111 ikan kerapu, kakap serta ikan lainnya. Hal ini disebabkan oleh pengambilan karang
secara berlebihan oleh para penambang yang bahkan telah meluas sampai di pulau- pulau kecil gili. Karena rusak dan hilangnya tempat berpijak ikan-ikan tersebut
menyebabkan perkembangan populasi ikan mengalami penurunan yang akibatnya bermuara pada rendahnya pendapatan nelayan.
4.3 Metode Penangkapan Ikan Menggunakan Rawai Dasar
Suatu metode penangkapan yang baik harus memiliki koordinasi yang baik pula pada keseluruhan aspek yang terkait didalamnya, yaitu: penentuan fishing ground:
musim penangkapan; penggunaan umpan; kapal; alat tangkap; proses penangkapan; serta hendaknya memikirkan dampak lingkungan yang mungkin terjadi.
Daerah penangkapan fishing ground merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu usaha penangkapan, begitu juga dalam usaha
penangkapan yang dilakukan oleh nelayan rawai dasar di Kabupaten Lombok Timur. Nelayan mengoperasikan alat tangkap ini secara berpindah-pindah namun hanya di
sekitar pantai berkedalaman 7-10 meter yang kaya akan terumbu karang dan berlokasi antara 1-2 jam perjalanan dari fishing base.
Aspek lain yang berpengaruh besar dalam keberhasilan suatu operasi penangkapan adalah musim penangkapan. Di perairan Kabupaten Lombok Timur
dipengaruhi oleh empat musim penangkapan ikan. Pada bulan Juli sampai dengan bulan September pada umumnya bertiup angin tenggara yang sering disebut musim
angin tenggara. Pada musim ini angin bertiup dari arah tenggara dengan sangat kencang. Pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember disebut dengan musim
angin barat daya karena angin berhembus kencang dari arah barat daya, dan pada saat ini biasanya terdapat musim ikan, terutama ikan demersal kecil dan ikan demersal
besar. Pada bulan Januari sampai bulan Maret disebut musim angin barat dimana angin berhembus kencang dari arah barat sehingga kadang-kadang menghambat
nelayan untuk kembali ke daratan. Pada bulan April sampai dengan bulan Juni disebut musim angin timur atau musim tidak ada ikan yang ditandai dengan
berhembusnya angin yang tidak tentu arahnya. Biasanya dalam musim penangkapan
112 ini yang tertangkap adalah ikan-ikan demersal kecil. Musim ini dikenal dengan
musim paceklik karena aktivitas penangkapan ikan relatif kecil. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus dimana pada bulan ini
dikenal dengan musim angin tenggara. Hasil tangkapan oleh nelayan biasanya ikan demersal kecil dan besar disamping jenis-jenis ikan lain tapi dalam jumlah yang
sedikit. Dalam usaha penangkapan dengan menggunakan rawai dasar, umpan mempunyai
peranan yang sangat besar yaitu untuk menarik ikan-ikan agar mendekat kepada alat tangkap. Nelayan setempat biasa membawa umpan dari daratan. Umpan yang
digunakan adalah ikan lemuru Sardinella longiceps dengan ukuran panjang berkisar 10 cm - 12 cm. Ikan ini digunakan sebagai umpan karena selain dapat mengundang
ikan target mendekat, harganya murah dan juga kurang disukai masyarakat untuk dikonsumsi.
Perahu yang digunakan untuk pengoperasian adalah perahu kayu berukuran panjang 5-7 meter, lebar 0,8-1,5 meter dan kedalaman 50-75 cm Gambar 5,
Lampiran 2. Satu unit rawai dasar memiliki pelampung, tali pelampung, tali utama main line, tali cabang branch line, mata pancing, dan pemberat Tabel 7.
