Analisa Data Keramahan Lingkungan Unit Penangkapan Ikan Karang Menggunakan Rawai Dasar Di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

102 Tabel 4. Jenis dan cara pengambilan data No Jenis data Cara pengambilan data 1 Data umum ♣ Metode Penangkapan ♣ Musim dan daerah penangkapan Pengamatan langsung dengan mengikuti trip sebanyak tiga kali, wawancara dengan nelayan. Wawancara dengan nelayan dan instansi terkait. 2 Data keramahan lingkungan ♣ Komposisi dan karakteristik hasil tangkapan ♣ Peralatan keselamatan, jumlah kecelakaan perahu ♣ Limbah yang dihasilkan unit penangkapan ikan ♣ Cat perahu yang digunakan, jumlah dan jenis bahan bakar Pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan rawai dasar dan melakukan pendataan terhadap jenis, jumlah, dan ukuran hasil tangkapan. Pengamatan langsung terhadap jumlah dan jenis, wawancara dengan nelayan dan instansi terkait Pengamatan langsung dengan melihat perbekalan nelayan, wawancara dengan nelayan. Wawancara dengan nelayan. Komposisi dari label dan wawancara dengan pihak Avian

3.4 Analisa Data

Analisis yang akan dipergunakan adalah analisis deskriptif terhadap tabulasi dan grafik data yang ditampilkan. Data yang dianalisis adalah data kuantitatif dan kualitatif. Penilaian keramahan lingkungan unit penangkapan rawai dasar dilakukan berdasarkan 2 kelompok variabel, yaitu kelompok variabel karakteristik hasil tangkapan dan kelompok variabel perilaku nelayan. 103 Variabel kelompok pertama mencakup: 1 Proporsi hasil tangkapan sasaran utama dan sampingan Hasil tangkapan sasaran utama adalah hasil tangkapan yang menjadi target penangkapan, sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah seluruh spesies di luar hasil tangkapan sasaran utama. Operasi penangkapan ikan yang ramah lingkungan akan menghasilkan proporsi hasil tangkapan sampingan dalam yang lebih kecil dibandingkanhasil tangkapan sasaran utamanya. Hasil tangkapan sasaran utama rawai dasar adalah kakap merah Lutjanus malabaricus dan kerapu karang Epinephelus areolatus. 2 Proposi ukuran ikan yang layak tangkap Ikan yang diukur adalah ikan dari hasil tangkapan sasaran utama. Seekor ikan dikatakan layak tangkap jika ikan tersebut telah dewasamatang gonad. Kakap merah telah layak tangkap bila telah memiliki panjang 36 cm Anonim 2003c, sedangkan untuk kerapu karang adalah pada ukuran 19 cm Anonim 2003d dan berat ideal 0,4-2 kg Sunyoto 2000. Berat layak tangkap untuk kakap merah belum sempat ditemukan dalam literatur namun yang ada adalah panjang layak tangkapnya saja. Referensi ukuran ikan laayak tangkap length at first maturity yang dipakai berasal dari daerah di luar lokasi penelitian perairan sekitar Papua. Referensi ini digunakan karena belum ada ukuran layak tangkap ikan-ikan lokal. Operasi penangkapan ikan yang ramah lingkungan akan menangkap ikan-ikan yang layak tangkap dalam proporsi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tertangkapnya ikan-ikan yang tidak layak tangkap. 3 Keragaman ukuran ikan yang ditunjukkan oleh kisaran ukuran panjang dan berat Akan dilihat keragaman ukuran hasil tangkapan sasaran utama dengan membuat suatu kisaran panjang dan berat, kemudian akan disesuaikan dengan ukuran pancing yang digunakan agar dapat dipastikan ikan-ikan yang tertangkap tidak ada dibawah ukuran layak tangkap. 104 Variabel kelompok kedua mencakup: 1 Perilaku nelayan yang dapat menyebabkan kecelakaan di laut dianalisis dengan menggunakan data tentang kecelakaan perahu yang pernah terjadi, sarana keselamatan yang tersedia pada masing-masing unit penangkapan rawai dasar dan pendidikan yang diperoleh oleh nelayan rawai dasar. 2 Perilaku nelayan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik habitat ikan terumbu karang dianalisis dengan mendata jumlah unit penangkapan rawai dasar yang melakukan pemilihan lokasi dalam penurunan dan penanikan pemberat baik pada alat tangkap maupun pada perahu. Dalam kegiatan penurunan dan penaikan pemberat terjadi kontak langsung denga terumbu karang. Kerusakan terumbu karang tidak diteliti secara khusus. 3 Perilaku nelayan yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, yaitu dengan empat aspek polutan: a Tali pancing putus Penganalisisan dilakukan melalui jumlah tali pancing yang putus untuk tiap- tiap unit penangkapan rawai dasar tiap tahunnya. Estimasi jumlah tali pancing putus tiap tahunnya diperoleh dengan menggunakan rumus: TP = A x P x T perhitungan dilakukan untuk setiap musim Dimana, TP : tali pancing putus per tahun; A : tali pancing putus bulan penelitian Juli; P : peluang putus dikaitkan dengan jumlah setting; T : durasi setiap musim bulan. Penentuan P : musim angin barat daya : 2 kali setting, maka P = 1 musim angin barat : 2 kali setting, maka P = 1 musim angin timur : 1 kali setting, maka P = ½ musim angin tenggara : 1 kali setting, maka P = ½ b Sampah kemasan perbekalan Analisis dilakukan dengan melihat komposisi sampah kemasan perbekalan nelayan rawai dasar dan tindakan yang dilakukan terhadap sampah kemasan tersebut, dibuang di laut atau dibawa kembali ke darat. 105 c Bahan bakar Analisis dilakukan dengan melihat kecenderungan bahan bakar tersebut dapat mencemari lingkungan sekitar, baik pada lingkungan perairan maupun pada udara. d Cat perahu. Cat perahu yang dipakai oleh unit penangkapan rawai dasar akan dianalisis apakah terdapat bahan-bahan yang berbahaya. Bahan-bahan yang masih sering dipakai namun berbahaya adalah merkuri dan white lead Jones 1987. 106 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Perikanan Karang di Kabupaten Lombok Timur