dan tingkat pencemarannya rendah jika kadar oksigen terlarutnya 5 ppm.
4.2.2.3. BOD Biological Oxygen Demand
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter BOD Biological Oxygen Demand Sungai Ngringo dapat dilihat pada Tabel 27 di bawah ini :
Tabel 27. Hasil Pengukuran BOD Biological Oxygen Demand Air Sungai
Ngringo
Sumber : Data Primer dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
1 2
3 4
1 04 Juni 2005
4.15 15.65
2 15 Nopember 2007
6.40 7.99
3 10 September 2008
11.30 16.50
4 12 Agustus 2009
9.62 20.31
5 21 April 2010
7.93 12.16
6 30 September 2010
6.51 7.76
7 26 Mei 2011
4.47 4.50
8.37 14.65
Kelas I Kelas II
Kelas III Kelas IV
3 6
12 No
Tanggal
Baku Mutu PP No 82 Tahun 2001 Titik Pengambilan Sampel mgL
2
Dari hasil pengamatan pada tahun 2011 diperoleh nilai BOD berkisar antara 4,47 - 14.65 mgL. Nilai BOD memiliki kecenderungan naik dari arah hulu ke
arah hilir. Hasil penelitian menunjukkan kualitas air dengan parameter BOD melampaui nilai ambang batas baku mutu air sungai golongan II pada semua titik
pengambilan sampel dan ambang batas baku mutu air sungai golongan III pada titik pengambilan sampel 3 dan 4 segmen 2 dan 3. Peningkatan kadar BOD
mengindikasikan terjadinya peningkatan buangan limbah organik ke badan Sungai Ngringo. Limbah organik dihasilkan dari berbagai kegiatan yang terdapat pada
segmen tersebut antara lain kegiatan industri, permukiman, dan peternakan. Proses dekomposisi bahan organik dalam jumlah besar dalam perairan akan
menyerap oksigen dalam air sehingga menurunkan jumlah oksigen terlarut DO. Pada titik pengambilan sampel 4 menunjukkan nilai BOD sebesar 14,65 mgL
sedangkan nilai DO pada titik ini hanya sebesar 0,2 mgL. Peningkatan nilai BOD Sungai Ngringo dari arah hulu ke arah hilir
mengindikasikan bahwa semakin ke hilir kualitas air sungai semakin menurun atau telah terjadi pencemaran di bagian hilir. Menurut Salmin 2005, berdasarkan
kadar oksigen biokimia BOD maka tingkat pencemaran di hilir Sungai Ngringo tergolong tinggi dan tidak termasuk kategori perairan yang baik kadar BOD 1 -
10 ppm.
4.2.2.4. COD Chemical Oxygen Demand
Parameter COD menggambarkan kebutuhan oksigen untuk peruraian bahan organik secara kimiawi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air. Hasil pengukuran parameter COD Chemical Oxygen Demand Sungai Ngringo ditunjukkan pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil Pengukuran COD Chemical Oxygen Demand Air Sungai
Ngringo
Sumber : Data Primer dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Hasil pengukuran parameter COD air Sungai Ngringo tahun 2011 seperti terlihat pada Tabel 28 berkisar antara 13,30 - 48,63 mgL. Nilai parameter COD
dari arah hulu ke arah hilir menunjukkan adanya kenaikan dan melebihi baku mutu air golongan II pada titik sampel 3 dan 4 segmen 2 dan 3. Parameter COD
merupakan salah satu indikator pencemaran air yang disebabkan oleh limbah organik. COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sukar didegradasi secara biologis non
biodegradable menjadi CO
2
dan H
2
O. Pada segmen 2 dan 3 daerah penelitian terdapat berbagai macam kegiatan
yang menghasilkan limbah organik yang meliputi kegiatan industri, pemukiman aktivitas domestik dan peternakan terutama ternak babi. Industri-industri yang
berada pada segmen tersebut telah memiliki IPAL dan melakukan pengolahan limbah namun untuk aktivitas domestik dan peternakan limbah langsung dibuang
ke badan sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
1 2
3 4
1 04 Juni 2005
31.10 83.44
2 15 Nopember 2007
19.68 16.66
3 10 September 2008
34.07 48.88
4 12 Agustus 2009
28.30 56.84
5 21 April 2010
23.38 35.83
6 30 September 2010
19.07 99.00
7 26 Mei 2011
13.30 13.30
26.74 48.63
Kelas I Kelas II
Kelas III Kelas IV
25 50
100 No
Tanggal
Baku Mutu PP No 82 Tahun 2001 Titik Pengambilan Sampel mgL
10
Menurut UNESCO,WHOUNEP 1992 dalam Warlina 2004 nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mgL. Hal ini berarti
berdasarkan hasil pengukuran, nilai COD yang tinggi pada titik pengambilan sampel 3 dan 4 20 mgL mengindikasikan bahwa perairan tersebut telah
tercemar. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan pertanian dan perikanan Effendi, 2003.
4.2.2.5. NH