Gambar 5. Perahu rawai dasar yang dioperasikan di Kabupaten Lombok Timur
113
Tabel 8. Spesifikasi rawai dasar yang dioperasikan di Kabupaten Lombok Timur Komponen
Bahan Ukuran
Jumlah
Pelampung Bola plastik
Ø = 24 cm 7 buah
Tali pelampung PE multifilamen
P = 15 m; Ø = 4 mm
Untuk seutas tali pelampung
13 utas tali
Tali utama main line Kuralon
P = 30 m; Ø = 4 mm
Untuk seutas tali utama
6 utas tali
Tali cabang branch line Nilon monofilamen P = 1 m; Ø = 4 mm
Untuk seutas tali cabang
90 utas tali
Mata pancing Baja
Nomor: 11 90 buah
Pemberat Batu
Berat = 1 kg 2 buah
Setiap perahu membawa dua basket. Masing-masing terdiri dari tiga utas tali utama, sehingga setiap basketnya terdiri dari 45 mata pancing dan 45 tali cabang.
Dalam 1 perahu rawai dasar umumnya terdiri dari 3 orang anak buah perahu, masing- masing sebagai juru mudi, sekaligus penentu fishing ground, pelempar pancing, dan
pegangkat hasil tangkapan. Pada saat pengangkatan hasil tangkapan, tugas orang ketiga dibantu oleh dua orang yang lain. Operasi penangkapan itu dimulai dengan
mempersiapkan alat tangkap rawai dasar sebanyak dua basket, umpan ikan lemuru, es, bekal, dan bahan bakar secukupnya. Kapal berangkat dari fishing base pukul
05.00 dan sampai ke fishing ground sekitar pukul 06.15, kemudian kecepatan kapal diturunkan dan setting alat langsung dilakukan. Setting alat hanya membutuhkan
waktu sekitar 15 menit saja karena pemasangan umpan dikerjakan pada saat perjalanan menuju ke fishing ground, hal ini dilakukan dengan tujuan
mengefisiensikan waktu.
114 Setting
dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, tali pelampung, pemberat dan tali pemberat, dilanjutkan dengan menurunkan main line dan branch line, dan
pancing yang telah dipasang umpan satu-persatu Gambar 4. Kegiatan terakhir dalam setting
adalah menurunkan pelampung tanda yang terakhir, tali pelampung, tali pemberat serta pemberat yang kedua. Setelah itu nelayan tetap menunggu sambil
beristirahat di atas perahu. Setting biasanya dilakukan dua kali, kecuali pada musim- musim sedikit ikan seperti pada saat penelitian yaitu pada bulan Juli. Setting hanya
dilakukan sekali saja karena pada bulan ini setting kedua umumnya sudah tidak ada lagi ikan.
Gambar 6. Pelemparan pancing saat setting
Pengangkatan hasil tangkapan dilakukan setelah kurang lebih 4 jam. Proses ini dimulai dengan menaikkan pelampung, tali pelampung, tali pemberat dan pemberat,
selanjutnya main line dan juga branch line secara satu persatu ditarik ke atas perahu. Lamanya proses ini sangat tergantung dari banyaknya ikan yang tertangkap, semakin
banyak ikan yang tertangkap maka semakin lama pengangkatan hasil tangkapan ini berlangsung.
Main line
Branch line
Umpan
115
Sedang banyak
Sangat sedikittidak ada
Keterangan : = Setting dilakukan maksimal 2 kali.
Gambar 7. Diagram alir penangkapan ikan menggunakan rawai dasar di Kabupaten Lombok Timur
Mulai
Pemasangan umpan di atas dek
Lokasi penempatan rawai
Setting : Penurunan pelanpung tanda, tali utama main line, tali
cabang branch line, pancing, dan pemberat
.
Pengangkatan hasil tangkapan
Jumlah hasil
tangkapan
Selesai Persiapan : Alat tangkap 2
basket, umpan, es, bekal, bahan bakar
116
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1 Hasil 5.1.1 Kelompok variabel karakteristik hasil tangkapan
Kelompok variabel ini meliputi: proporsi hasil tangkapan sasaran utama dan sampingan; Proporsi ukuran ikan yang layak tangkap; dan keragaman Ikan yang
ditunjukkan oleh kisaran panjang dan berat.
