BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan menyimpan sumber daya alam yang berlimpah bagi masyarakat sekitarnya. Hasil
hutan sebagai fungsi ekonomi dari hutan, secara umum digolongkan dalam dua jenis yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Sejak dahulu hasil hutan
kayu merupakan sumber daya dari hutan yang sangat populer dan banyak diminati karena kayu memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum ada tiga pemanfaatan
strategis kayu, yaitu : bahan dasar pembuatan pulp, bahan bangunan, dan bahan kerajinan. Beragam hasil hutan bukan kayu juga ikut memberikan kontribusi besar
bagi kehidupan manusia. Beberapa hasil hutan bukan kayu diantaranya yaitu : rotan, bambu, sagu, gaharu, getah pinus, getah damar, minyak kayu putih, madu,
dan lain-lain. Pemanasan global merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh
aktivitas manusia di seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan industri. Beberapa aktivitas yang menyebabkan
terjadinya pemanasan global yaitu : konsumsi energi bahan bakar fosil, sampah, kerusakan hutan, pertanian dan peternakan. Salah satu fungsi hutan adalah
menyerap karbondioksida CO
2
dan mengubahnya menjadi oksigen O
2
. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna
lahan, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK baik Hutan Alam IUPHHK-HA
maupun Hutan Tanaman IUPHHK-HT. Oleh karena itu hasil hutan bukan kayu menjadi cara alternatif disaat hasil hutan kayu sebagai hasil dari penebangan hutan
memberikan dampak negatif dalam menyebabkan pemanasan global. Hasil hutan bukan kayu memiliki nilai yang cukup tinggi bagi
perindustrian di Indonesia. Beberapa industri yang membutuhkan bahan baku dari hasil hutan bukan kayu, antara lain : industri kerajinan bambu dan rotan, industri
plastik, minyak, cat, kosmetik, industri obat-obatan, dan lain-lain. Oleh karena itu hasil hutan bukan kayu tersebut menjadi komoditas yang diperhitungkan dan akan
bernilai tinggi jika dilakukan pengelolaan dengan baik. Disisi lain pemanfaatan hasil hutan bukan kayu tidak merusak hutan, sebaliknya mendukung pencegahan
pemanasan global. Selain itu pengelolaan hasil hutan bukan kayu menjadi cara alternatif disaat hasil hutan kayu di Indonesia semakin terbatas, sehingga pilihan
pengelolaan hasil hutan bukan kayu menjadi pilihan utama pemanfaatan hutan. Perum Perhutani yang merupakan perusahaan hutan tanaman terbesar di
Indonesia ikut dalam usaha pengurangan pemanasan global Global Warming. Perum Perhutani memiliki beberapa kelas perusahaan di Pulau Jawa, diantaranya
kelas perusahaan hutan pinus Pinus merkusii. Produk yang dihasilkan dari kelas perusahaan pinus adalah getah yang kemudian diolah menjadi gondorukem dan
terpentin. Gondorukem dan terpentin merupakan bahan baku dalam industri kosmetik, farmasi, sabun, minyak cat, semir sepatu, plastik, kertas, dan lain-lain.
Perlahan tetapi pasti getah terutama getah pinus menggeser kayu jati sebagai komoditi andalan Perum Perhutani. Hal ini dikarenakan potensi kayu terutama
jati yang selama ini menjadi andalan penghasilan Perum Perhutani kondisinya kurang bisa diharapkan, serta dengan adanya isu lingkungan yang tidak menutup
kemungkinan mengarah ke moratorium tebangan. Di sisi lain kebutuhan terhadap getah pinus terus meningkat.
Getah pinus merupakan hasil dari kegiatan penyadapan pohon pinus. Kegiatan penyadapan getah pinus membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
Salah satu upaya yang dilakukan Perum Perhutani adalah dengan melibatkan masyarakat di sekitar hutan. Sebagai wujud kepedulian Perum Perhutani dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan melibatkan masyarakat di sekitar hutan dalam usaha pengelolaan hutan, salah satunya sebagai tenaga
penyadap. Dalam rangka keberhasilan pencapaian produksi getah pinus sesuai target produksi dan standar mutu yang telah ditentukan, maka Perum Perhutani
membentuk organisasi masyarakat bidang penyadapan pinus seperti Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH dan Kelompok Tani Hutan KTH.
Untuk mengetahui peranan kegiatan penyadapan terhadap kesejahteraan masyarakat, maka perlu penelitian kontribusi pendapatan terhadap penyadap getah
pinus kebutuhan rumah tangga.
1.2 Tujuan Penelitian