Untuk mengetahui peranan kegiatan penyadapan terhadap kesejahteraan masyarakat, maka perlu penelitian kontribusi pendapatan terhadap penyadap getah
pinus kebutuhan rumah tangga.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Menghitung produktivitas getah pinus di RPH Gombeng. 2.
Menghitung pendapatan dari kegiatan penyadapan getah pinus. 3.
Menghitung konstribusi pendapatan dari kegiatan penyadapan getah terhadap kebutuhan rumah tangga penyadap.
1.3 Perumusan Masalah
Pengelolaan hutan pinus oleh Perum Perhutani melibatkan sebagian masyarakat di sekitar hutan untuk bekerja sebagai penyadap getah. Dengan
adanya kegiatan penyadapan getah ini maka akan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar hutan. Namun kesejahteraan masyarakat di sekitar
hutan masih rendah, sedangkan penyadapan getah pinus merupakan sumber pencaharian utama mereka. Penyebab dari hal tersebut diduga akibat rendahnya
konstribusi pendapatan dari kegiatan penyadapan getah pinus terhadap kebutuhan hidup rumah tangga para penyadap. Penyebab rendahnya pendapatan para
penyadap diakibatkan oleh rendahnya upah sadapan tiap kilogramnya, sehingga semangat para penyadap untuk melakukan kegiatan penyadapan kurang, akibatnya
produksi getah penyadap ikut rendah. Masalah utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah besarnya
pendapatan yang diperoleh penyadap dari kegiatan penyadapan pinus dan konstribusinya terhadap kebutuhan hidup rumah tangga penyadap.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat untuk memberikan informasi, sebagai berikut :
1. Produktivitas getah pinus di RPH Gombeng.
2. Pendapatan penyadap getah pinus di RPH Gombeng.
3. Konstribusi pendapatan penyadap yang diperoleh dari kegiatan penyadapan
getah pinus terhadap kebutuhan rumah tangga penyadap.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pinus merkusii
Pinus merkusii Jungh et de Vriese, merupakan salah satu jenis anggota family Pinaceae. Pohon ini biasa juga disebut dengan nama Damar Batu, Damar
Bunga, Huyam, Kayu Sala, Kayu Sugi, Uyam dan Tusam Sumatra atau Pinus Jawa. Pohon ini menyebar di daerah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat dan
seluruh Jawa Martawijaya 1989 dalam Aziz 2010. Menurut Martawijaya et.al.1989 dalam Handayani 2003, ciri-ciri Pinus
merkusii Jungh et de Vriese adalah batang lurus, bulat, dan umumnya tidak bercabang. Daun berbentuk jarum dan tajuk berbentuk kerucut. Pinus juga
mempunyai nama daerah damar batu, dammar bunga, hunyam, kayu sala, kayu sugi, tusam, uyam Sumatra, dan pinus Jawa. Batang pinus berukuran sedang
sampai besar, tinggi pohon 20-40 meter dan diameter pohon mencapai 100 cm. Kulit luar kasar berwarna cokelat kelabu sampai cokelat tua, tidak mengelupas,
beralur lebar dan dalam. Warna kayu teras cokelat kuning muda dengan pita atau serat yang berwarna lebih gelap, kayu yang berdamar berwarna cokelat tua,
sedangkan kayu gubal berwarna putih kekuningan-kuningan dengan tebal 6-8 cm. Pinus dapat tumbuh pada daerah yang jelek dan kurang subur, pada tanah
berpasir dan tanah berbatu, tapi tidak tumbuh baik pada tanah becek. Iklim yang cocok adalah iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai
C, pada ketinggian 200 – 1700 mdpl, kadang-kadang tumbuh dibawah 200 mdpl
dan mendekati daerah pantai contohnya di daerah Aceh Utara. Pinus merkusii Jungh et de Vriese merupakan jenis pinus yang tumbuh
baik di Indonesia khususnya Jawa dan Sumatra. Keunggulannya sebagai jenis pioneer, tumbuh cepat dan mempunyai hasil yang multiguna. Kayunya dapat
dipakai sebagai bahan kayu pertukangan, papan tiruan, meubel, moulding, korek api, pulp dan kertas, serta kayu kerajinan. Getahnya dapat menghasilkan
gondorukem dan minyak terpentin Kasmudjo 1992. Menurut Riyanto 1980, kelas perusahaan pinus merupakan ciri khusus
yakni pemungutan hasil berupa getah dan kayunya bersama-sama dalam area
tertentu. Sementara ini, getah pinus yang diolah menjadi gondorukem dan terpentin mempunyai nilai finansial yang lebih besar dibanding hasil kayunya.
2.2 Potensi Produksi Getah Pinus