5.1.1.1 Perbandingan hasil tangkapan sasaran utama dan sampingan
Dari 30 perahu yang diamati terdapat 1122 anggota kelas Pisces dan 242 individu hewan yang termasuk dalam filum Coelenterata Tabel 9. Hasil tangkapan sasaran
utama nelayan rawai dasar adalah kakap merah Lutjanus malabaricus dan kerapu karang Epinephelus areolatus, masing-masing sebanyak 244 ekor dan 224 ekor.
Sedangkan hasil tangkapan sampingan berjumlah 654 Pisces dan 242 Coelenterata, dan terdapat satu spesies yang dilindungi yaitu hiu tokek Stegostoma fasciatum
sebanyak 21 ekor. Perbandingan antara hasil tangkapan sasaran utama dan hasil tangkapan sampingan adalah 1: 2 Tabel 9, Lampiran 3.
5.1.1.2 Perbandingan ukuran ikan yang layak tangkap
Hasil tangkapan sampingan juga meliputi hasil tangkapan sasaran utama yang masih juvenil atau akan memijah sehingga tidak layak tangkap. Kakap merah
dikategorikan layak tangkap bila telah memiliki panjang 36 cm Anonim 2003c. Dari 244 ekor kakap merah yang tertangkap terdapat 77 ekor 31,6 yang tidak layak
tangkap Lampiran 5. Kerapu karang yang ditangkap haruslah memiliki panjang 19 cm Anonim, 2003d atau memiliki berat 0,4 kg - 2 kg Sunyoto 2000. Dari 224
kerapu karang yang tertangkap tidak ada seekorpun yang berada dibawah 19 cm Lampiran 5. Bila dilihat berdasarkan berat, hanya terdapat 4 ekor 1,8 yang tidak
layak tangkap atau memiliki berat dibawah 0,4 kg Lampiran 5. Dari keseluruhan hasil tangkapan sasaran utama kakap merah dan kerapu karang terdapat 99
117 21,15 ekor ikan yang tidak layak tangkap. Dengan demikian perbandingan antara
ikan yang layak dan tidak layak tangkap adalah 4 : 1.
Tabel 9. Hasil tangkapan rawai dasar di Kabupaten Lombok Timur bulan Juli - Agustus 2003
Kelompok Jenis
Jumlah Persentase
Kakap merah Lutjanus malabaricus 244
17,9 Kerapu karang Epinephelus
aerolatus 224
16,4 Lencam Lethrinus lentjam
124 9,0
Barakuda Sphyraena barracuda 112
8,5 Kakap Lutjanus gibbus
73 5,4
Pari Taeniura melanospila 73
5,4 Kerapu sunu Epinephelus leopardus
68 5,0
Tenggiri Scomberoides commersonnianus
46 3,4
Crepuscular
Kurisi Nemipterus celebicus 41
3,0 Kambing Parupeneus heptacanthus
77 5,7
Kurisi Nemipterus celebicus 41
3,0
Diurnal
Kakaktua Scarus frenatus 19
1,4
Pisces
Nokturnal Hiu tokek Stegostoma fasciatum
21 1,5
Jumlah
1122 82,3
Kipas laut Gorgonia flabellum 52
3,8 Sargantia elegans
110 8,0
Coelenterata
Bunga karang 80
5,9
Jumlah
242 17,7
Total
1364 100
5.1.1.3 Keragaman ikan yang ditunjukkan oleh kisaran panjang dan berat
Pada kakap merah Lutjanus malabaricus, ikan-ikan yang tertangkap sebagian besar sudah dalam ukuran panjang yang layak tangkap. Satu puncak terjadi diatas
ukuran memijah yaitu pada kisaran 40,0 cm - 43,9 cm sebanyak 134 ekor dan puncak yang lain terjadi dibawah ukuran memijah yaitu pada kisaran 28,0 cm - 31,9 cm
sebanyak 40 ekor Gambar 8, sedangkan pada berat hanya terjadi satu puncak yaitu pada kisaran 1197 gram - 1414 gram sebanyak 101 ekor Gambar 9.
