Kendala Sistem Kerja Outsourcing diKota Semarang

umumnya disektor tenagakerja mau tidak mau sudah menyebar ke berbagai sektor, termasuk didalamnya adalah basis anggota SPN.

4.4.1 Kendala Sistem Kerja Outsourcing diKota Semarang

Dalam wawancara peneliti dengan Wahab Adi, Kepala sekretariat Apindo Kota Semarang menyatakan bahwa : Pihak APINDO dan anggota termasuk didalamnya penyedia dan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing mendapati kendala dan permasalahan yang terjadi pada tenaga kerja outsourcing yaitu : 1. Kurang profesionalnya tenaga kerja, sehingga pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakannya merasa tidak puas dan minta tenaga kerja baru kepada perusahaan penyedia jasa tenaga kerja outsourcing. 2. Ikut dalam Serikat Pekerja dirasa perusahaan hanya akan menyita waktu dan konsentrasi kerja. 3. Keterpaksaan memberhentikan tenaga kerja yang sering mogok kerja karena kinerja terganggu. 4. Tuntutan mengenai upah. Wawancara dengan Wahab Abdi, Kepala Sekretariat Apindo Kota Semarang pada tanggal 3 Oktober 2012, Pukul 14.00 WIB. Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang kurang profesional sehingga pihak yang mempekerjakan tidak puas maka selanjutnya akan ditukar dengan tenaga kerja baru, ini yang sering dianggap ketidak jelasan masa kerja. Perusahaan yang menyediakan dan mempekerjakan tenaga kerja outsourcing rata-rata melarang tenaga kerja ikut dalam serikat pekerja karena dianggap hal itu hanya akan menita waktu mereka dan terganggunya kinerja. Tuntuta upah yang sering terjadi adalah UMK plus tunjangan padahal pengusaha menganggapnya dimana UMK itu sudah termasuk tunjangan didalamnya. Hasil wawancara penulis dengan Bapak Hendro Agung Wibowo,S.H advokat Serikat Pekerja Nasional SPN DPC Kota Semarang,di wilayah kerja Kota Semarang sendiri ditemukan kelemahan dan pelanggaran-pelanggaran atas hak pekerja Outsourcing, diantaranya : 1. Syarat dan Jaminan hubungan kerja tidak begitu jelas 2. Lemahnya perlindungan dan pengawasan hukum bagi pekerja 3. Minimnya kesejahteraan pekerja seperti upah dan Jaminan Sosia tenaga Kerja 4. Minimnya kesempatan untuk berorganisasi dan ikut berserikat Wawancara dengan Hendro Agung Wibowo,S.H, Advokat Serikat Pekerja Nasional SPN DPC Kota Semarang pada tanggal 26 September 2012, Pukul 15.30 WIB Kendala yang ditemukan dalam penerapan Putusan MK Nomor 27PUU-IX2011 yang utama adalah terkait dengan pengorganisasian dan memunculkan kader bagi tumbuh kembangnya Serikat Pekerja, meningat pendeknya masa hubungan kerja bagi para pekerja outsourcing seringkali menimbulkan kesulitan untuk membentuk serikat pekerja. Disamping implementasi pelaksanaan Putusan MK Nomor 27PUU-IX2011 tersebut tidak didukung dengan kuatnya kerja-kerja pengawasan. Hal tersebut selaras dengan wawancara penulis dengan Ibu Umi Khalifah, Kepala seksi syarat-syarat kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Kota Semarang menyatakan bahwa: Dalam pelaksanaan sistem kerja outsourcing terdapat hambatan dan pelanggaran-pelanggaran atas hak pekerja Outsourcing, diantaranya: 1. Tidak adanya kepastian waktu kerja 2. Pekerja dibatasi untuk berserikat 3. Kurangnya tenaga pengawas dari Disnakertrans Kota Semarang 4. Tidak ada jenjang karir 5. Gaji pekerja yang seharusnya naik pada periode tertentu lebih kecil jika dibandingkan dengan pekerja baru dengan UMK terbaru yang nominalnya lebih besar dari pekerja yang naik gaji tersebut. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa ditemukan beberapa pelanggaran terhadap tenaga kerja outsourcing yang bisa dibilang klasik atau sudah sering ditemui. Dari Pekerja outsourcing sebagian tidak masuk atau tidak diperbolehkan oleh perusahaan untuk bergabung dengan serikat pekerja walaupun demikian yang terjadi dilapangan. Dengan pengupahan semisal tenaga kerja yang bekerja mulai tahun 2012 yaitu Rp 991.500,- dan ditahun 2013 seharusnya naik gaji, namun UMK Semarang pada tahun 2013 adalah Rp1.209.100,- hal ini membuat kecemburuan karena pekerja yang mulai bekerja pada tahun 2012 nominal gajinya tidak mencapai UMK tahun 2013. Serikat Pekerja Nasional SPN DPC Kota Semarang tidak menutup mata akan hal tersebut. Sehngga perundingan-perundingan bipartit juga dilakukan jika ada pekerja outsourcing baik dibasis ataupun diluar anggota Serikat Pekerja Nasional SPN DPC Kota Semarang yang sedang menghadapi masalah, sebagaimana tujuan dan fungsi serikat pekerja yang telah disebutkan dalam Undang-undang UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh, Serikat Pekerja Nasional SPN DPC Kota Semarang secara aktif melakukan komunikasi secara rutin menyangkut permasalahan pekerja yang ada kepada Pemerintah Kota Semarang. Didalam pelaksanaannya dari Pemerintah daam hal ini Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Kota Semarang kurang tenaga dalam mengawasi sistem kerja outsourcing dilapangan.

4.4.2 Peran SPN sebagai Tripartit dalam memenuhi hak Kebutuhan Hidup