Hasil pengukuran parameter TSS Sungai Ngringo pada titik pengambilan sampel 1 sampai dengan titk pengambilan sampel 4 adalah berkisar antara 43 - 57
mgL. Konsentrasi padatan tersuspensi TSS mengalami peningkatan dari hulu ke arah hilir dan melampui baku mutu air sungai golongan II berdasarkan PP No. 82
Tahun 2001 pada titik sampel 3 dan 4. Fenomena ini mengindikasikan adanya pengaruh kegiatan industri dan pemukiman yang banyak terdapat di daerah tengah
sungai segmen 2 dan 3 terhadap peningkatan padatan tersuspensi. Industri yang dominan pada wilayah ini adalah industri tekstil.
Nilai padatan tersuspensi dari arah hulu ke arah hilir mengalami peningkatan. Menurut Effendi 2003, meskipun tidak bersifat toksik, bahan
tersuspensi yang berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya
berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan. Berdasarkan nilai kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan
berdasarkan nilai padatan tersuspensi TSS menurut Alabaster dan Lloyd 1982 dalam Effendi 2003, kandungan padatan tersuspensi TSS air Sungai Ngringo
sedikit berpengaruh 25 - 80 mgL terhadap kepentingan perikanan.
4.2.2. Sifat Kimia Air Sungai Ngringo
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter kimia air Sungai Ngringo pada lokasi penelitian yang dibandingkan dengan baku mutu air adalah sebagai
berikut :
4.2.2.1. pH Derajat Keasaman
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter derajat keasaman pH Sungai Ngringo ditunjukkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Pengukuran Derajat Keasaman pH Air Sungai Ngringo
Sumber : Data Primer dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Dari Tabel 25 di atas menunjukkan hasil pengukuran pH air Sungai Ngringo tahun 2011 berkisar antara 7,08 - 7,38. Fluktuasi nilai pH tersebut
dipengaruhi oleh adanya buangan limbah organik dan anorganik ke Sungai Ngringo. Pengukuran tertinggi pada titik pengambilan sampel 3 yaitu 7,38 yang
dipengaruhi oleh aktivitas pada segmen 2 yang berupa kegiatan
domestikpemukiman, peternakan dan industri. Mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001 maka pH air Sungai Ngringo tersebut masih dalam ambang batas baku mutu
air semua golongan badan air. Berdasarkan hasil pengukuran pH di Sungai Ngringo yang tergolong
normal maka dapat diindikasikan kehidupan biota akuatik masih dalam kondisi yang cukup baik. Menurut Effendi 2003 sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 - 8,5. 1
2 3
4 1
04 Juni 2005 7.11
7.24 2
15 Nopember 2007 6.44
6.54 3
10 September 2008 7.26
7.18 4
12 Agustus 2009 7.10
7.35 5
21 April 2010 7.493
7.577 6
30 September 2010 6.91
7.06 7
26 Mei 2011 7.08
7.02 7.38
7.25
Kelas I Kelas II
Kelas III Kelas IV
6 - 9 6 - 9
5 - 9 No
Tanggal
Baku Mutu PP No 82 Tahun 2001 Titik Pengambilan Sampel
6 - 9
4.2.2.2. Oksigen Terlarut Dissolved OxygenDO
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter oksigen terlarut dissolved oxygenDO Sungai Ngringo dapat dilihat pada Tabel 26 berikut :
Tabel 26. Hasil Pengukuran Oksigen Terlarut Dissolved OxygenDO Air Sungai Ngringo
Sumber : Data Primer dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air pada titik-titik pengambilan sampel seperti yang diperlihatkan pada Tabel 26 di atas nampak bahwa kondisi
oksigen terlarut dari arah hulu ke arah hilir mengalami penurunan kualitas. Pada titik pengambilan sampel 4 kosentarsi oksigen terlarut hanya 0,2 mgL yang
hampir mendekati batas minimum yang dipersyaratkan untuk badan air golongan IV berdasar PP No.82 Tahun 2001. Oksigen terlarut turun hingga di bawah baku
mutu air sungai golongan II mulai dari titik pengambilan sampel 2 daerah tengah sungai. Rendah dan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut mengindikasikan
terjadinya pencemaran oleh bahan-bahan organik terutama oleh air limbah domestik terutama di daerah permukiman dan aktivitas peternakan yang banyak
terdapat pada segmen 2 dan 3.
1 2
3 4
1 04 Juni 2005
- -
2 15 Nopember 2007
- -
3 10 September 2008
4.139 3.793
4 12 Agustus 2009
- -
5 21 April 2010
- -
6 30 September 2010
- -
7 26 Mei 2011
11 3.50
3.40 0.20
Kelas I Kelas II
Kelas III Kelas IV
4 3
No Tanggal
Baku Mutu PP No 82 Tahun 2001 Titik Pengambilan Sampel mgL
6
Menurut Effendi 2003, oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh proses dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik. Menurunnya
kandungan oksigen terlarut di Sungai Ngringo dari arah hulu ke arah hilir mengindikasikan terjadinya peningkatan proses dekomposisi bahan organik dan
oksidasi bahan anorganik akibat meningkatnya buangan limbah. Berdasarkan nilai kandungan oksigen terlarut, kualitas air Sungai Ngringo
dari arah hulu ke arah hilir mengalami penurunan atau terjadi pencemaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardhana 2004 yang mengatakan bahwa air
lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Sedangkan menurut Salmin 2005, perairan dapat dikategorikan sebagai perairan yang baik
dan tingkat pencemarannya rendah jika kadar oksigen terlarutnya 5 ppm.
4.2.2.3. BOD Biological Oxygen Demand