118 Ukuran panjang pada kerapu karang Epinephelus areolatus terjadi dua puncak
yaitu pada kisaran 40,0 cm - 43,9 cm sebanyak 71 ekor dan puncak yang lain terjadi pada kisaran 48,0 cm - 53,9 cm sebanyak 53 ekor Gambar 10. Untuk ukuran berat
hanya terjadi satu puncak saja yaitu pada kisaran 1633 gram - 1850 gram sebanyak 64 ekor Gambar 11. Semua puncak, baik untuk ukuran panjang maupun berat terjadi di
atas ukuran memijah. Hubungan panjang dan berat kakap merah menghasilkan persamaan W = 19,679
L
1,124
Gambar 12, sedangkan pada kerapu karang menghasilkan persamaan regresi W = 0,283 L
2,21
Gambar 13.
20 40
60 80
100 120
140 160
20,0 - 23,9
24,0 - 27,9
28,0 - 31,9
32,0 - 35,9
36,0 - 39,9
40,0 - 43,9
44,0 - 47,9
48,0 - 51,9
52,0 - 55,9
56,0 - 59,9
Panjang total cm F
re kue
ns i
ek o
r
Keterangan : : Batas layak tangkap 36 cm : Layak tangkap 167 ekor
: Tidak layak tangkap 77 ekor
Gambar 8. Komposisi panjang kakap merah Lutjanus malabaricus
119
20 40
60 80
100 120
325 - 542
543 - 760
761 - 978
979 - 1196
1197 - 1414
1415 - 1632
1633 - 1850
1851 - 2068
2069 - 2286
2287 - 2504
Berat gram F
re kue
ns i
ek o
r
Gambar 9. Komposisi berat kakap merah Lutjanus malabaricus
10 20
30 40
50 60
70 80
20,0 - 23,9
24,0 - 27,9
28,0 - 31,9
32,0 - 35,9
36,0 - 39,9
40,0 - 43,9
44,0 - 47,9
48,0 - 51,9
52,0 - 55,9
56,0 - 59,9
Panjang total cm F
re kue
ns i
ek o
r
Keterangan : : Garis batas layak tangkap 19 cm : Layak tangkap 224 ekor
: Tidak layak tangkap 0 ekor
Gambar 10. Komposisi panjang kerapu karang Epinephelus areolatus
120
10 20
30 40
50 60
70
325 - 542
543 - 760
761 - 978
979 - 1196
1197 - 1414
1415 - 1632
1633 - 1850
1851 - 2068
2069 - 2286
2287 - 2504
Bobot Gram F
re kue
ns i
ek o
r
Keterangan : : Batas layak tangkap 400 gram : Layak tangkap 220 ekor
:Tidak layak tangkap 4 ekor
Gambar 11. Komposisi berat kerapu karang Epinephelus areolatus
5 0 0 1 0 0 0
1 5 0 0 2 0 0 0
2 5 0 0
1 0 2 0
3 0 4 0
5 0 6 0
7 0 8 0
P a n ja n g t o t a l cm B
era t
g r
a m
D at a P r ed ik s i
K e t e ra n g a n : : Ga ris b a t a s la y a k t a n g ka p u n t u k p a n ja n g t o t a l = 36 c m A n o n im 200 3c ; u n t u k b e ra t t o t a l = 11 04 ,80 1g ra m
: L a y a k t a n g ka p u n t u k p a n ja n g t o t a l = 1 67 e ko r; u n t u k b e ra t t o t a l = 148 e k o r
: T id a k la y a k t a n g k a p 77 e k o r u n t u k p a n ja n g t o t a l = ; u n t u k b e ra t t o t a l = 96 e k o r
W = 1 9 , 6 7 9 L
1 ,1 2 4
R
2
= 0 , 8 6 6
A n o n im 2 0 0 3 c
Gambar 12. Hubungan panjang dan berat kakap merah Lutjanus malabaricus
121
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500
10 20
30 40
50 60
70 80
P anjan g to tal c m B
e r
a t to
ta l
g r
a m
Data Prediksi
W = 0,283 L
2,21
R
2
= 0,8556
