Serikat Pekerja Regulasi dan Legislasi

adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerjaburuh yang obyek kerjanya tetap ada sama, kepada perusahaan penerima pemborongan pekerjaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh lain, maka hubungan kerja antara perusahaan penerima pekerjaan borongan atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh dengan pekerjaburuhnya dapat didasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT. 3. Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27PUU- IX2011 tanggal 17 Januari 2012 tersebut, serta dengan mempertimbangkan keberadaan perjanjian kerja yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sebelum diterbitkannya putusan Mahkamah Konstitusi ini, maka PKWT yang saat ini masih berlangsung pada perusahaan pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh, tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan.

4.2.3.2 Serikat Pekerja

Serikat PekerjaBuruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerjaburuh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya. Dalam wawancara penulis dengan Ibu Umi Khalifah, Kepala seksi syarat-syarat kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Kota Semarang terkait Regulasi mengenai Outsourcing ada beberapa peraturan yang menjadi dasar hukum berlakunya outsourcing. Adapun peraturan-peraturan tersebut yaitu : Ada beberapa peraturan mengenai Serikat pekerja antara lain Pasal 28 UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 104 Undang-undang No. 13 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 1 dan Pasal 3 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh. Wawancara dengan Umi Kholifah, Kepala seksi syarat- syarat kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Kota Semarang pada tanggal 12 September 2012, Pukul 08.30 WIB. a. Pasal 28 UUD 1945 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undangundang. b. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Kedudukan hak berserikat sebagai hak asasi setiap warga negara menjadikan hak tersebut tidak dapat dicabut atau dikurangi secara sewenang-wenang baik oleh negara, pemerintah, maupun warga negara lainnya c. Pasal 104 Undang-undang No. 13 tentang Ketenagakerjaan 1 Setiap pekerjaburuh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerjaserikat buruh. 2 Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102, serikat pekerjaserikat buruh ber-hak menghimpun dan mengelola keuangan serta mempertanggungjawabkan keuangan organisasi termasuk dana mogok. 3 Besarnya dan tata cara pemungutan dana mogok sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur dalam ang-garan dasar danatau anggaran rumah tangga serikat pekerjaserikat buruh yang bersangkutan. d. Pasal 1 angka 1 dan Pasal 3 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh Pasal 1 angka 1 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh berbunyi : “1 Serikat pekerjaserikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerjaburuh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya.” Sedangkan Pasal 3 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh berbunyi : “Serikat pekerjaserikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerjaserikat buruh mempunyai sifatbebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab”. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUSP tersebut di atas dan dihubungkan dengan ketentuan Pasal 3 undang-undang yang sama, maka salah satu asas SP adalah bebas, yang artinya SP dalam menjalankan hak dan kewajibannya tidak berada di bawah pengaruh atau tekanan dari pihak manapun, termasuk dari pengusaha. Di samping itu SP juga memiliki asas mandiri yang berarti SP dalam mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan organisasi ditentukan oleh kekuatan sendiri tidak dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi. SP juga memiliki asas demokratis yang berarti SP dalam pembentukan organisasi, pemilihan pengurus, memperjuangkan, dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip demokrasi Di Kota Semarang sendiri belum ada regulasi yang mengatur tentang Ketenagakerjaan khususnya sistem Kerja Outsourcing, semua landasan masih menganut peraturan di tingkat nasional.

4.3 Penerapan Putusan MK Nomor 27PUU-IX2011 terhadap