89 Permasalahan lain yang ditimbulkan adalah polusi perairan. Bila dibiarkan begitu
saja, polusi ini akan terus berkembang menjadi sangat serius. Polusi perairan disebabkan oleh pembuangan limbah yang beracun serta bahan-bahan yang tergolong
sulit untuk terurai termasuk didalamnya sisa alat tangkap yang ditinggalkan atau hilang ke dalam perairan. Alat tangkap yang ditinggalkan ini dapat menyebabkan
ghost fishing GESAMP 2001.
Solusi tepat dari seluruh permasalahan tersebut adalah dengan segera menerapkan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Hal ini akan berjalan dengan
baik apabila diikuti dengan menanamkan kesadaran ramah lingkungan dan meningkatkan pendidikan serta keterampilan nelayan.
2.1.3 Alat penangkap ikan karang
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan karang umumnya bersifat pasif sehingga dibutuhkan suatu pemikat, agar ikan berenang mendekati alat tangkap.
Contoh pemikat ini adalah umpan. Saat ini terdapat berbagai jenis alat yang dapat digunakan untuk menangkap ikan-ikan karang. Secara umum alat penangkap ikan
tersebut tergolong kedalam jenis bubu, muroami dan teknik lain dengan menggunakan peledak dan racun Antariksa dan Bandiyono 1999.
Bubu dapat terbuat dari bambu atau dari bahan-bahan lain seperti besi, plastik, dan lain-lain. Ikan yang tertangkap dengan bubu umumnya dalam keadaan hidup.
Alat ini dioperasikan dengan cara meletakannya pada sela-sela karang, sebagian nelayan menggunakan karang yang ada disekitarnya sebagai pemberat Antariksa dan
Bandiyono 1999. Penggunaan bubu ini memiliki potensi untuk merusak karang walaupun tidak luas. Kerusakan terumbu karang terutama terjadi pada saat penurunan
dan penaikan bubu serta penggunaan karang sebagai pemberat. Ketika bubu diturunkan bubu akan menyentuh terumbu karang sehingga menyebabkan rusak atau
bergesernya terumbu karang. Keadaan yang sama terjadi ketika penaikan bubu ke perahu.
90 Muroami termasuk alat tangkap dalam kategori drive-in net, yaitu untuk
menangkap ikan-ikan yang digiring nelayan menggunakan untaian tali untuk menakut-nakuti scaring line dan menggiring ikan dari karang-karang ke arah bag
net . Scaring line secara harmonik membuat gerakan naik turun menyentuh terumbu
karang ketika ikan melewatinya. Sentuhan tadi akan membuat terumbu karang bergeser dari tempat semula dan tidak jarang menyebabkan kerusakan yang cukup
parah. Sarana lain untuk menangkap ikan karang yaitu dengan menggunakan bahan
peledak blast fishing. Di Indonesia penggunaan bahan peledak sebagai sarana penangkapan telah lama diterapkan oleh nelayan tradisional. Nelayan membuat bahan
peledak dari kerosin dan bubuk peledak yang biasa dikemas dalam sebuah wadah. Setelah kumpulan ikan terlihat jelas, perahu akan segera mendekati target pada jarak
kira-kira lima meter, kemudian bom dilemparkan di tengah-tengah kumpulan ikan. Setelah bom meledak nelayan segera mengumpulkan ikan target yang telah
dibunuhnya. Penggunaan bahan peledak ini dapat menyebabkan kerusakan fisik yaitu hilangnya fungsi pelindung pantai dan hilangnya tempat perlindungan bagi biota di
ekosistem Nababan 1999. Sianida merupakan salah satu jenis bahan kimia berbahaya yang sering digunakan
oleh nelayan perairan karang. Sianida ini digunakan untuk membius pada konsentrasi tertentu ikan-ikan yang akan dijual dalam keadaan hidup. Namun tanpa disadari
sianida pada konsentrasi tersebut dapat menjadi dosis mematikan untuk ikan-ikan lain terutama ikan-ikan yang berukuran lebih kecil. Teknik ini melibatkan penyelam yang
membawa larutan sianida yang dikemas pada sebuah wadah untuk ditebarkan di kedalaman dimana telah terdapat ikan target. Untuk skala penangkapan yang lebih
besar, zat racun ini hanya ditabur begitu saja ke dalam air dan terkadang dicampurkan ke dalam umpan Hall 1999.