Keterangan : : Batas layak tangkap, untuk panjang total =19 cm Anonim 2003d; untuk berat total = 400 gram
Sunyoto 2000 : Layak tangkap untuk panjang total = 224 ekor,
untuk be ra t = 221 e kor : T
idak layak tangkap untuk panjang = 0 ekor, untuk untuk berat = 3 ekor
Anonim 2003d Sunyoto 2000
Gambar 13. Hubungan panjang dan bobot kerapu karang Epinephelus areolatus
5.1.2 Kelompok Variabel Perilaku Nelayan Kelompok variabel ini meliputi perilaku nelayan yang dapat menyebabkan
kecelakaan di laut, perilaku nelayan yang menyebabkan terjadinya kerusakan fisik
habitat ikan terumbu karang, dan perilaku nelayan yang menyebabkan pencemaran lingkungan.
5.1.2.1 Perilaku nelayan yang menyebabkan kecelakaan di laut
Nelayan dengan kualitas yang baik adalah nelayan yang tangguh dalam menghadapi segala resiko bekerja di laut. Kecelakaan nelayan karena pengoperasian
alat tangkap atau kecelakaan kapal dapat terjadi karena kesalahan dari nelayan itu sendiri, keadaan alam cuaca, serta karena masalah teknis. Untuk keberhasilan
operasi penangkapan, resiko tersebut sedapat mungkin harus dapat dicegah. Pencegahan itu dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas sumberdaya nelayan dan
122 didukung dengan sarana keselamatan yang memadai. Peningkatan kualitas
sumberdaya nelayan diperoleh dari pendidikan formal dan non formal meliputi pendidikan di sekolah dan pendidikan keterampilan serta penyuluhan-penyuluhan
yang diselenggarakan oleh instansi terkait. Pendidikan keterampilan tersebut kurang diminati oleh para nelayan karena dianggap hanya membuang waktu dan mereka
berpikir lebih baik langsung kepada penerapannya saja, sebagaimana yang telah dipelajari turun temurun. Hampir 90 dari 90 nelayan setiap perahu terdapat 3
nelayan adalah nelayan yang tidak sekolah dan belum tamat SD Tabel 10.
Tabel 10. Tingkat pendidikan nelayan rawai dasar di Kabupaten Lombok Timur Keterangan
Jumlah Persentase
Tidak sekolah 30
33,33
Tidak tamat SD 50
55,56 Tidak tamat SMP
6 6,67
Tidak tamat SMU 2
2,22 Tamat SMU
1 1,11
Tamat S1 1
1,11
Total 90
100,00
Untuk peralatan keselamatan, nelayan rawai dasar hanya memiliki jerigen- jerigen minyak yang terbuat dari plastik dan pelampung-pelampung pada alat tangkap
sebagai peralatan keselamatan. Tiga diantara 30 perahu pernah mengalami kecelakaan perahu pada tahun 2002 yaitu pada bulan Januari, April dan Desember.
Perahu yang mengalami kecelakaan pada bulan April tidak kembali sedangkan kecelakaan ketiga terjadi pada bulan Desember disebabkan oleh masalah teknis yaitu
kebocoraan perahu. Kecelakaan ini membuat nelayan terpaksa meninggalkan perahunya dan menumpang perahu lain. Perahu yang hilang atau tidak dapat
diselamatkan, oleh pemiliknya dibuatkan perahu pengganti yang diwawancarai sekarang.
123
5.1.2.2 Perilaku nelayan yang menyebabkan kerusakan fisik habitat ikan terumbu karang
Kerusakan fisik habitat ikan terumbu karang akibat operasi penangkapan ikan manggunakan rawai dasar harus diusahakan serendah mungkin. Kegiatan
pengoperasian rawai dasar yang potensial untuk dapat menyebabkan hal itu adalah penurunan dan pengangkatan pemberat. Pada saat penurunan pemberat baik
pemberat perahu maupun pemberat alat tangkap, sekitar 90 nelayan menurunkannya begitu saja ke dalam air tanpa melihat kondisi terumbu karang di
dasar perairan Tabel 11.
Tabel 11. Frekuensi unit penangkapan rawai dasar dalam pemilihan lokasi penurunan pemberat
Tindakan Frekuensi perahu
Persentase
Ada pemilihan lokasi 3
10 Tidak ada pemilihan lokasi
27 90
Total 30
100
5.1.2.3 Perilaku nelayan yang menyebabkan pencemaran lingkungan
Akan dianalisis perilaku nelayan yang menyebabkan pencemaran lingkungan dengan memperhatikan empat aspek polutan sebagai berikut:
1 Tali pancing putus
Untuk rawai dasar, yang akan dibahas adalah masalah tali pancing yang hilangputus. Tali pancing rawai dasar yang hilangputus berjumlah 1080 buah
tiap tahunnya Lampiran 8. Penyebab tali pancing ini putus terutama karena tersangkut pada karang. Pemeliharaan perahu dan alat tangkap dilakukan 3 kali
dalam sebulan. 2
Sampah kemasan perbekalan Selama di laut nelayan membawa perbekalan berupa minuman, nasi bungkus dan
rokok. Perbekalan tersebut dikonsumsi pada waktu meninggu sampai waktu pengangkatan hasil tangkapan dilakukan. Kemasan dari perbekalan yang telah
dikonsumsi langsung dibuang kelaut oleh 25 perahu 83,3, 5 perahu 16,7
124 membawa kembali sampah-sampah tersebut untuk dibuang di darat Tabel 12.
Sedangkan sampah yang dibuang ke laut berjumlah 186 buah Tabel 13, Lampiran 9.
Tabel 12. Perilaku nelayan terhadap sampah kemasan perbekalan Tindakan
Jumlah perahu Persentase
Kemasan dibuang ke laut 25
83,3 Dibuang di daratan
5 16,7
Total 30
100,0
Tabel 13. Komposisi sampah kemasan prebekalan yang dibuang ke laut oleh nelayan rawai dasar di Kabupaten Lombok Timur
No Sampah Jenis
Jumlah buah Persentase
1 Kertas
Biodegradable 82
44,5 2
Plastik Non - bioedegradable
41 22,2
3 Karet
Non - biodegradable 75
33,3
Total 225
100,0
3 Bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan oleh nelayan rawai dasar di Kabupaten Lombok Timur adalah solar. Dalam satu kali operasi penangkapan, nelayan membawa
sekitar 4-5 liter solar. Solar yang tersisa disimpan untuk bahan bakar pengoperasian esok harinya. Nelayan rawai dasar juga menggunakan pelumas
untuk merawat mesin perahunya, sehingga tidak jarang pelumas yang berasal dari mesin bercampur dengan solar dan air di dalam perahu. Oleh nelayan, campuran
ini langsung dibuang ke laut. 4
Cat perahu Dalam perawatan perahu, selain dilakukan perbaikan terhadap mesin perahu dan
alat tangkap dilakukan juga pengecekan terhadap cat perahu. Bila terjadi pengelupasan, nelayan segera melapisinya dengan cat yang baru. Cat yang biasa
dipakai oleh nelayan setempat adalah cat kayu merek Avian.
125
5.2 Pembahasan 5.2.1 Kelompok variabel karakteristik hasil tangkapan