Bahan peledak dan sianida telah dilarang di Indonesia. Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang Perikanan Nomor 9 tahun 1983, Pasal 6 ayat 1 yang mengatakan
”Setiap orang atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan penangkapan dan pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan dan atau alat yang dapat
91 membahayakan kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya”. Kemudian
penjelasan pasal 6 tersebut menyebutkan bahwa penggunaan bahan peledak, bahan beracun, aliran listrik dan lain-lain tidak saja mematikan ikan, tetapi dapat juga
mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan merugikan nelayan dan petani ikan. Apabila terjadi kerusakan sebagai akibat dari penggunaan bahan dan alat yang
digunakan, maka pengembalian ke keadaan semula membutuhkan waktu yang sangat lama atau bahkan mungkin mengakibatkan kepunahan, oleh karena itu penggunaan
bahan-bahan tersebut harus dilarang Nababan 1999. Rawai dasar adalah salah satu alat penangkap ikan-ikan yang hidup di perairan
karang, yaitu di sekitar terumbu karang. Rawai dasar untuk perairan karang termasuk ke dalam rawai tetap set long line. Rawai tetap adalah rawai yang pada salah satu
ujung utama sebelah bawah diberi batu pemberat atau jangkar sehingga alat ini tetap dan tidak hanyut, sedangkan ujung lainnya diikatkan di pelampung atau perahu
Direktorat Prasarana Perikanan Tangkap 2001. Operasi penangkapan dengan menggunakan alat ini haruslah memperhatikan keadaan topografi dasar perairan,
sebab untuk perairan yang dasarnya terdapat karang-karang, terumbu karang atau banyak bebatuan akan memungkinkan mata pancing mudah tersangkut dan tali
pancingnya mudah untuk terbelit-belit oleh karang. Untuk itu harus dibuat konstruksi desain khusus bentuk pancing yang dioperasikan di atas karang-karang khususnya
dan atau perairan karang pada umumnya. Operasional penangkapan dilakukan di perairan karang di atas karang-karang dengan terlebih dahulu mengadakan
penyelaman untuk mengetahui kondisi karangnya. Cara pengoperasian rawai dsar yaaitu tiap-tiap pancing diberi umpan yang tujuannya untuk memikat ikan agar ikan
mau memakan umpan tersebut sehingga terkait oleh pancing. Setiap pancing dihubungkan dengan kawat. Unit rawai dasar terdiri dari main line, branch line,
pancing serta pelampung tanda Gambar 3. Rawai dasar menarik ikan-ikan dengan umpan yang terpasang pada setiap pancingnya. Pancing diturunkan hampirsampai
dasar perairan. Alat tangkap ini terkadang merusak karang-karang serta menggeser kedudukannya akibat terbelit oleh tali pancing serta penurunan dan penaikan
pemberat. Hal ini juga menjadi penyebab putusnya tali pacing Cochrane 2002.
92 Sumber : Sainsbury 1971
Gambar 3. Posisi rawai dasar ketika dioperasikan
Alat penangkap ikan karang lainnya adalah gillnet. Alat ini dipasang mendekati dasar perairan. Umumnya tergolong pasif karena hanya menunggu ikan-ikan yang
lewat dan tersangkut oleh mata jaring saja. Gillnet sangat berpotensi merusak terumbu karang akibat penurunan dan penaikan pemberat serta pada saaat penarikan
jaring yang tanpa sengaja mengenai terumbu karang disekitarnya.
2.2 Teknologi Penangkapan Ikan yang Ramah Lingkungan 2.2.1 Tujuan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan
Teknologi penangkapan ikan adalah cara khusus yang diterapkan pada suatu operasi penangkapan ikan. Operasi penangkapan ikan di sini merupakan keseluruhan
kegiatan yang meliputi persiapan sebelum melaut hingga pendaratan hasil tangkapan. Sedangkan keramahan lingkungan adalah dimana suatu kegiatan dinilai tidak
mengganggu lingkungan Puspito G 24 oktober 2005, komunikasi pribadi. Dari penjelasan tersebut teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan dapat
didefinisikan sebagai suatu cara khusus yang diterapkan pada suatu operasi penangkapan ikan agar tidak mengancam kelestarian lingkungan. Di beberapa
Bendera pelampung
Pelampung tanda
Jangkar Branch line
Main line Pancing yang
sudah diberi umpan
93 wilayah di Indonesia kerusakan ekosistem terumbu karang akibat aktivitas
penangkapan yang bersifat destruktif semakin meningkat Antariksa dan Bandiyono 1999. Untuk mencegah meluasnya dampak yang ditimbulkan dan untuk menjamin
keberlanjutan usaha penangkapan ikan dibutuhkan suatu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang mengacu kepada Code of Conduct for Responsible
Fisheries , yaitu pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ramah terhadap lingkungan
Sarmintohadi 2002.
2.2.2 Kriteria ramah lingkungan